37

1K 102 8
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

|Chapter thirty seven|




Maura tengah memakan makan siangnya dengan tenang. Keadaan nya sudah lebih baik, Avner benar-benar menjaga Maura, ia bahkan tak membiarkan gadis itu sendirian bahkan hanya untuk buang air kecil. Ya, sangat berlebihan memang. Namun Maura sudah mulai terbiasa, ia mulai mampu menerima semua kata-kata manis omong kosong dari Avner. Ah, rasanya bahkan ia sudah bisa menerima Avner, sedikit.

"Ingin tambah lagi, Nona?" Tanya Isabelle ketika makanan di piring Maura telah habis tak tersisa.

Gadis itu menggeleng, mengulurkan tangannya meminta minum. Isabelle mengambil piring Maura yang telah kosong, lalu menyodorkan segelas air pada gadis itu.

Isabelle tersenyum tipis, melihat Maura seperti ini benar-benar mengingatkan nya pada sosok kakak iparnya di masa lalu. Mereka sama bahkan begitu mirip dalam segala hal. Membuat Isabelle kembali merasakan kehangatan kakak iparnya lagi.

"Isabelle." Maura mengusap sudut bibirnya dengan ujung gaun yang ia kenakan. "Mana Avner?"

Isabelle tersenyum. "Yang Mulia sedang berada di ruangannya, Nona."

Gadis itu berdecak, pria aneh itu sudah berada disana sejak beberapa jam yang lalu dan sekarang ia masih betah berada di sana juga. Tidakkah Avner tahu jika Maura bosan dan ingin keluar jalan-jalan?

"Nona, silahkan diminum obat anda."

Isabelle menyodorkan sendok berisi cairan yang disebut obat itu, Maura mengerut kesal, ia benci obat-obatan dan sejenis nya, meski rasanya tidak semua pahit. Tapi Maura tetap membenci mereka.

"Sudah," ucap Maura ketika sudah payah menelan cairan menjijikkan itu.

Isabelle tersenyum, ia membereskan bekas makan Maura. Setelahnya meletakkan itu di atas meja yang berada di samping ranjang. Isabelle mengambil sisir yang berada tak jauh dari sana. Hari ini ia akan mengepang rambut Maura, gadis itu yang memintanya. Maura bilang ia bosan dengan gaya rambut nya yang selalu ia gerai.

"Isabelle," panggil Maura.

"Iya, Nona."

"Sebenarnya aku ada dimana? Kenapa langit disini selalu gelap? Kenapa semua orang aneh dan menyeramkan disini?"

Gerakan Isabelle terhenti, ia meneguk ludah kasar. Isabelle tidak boleh salah langkah, Avner bisa memenggal kepalanya.

"Ah, itu biasa saja, Nona. Hanya perubahan cuaca."

"Aku tahu kau berbohong, Isabelle."

Tubuh Isabelle menegang, gerakannya berhenti. Perlahan tubuh Maura berbalik, menatap pada Isabelle dengan wajah ingin tahu khas miliknya.

"Katakan, kalian ini sebenarnya apa?"

***

"Selamat datang di gubuk tuaku, manusia."

Leta menatap pada rumah kecil di bawah pohon yang begitu besar. Sebenarnya rumah itu tidak terlalu kecil, bahkan mirip dengan rumahnya disana. Wanita itu membuka pintu, mempersilahkan Leta untuk masuk.

Leta menatap kesetiap sudut dengan rasa ingin tahu, rumah ini memang terlihat sederhana, tapi setidaknya terasa nyaman untuk ia beristirahat.

"Ingin minum teh?"

Leta menggeleng, ia duduk di kursi yang berada di ruangan itu. Wanita itu tersenyum, ia berjalan masuk semakin dalam. Tak lama wanita itu kembali membawa segelas air putih di tangannya, memberikan pada Leta.

Binding destinyWhere stories live. Discover now