27 || Gadis Yang Avner Cintai

1.6K 150 3
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

👑 chapter twenty seven👑
-
-
-
-
'Selamanya kau tak akan pernah aku lepaskan.'





       Hal pertama yang Maura rasakan saat terbangun dari tidurnya adalah rasa sakit, sekujur tubuhnya terasa remuk redam seperti di hancurkan hingga keping terakhir. Kepalanya terasa berdenyut nyeri sakit sekali. Tubuhnya tak mampu di gerakan sangking sakitnya yang ia rasakan, bibirnya kelu tak dapat berkata apa-apa. Maura menangis tanpa suara, ini menyakitkan luar biasa.

"Amour, kau sudah sadar?"

Avner berjalan mendekati Maura dengan tergesa, raut wajahnya terlihat begitu khawatir. Ia mengusap lembut kepala Maura, matanya menatap gadis itu dengan gelisah. Avner tahu jika Maura pasti sedang tidak baik-baik saja.

"Yang mana yang sakit? Katakanlah!" Ucap Avner sambi menata Maura dengan pandangan sendu.

Gadis itu hanya diam, ia tak dapat membuka mulut nya. Maura menangis tersedu-sedu, memberi tahu Avner jika ia tak mampu menahan rasa sakit ini sendirian.

Tangan Avner tergerak, ia menggenggam jemari Maura sambil mengusapnya pelan. Avner tahu ini tidak membantu namun ia tak tahu lagi apa yang harus di lakukan lagi. Pikiran Avner buntu saat ini.

"Apa yang sakit? Apa tanganmu? Kepalamu? Kaki? Atau semuanya?" Tanya Avner bertambah khawatir ketika tangisan Maura semakin keras.

Avner mengigit bibirnya ia tidak bisa diam saja, Avner berteriak memanggil tabib dengan suara menggelegar. Ia tak tahu harus melakukan apa, Avner panik hingga jadi bodoh.

"Sialan! Kemana perginya semua tabib bodoh itu!" Sentak Avner murka. "TABIB BODOH! DATANGLAH ATAU KU PANGGANG KALIAN!"

Maura kembali menangis, teriakan Avner semakin membuat tubuhnya terasa sakit. Pria ini gila! Pelukan nya yang erat itu membuat rasa nyeri di tubuh Maura semakin terasa. Membuat tulang Maura remuk, hingga ia hampir mati rasa.

"DARI MANA SAJA KALIAN!"

Seorang pria tua dengan topi runcing masuk kedalam, ia menunduk tak berani menatap Avner yang murka. Pria itu mengecup puncak kepala Maura lalu membaringkannya di atas peraduan. Avner berdiri dengan penuh wibawa, memberi perintah untuk segera memastikan kondisi Maura.

"Mohon ampun, Yang Mulia."

"Cepatlah, gadisku sudah kesakitan."

Tabib Han meraih tangan Maura, di usapnya tangannya dengan lembut. Sebelah tangan tabib Han mengusap wajah Maura, bibirnya bergumam merapalkan sesuatu. Maura dapat merasakan jika tubuhnya mendadak menjadi dingin, lebih dingin dari es. Rasanya ia seperti membeku, tak ada anggota tubuhnya yang dapat di gerakan.

Tabib Han meniup wajah Maura, membuat kedua mata gadis itu tertutup sempurna. Maura tak sadarkan diri lagi. Itu lebih baik, dari pada harus bangun dengan menahan rasa sakit luar biasa.

Avner berdiri dengan gusar, tak henti memperhatikan tiap pergerakan tabib Han. Ia tak pernah seperti ini, tak pernah setakut ini.

Tangan tabib Han turun, menyentuh kedua kaki Maura, ia memijat nya pelan. Tabib Han menatap wajah Maura sebentar kemudian menghela napas.

Binding destinyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz