15 || Penobatan Avner

2K 209 2
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

BAGIAN LIMA BELAS








           Suasana istana bukan main ramai dan terkesan sibuk. Banyak pelayan berlalu lalang untuk menyiapkan acara penobatan sang putra mahkota. Avner. Hiasan yang nampak berkilau dan mewah bahkan memenuhi istana. Singgasana kokoh yang berdiri megah di sana. Meja-meja yang tersusun rapi di sana. Untuk di isi dengan sajian menggiurkan.


Jenderal istana yang berjalan mondar-mandir memastikan jika acara nantinya akan berjalan lancar dan aman terkendali. Para penasihat kerajaan yang nampak memberikan arahan kecil, Ares yang membekali Avner tentang kepemimpinan dan juga dewan menteri yang mengadakan rapat untuk acara besar ini.

Banyak rakyat negeri itu yang tahu jika Avner akan segera naik tahta, mereka memang sudah menunggu lama untuk ini. Rakyat negeri itu tahu jelas jika Avner adalah sosok yang tegas dan berwibawa. Avner terkenal cerdas dan bertindak dengan hati-hati. Membuat rakyat negeri itu menanti sekali saat dimana mereka akan dipimpin oleh Avner.

Dan sekarang saat itu tiba.

Avner hanya berdiam diri di kamarnya tanpa minat. Ia menatap ke balkon dengan tetapan kosong. Avner merindukan Maura kali ini. Sungguh.

"Permisi, Pangeran, saya membawakan pakaian untuk penobatan pangeran nanti."

Avner hanya diam ketika pelayan wanita itu masuk sambil membawa pakaian kerjaan berwarna hitam dengan ornamen emas. Nampak elegan dan mewah.

"Pakaiannya saya letakkan di atas tempat tidur pangeran," ucap pelayan itu. "Waktu penobatan tinggal sebentar lagi pangeran, Yang Mulia Raja meminta Anda untuk segera bersiap-siap."

Avner tak bergeming. Ia masih sibuk pada lamunannya sendiri. Bahkan ketika pelayan wanita itu memanggil namanya terus-menerus Avner sama sekali tak perduli. Pemuda itu hanya diam menatap gelap langit seperti biasanya.

"Pangeran? Apakah Anda sakit?" tanya pelayan wanita itu mencoba mendekat ketika Avner diam saja.

"Pangeran? Apa kah Anda baik-baik saja? Pange—"

"DIAMLAH, SIALAN! AKU TIDAK TULI!" sentak Avner marah karena suara pelayan itu benar-benar mengganggu nya.

Pelayan wanita itu menunduk takut. Ia segera undur diri ketika merasakan jika aura yang di keluarkan oleh Avner benar-benar mencekam kali ini. Jadi dari pada ia akan mendapat amukan Avner, ia memilih untuk keluar dari kamar Avner. Meski dengan hati dongkol karena telah di bentak oleh pemuda itu.

"Ck, tubuhku jadi melemas lagi karena berteriak tadi," keluh Avner, "ah, kau harus tenang Avner, sebentar lagi kau dan Maura akan bisa bersama. Sebentar lagi."

Senyum di wajah Avner kembali mengembang ketika ia mengingat wajah dari gadisnya itu. Avner benar-benar merindukannya, ia rindu pada aroma manis dan memabukkan milik Maura. Ia ingin merengkuh Maura selama yang ia bisa dan mengurungnya di kamar. Selamanya. Agar tak ada yang bisa memisahkan mereka.

Avner menatap pada pakaian yang di bawa oleh pelayan tadi. Ia bergegas memakainya, ketika suara sang Ayah terdengar di luar kamar menyuruh Avner untuk segera cepat. Ck, pria tua itu selalu saja mampu membuat Avner kesal.




|BINDING DESTINY|





       "Hey, Isabelle!"

Wanita cantik berpakaian pelayan itu menoleh ketika merasakan ada yang memanggilnya. Ia menatap pada pria berjubah hitam yang memberi isyarat padanya agar mendekat.

Binding destinyWhere stories live. Discover now