22 || Wake Up

1.9K 192 2
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

♛Chapter twenty two♛





'Kau yang kudamba sekian lama, akhirnya dapat berada disisiku sekarang.'








          Rasa pusing yang membuat pandangannya berputar-putar, dirasakan Maura ketika ia mulai membuka matanya. Ia merasakan jika kasur tempatnya berbaring sangat lembut, empuk dan nyaman. Aroma aneh juga memenuhi seisi ruangan ini. Aromanya sangat mengganggu Maura. Seperti aroma besi berkarat atau bau amis darah.

Maura benar-benar merasa asing dengan tempatnya sekarang, ia mengedarkan pandangnya ke penjuru  ruangan luas yang di isi ornamen berwarna hitam yang terkesan kelam. Sepanjang hidup Maura selama 18 tahun ia tak pernah merasa setakut ini, sebelumnya ia adalah gadis berani yang menyukai tantangan. Maura segera beranjak dari sebuah ranjang besar yang menjadi tempatnya berbaring tadi. Maura berlari dengan tergesa ketika melihat pintu dengan ukuran raksasa itu terbuka lebar, ia senang, berpikir akan segera bebas.

Namun, keanehan selanjutnya terjadi. Maura dapat merasakan jika ia terjungkal ke belakang tepat setelah berjalan sepuluh langkah dari ranjang besar itu. Maura mengusap bokongnya yang terasa nyeri, namun ia tak menyerah, Maura kembali bangkit. Ia berlari lagi, dan jatuh terjungkal dengan lebih menyakitkan. Maura mengernyit aneh, ia mengangkat tangannya, mulut Maura terbuka lebar ketika merasakan jarinya menyentuh sesuatu seperti kaca.

Maura menggelengkan kepala tak percaya, ia mengedarkan pandangannya lalu mengambil salah satu kursi yang ada di dekat ranjang itu. Maura mengerahkan semua tenaganya, ia melemparkan kursi itu berharap kaca transparan yang tadi Maura rasakan dapat pecah. Namun nihil, kursi itu melayang dengan mudah dan mendarat sempurna di depan pintu. Maura kembali menggeleng ini di luar nalarnya. Tubuh Maura mundur kebelakang, ia menatap pintu keluar dengan tekad kuat, Maura kembali berlari dengan harapan dapat mendarat seperti kursi tadi.

BRUGH

Maura kembali menggeleng sebenarnya apa yang salah. Tangan Maura kembali terangkat, ia dapat merasakan dengan jelas jika tangannya tengah menyentuh sebuah kaca pembatas yang transparan. Namun kenapa kursi tadi dapat melayang dengan mudah? Ini benar-benar di luar batas pikirannya.

"Mencoba kabur, sayang?"

tubuh Maura termundur kaget. Pemuda berambut merah gelap dengan tatapan mata tajam itu berdiri didepannya. Tubuh pemuda itu tinggi dan besar, dua kali lipat lebih tinggi dari Maura. Gadis itu bahkan sempat tergegun, mengira jika pemuda itu adalah raksasa.

"Hey, apa kau melamun?"

Maura termundur kaget ketika Avner mendekat kearahnya. Maura memasang wajah waspada, kelihatannya Avner bukanlah pemuda baik-baik.

"L—lo siapa?!" tanya Maura dengan nada bergetar.

Avner menautkan alisnya bingung dengan ucapan Maura. "Amour, apa yang kau bicarakan aku tak mengerti."

Maura menatap Avner aneh. Manusia macam apa sebenarnya pemuda di depan Maura sekarang ini? Masa bahasa gaul seperti itu ia tak tahu. Dan lagi apa itu Amour? Nama dia itu Maura bukan Amour.


"JANGAN MENDEKAT!"

Maura panik begitu Avner berjalan mendekatinya. Ia menatap Avner tajam, jika di lihat dari wajahnya Avner bukanlah pria baik-baik, dan ia percaya itu. Namun di sisi lain Maura juga merasa jika Avner ini adalah orang baik, ia merasa wajah Avner begitu mirip dengan wajah seseorang yang pernah datang di mimpinya di malam saat ia berulang tahun.

Binding destinyWhere stories live. Discover now