16 || Tersesat

1.9K 196 1
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

BAGIAN ENAM BELAS




     Pagi ini Maura terbangun saat hari sudah beranjak siang. Saat matahari sudah menyengat dengan teriknya. Saat beberapa penduduk desa sudah berlalu-lalang menjalankan aktivitas mereka. Maura keluar dari kamarnya dengan langkah malas-malasan. Ia menaikkan alis ketika merasakan ada yang aneh disini.

Rumah nampak sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tadinya Maura pikir jika Leta tengah bersantai di ruang tamu, atau sibuk menggoda Elvan di meja makan. Namun nihil, tidak ada tanda-tanda mereka disini. Membuat Maura diam-diam merutuk sebal. Kemana perginya dua orang itu.

Maura menggidikkan bahunya acuh. Ia segera mandi karena merasakan tubuhnya yang terasa gerah. Cukup lama Maura melakukan rutinitas wajibnya itu. Ia keluar dari kamar mandi ketika hari sudah semakin terik. Sudah tengah hari.

Maura berjalan menuju dapur, untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Ia membuka tudung saji yang nampak sudah lengkap dengan nasi dan lauk pauk. Serta sebuah kertas yang di letakkan di dekat mangkuk sayur sop.

Gue mau kencan di hutan, lo dirumah aja yes, rebahan biar makin pendek. JANGAN GANGGU GUE! OKE!

Dari jodohnya Elvan,
Leta♡

Maura mendengus kesal. Seharusnya ia sudah menduga sejak tadi. Kenapa juga harus menanyakan keberadaan gadis itu. Maura memakan makanannya dengan cepat dan tergesa. Masa bodoh dengan isi surat itu. Maura akan menyusul Leta! Titik.

Sejak kemarin saat ia mendengar Elvan menyebut namanya pada cermin. Membuat Maura semakin menjaga jarak pada pemuda itu. Tak ada yang tahu siapa Elvan, bagaimana jika ia adalah orang jahat? Apa yang bisa Maura lakukan? Oh, jangan lupa sahabatnya Leta tengah berdua bersama dengan Elvan. Di tengah hutan yang sepi! Siapa yang menduga akan apa yang terjadi nantinya?

Jadi dari pada memikirkan yang tidak-tidak lebih baik Maura menyusul. Untuk memastikan.


Maura segera meraih jaketnya, berjalan dengan cepat meninggalkan rumah Neneknya. Ia tidak bisa sabar dan berjalan pelan. Ia harus memastikan jika Leta dalam kondisi baik-baik saja.

Sungguh, Maura memiliki firasat buruk soal pemuda itu. Elvan.

Maura sudah berjalan masuk ke dalam hutan. Melewati banyak pepohonan. Aliran sungai yang deras. Dan begitu banyak semak belukar. Namun ia sama sekali belum menemukan keberadaan Leta mau pun Elvan.

Maura semakin berjalan masuk ke dalam hutan. Matanya bergerak liar mencari sosok sahabatnya itu. Maura berdecak kesal. Ia mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Tepat di bawah pohon besar yang ada di tepian sungai.

Sembari mengipas wajahnya yang berkeringat. Maura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun langit yang awalanya cerah terang benderang. Mendadak berubah menjadi gelap. Di iringi rintikan air yang perlahan mulai turun membasahi bumi.

Maura berdecak kesal, ia mengedarkan pandangannya. Mencari tempat berteduh. Mengingat di bawah pohon bukan lah pilihan bagus  karena petir yang terus menyambar.

Netra Maura menemukan sebuah goa tak jauh dari tempatnya. Maura rasanya kenal goa itu. Mata Maura menyipit melihat sebuah bunga Mawar berwarna hitam di depan mulut goa itu. Tidak salah lagi, itu adalah goa tempat Maura pernah berteduh dulu. Ketika ia pertama kali datang ke hutan ini.

Binding destinyKde žijí příběhy. Začni objevovat