17 || Penyusup

1.7K 180 0
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

♛Chapter seventeen♛



Happy reading!



        Gelap.

Maura tak bisa melihat apa pun. Tak ada cahaya. Pengap. Maura takut. Kepalanya terasa berat dan pening. Hal pertama ketika ia membuka mata hanya merasakan kegelapan. Maura takut. Ia amat takut sekali. Maura tidak suka kegelapan ia membenci itu.

"Kau sudah bangun rupanya."

Maura mendongak berusaha mencari sumber suara itu. Suara pria yang terdengar dingin dan menghunus. Membuat tubuh Maura menjadi bergetar ketakutan.

"Katakan, siapa yang mengirim mu?"

Maura tersentak ketika merasakan cengkeraman di dagunya. Begitu kuat dan sakit. Maura meringis. Kepalanya dipaksa untuk melihat kearah lawan bicaranya yang sama sekali tak dapat Maura lihat.

"KATAKAN SIALAN SIAPA YANG MENGIRIM MU!"

Maura bergetar ketakutan. Suara itu menggelegar hingga bergema membuat Maura ketakutan. Ia berusaha melepaskan cengkeraman itu namun sama sekali tak dapat di lepaskan kan.


"Nyalakan obornya, agar makhluk ini tahu siapa lawannya sekarang!"

Maura mengerjapkan matanya ketika perlahan bias cahaya memasuki retina matanya. Ia membuka matanya dengan pelan. Maura tersentak hingga termundur kaget ketika melihat makhluk aneh dihadapannya sekarang.

Itu terlihat seperti manusia namun bertubuh besar, memiliki tanduk, berwarna merah menyala serta bertaring. Dan jangan lupakan lidahnya yang menjulur panjang. Membuat Maura semakin bergidik ketakutan.

"Lihatlah manusia ini! Dia bergetar ketakutan." makhluk itu tertawa terbahak sambil menunjuk Maura.

Tubuh gadis itu semakin bergetar dengan hebat ketika mahkluk mengerikan itu berjalan mendekat padanya. Ini mengerikan, sangat mengerikan!

"Seperti nya kau harus di beri peringatan agar bisa membuka mulut," ucap makhluk itu sambil menyeringai.

Ia mengangkat tangannya. Dalam sekejap muncul cahaya berwarna kuning mirip api. Berbentuk bulat. Makhluk itu menyeringai dengan tanpa perasaan mengarahkan bola api itu hingga mengenai Maura. Tubuh gadis itu mendadak menjadi panas luar biasa. Tubuhnya kaku dan berubah menjadi merah. Keringatnya mengucur deras. Maura menangis. Ia ketakutan. Sangat ketakukan.

"Katakan siapa yang mengirim mu!"

Maura menggeleng. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Ia sama sekali tak tahu arah pembicaraan mereka. Maura memundurkan langkahnya merapat pada dinding dingin yang lembab itu.

Makhluk di depan Maura  nampak marah. Ia mengeluarkan cambuk. Dengan tanpa hati mencambuk tubuh Maura berkali-kali. Tanpa kasihan. Hingga Maura pingsan kesakitan.

|BINDING DESTINY|

"Ada apa ini?"

Avner menggelengkan kepalanya. Ia bingung bukan main. Mengapa ia tidak bisa melihat dimana Maura berada sekarang? Mengapa pengelihatan nya seolah di halangi? Ada apa sebenarnya nya?

Avner hendak bangkit namun mendadak ia jatuh terduduk. Avner menyentuh punggungnya. Entah mengapa namun tiba-tiba ia merasakan sakit luar biasa disana. Meski hanya sesaat dan kemudian hilang begitu saja.

Ini aneh sekali. Avner tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Ia adalah iblis tanpa hati. Lalu mengapa sekarang ia merasakan gelisah, merasakan ketakutan, serta rasa sakit?

Ada apa ini sebenarnya?

"Yang mulia, air hangat anda telah siap."

Pelayan cantik itu —Isabelle— menundukkan kepala hormat. Menunggu respon dari Avner yang hanya diam saja sambil menyentuh punggungnya.

"Mohon ampun, Yang Mulia. Apa anda baik-baik saja?" tanya Isabelle.

Avner bangkit, dengan keadaan sedikit tertatih ia berjalan menuju keluar kamarnya. Tanpa melirik pada Isabelle yang hanya diam tanpa kata. Bagi Avner ada hal yang lebih penting dari itu. Ini soal Maura. Soal gadisnya.


|BINDING DESTINY|



    Kepala Maura terasa berat. Tubuhnya sakit bukan main. Ia tak dapat bergerak bahkan se-inci pun. Punggungnya nampak mengenaskan dengan memar akibat bekas cambukan. Maura tak dapat melihat apa pun. Keadaan kembali gelap. Ia menelan ludahnya susah payah. Maura haus dan kelaparan. Ia butuh asupan tenaga. Ia butuh makanan.

Maura yang tengah terbaring tak berdaya di atas lantai yang begitu dingin menurutnya. Membuat tulang-tulang persendiannya merasakan ngilu. Rasanya sakit sekali. Maura merintih pelan. Ia kesakitan. Perlahan air matanya menetes. Maura ketakutan. Ia ingin pulang. Ia ingin kembali kerumah.


Maura berusaha hendak bangkit. Meski ia tahu sia-sia karena akhirnya ia jatuh kembali. Maura pasrah. Ia menangis sesenggukan. Menuangkan semua rasa sakitnya. Rasa takutnya. Hingga perlahan ia jatuh ke alam mimpi begitu saja.




"Kau mau berjanji satu hal?"

Pria dengan jubah hitam itu tersenyum. Dengan lembut memegang tangan wanita di hadapannya dengan penuh kasih sayang. Keduanya duduk berhadapan di sebuah kamar dengan nuansa kelam.

"Apa pun itu."

Wanita itu tersenyum. "Kau harus selalu bersamaku, ya. Apa pun yang terjadi berjanji lah untuk selalu mencintai ku."

"Memangnya kapan aku pernah tak mencintaimu?"

Wanita itu tersenyum. "Tidak pernah. Hanya saja aku merasa takut."

Pria itu mengangkat alisnya bingung. "Apa yang membuat mu takut?"

"Aku merasa kita akan segera berpisah," katanya, "aku takut itu terjadi. Aku tak mau berpisah dengan mu."

Pria itu tersenyum dengan lembut menarik wanita itu dalam dekapannya. Dengan penuh kasih sayang keduanya saling merengkuh erat. Dalam kebahagiaan pria itu mengusap lembut perut si wanita lalu mengecupnya pelan.

"Selama ada aku, kau dan anak kita akan aman..."

"... Percayalah, selamanya aku selalu mencintaimu."


BYUR

Maura yang sedang lelap tertidur gelagapan. Ia membuka matanya secara tiba-tiba. Maura dapat melihat sedikit cahaya. Membuat ia nampak dengan jelas sesosok makhluk yang kemarin baru saja mencambuknya hingga pingsan.

Makhluk itu menatap Maura dengan pandangan aneh. Membuat Maura menelan ludah ketakutan. Tatapan itu mengerikan. Makhluk itu meneliti setiap inci tubuh Maura dengan lapar. Maura bergetar berusaha menutup pakaiannya yang menjiplak bentuk tubuhnya karena basah terkena air.

Makhluk itu berjalan mendekat. Dengan menyeringai menyentuh bahu Maura yang semakin membuat gadis itu bergetar ketakutan.

"Seperti nya main-main sedikit, tidak akan masalah."

Tuhan,

Tolong Maura sekarang!






***

Jangan lupa baca ceritaku yang lain ya guys, terimakasih:)

Follow me :

IG : nuranisa174

Binding destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang