13 || Rencana

2K 217 0
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

BAGIAN TIGA BELAS








     Penobatan Avner menjadi Raja hanya tinggal hitungan hari. Selama itu seisi istana sibuk mempersiapkan apa-apa saja yang di perlukan saat penobatan nanti. Termasuk para rakyat negeri kegelapan yang nampak antusias menyambut calon Raja baru mereka.

Sementara keadaan di luar yang benar-benar sibuk, Avner hanya berdiam diri di kamar. Mengurung diri di sana. Tanpa melakukan apa pun. Bukan hanya karena kekuatannya yang belum pulih namun juga karena semangatnya yang hilang entah kemana.

Setiap kali Avner diam melamun, nama itu selalu terngiang di dalam pikirannya. Bergema dengan nyaring dan Indah. Nama itu semakin membuat rindu yang Avner pendam selama ini membuncah hendak keluar. Avner merindukannya sungguh.

Maura. Maura. Maura. Maura. Maura

Selalu nama itu yang terlintas saat ia sendiri seperti sekarang. Ketika Avner merasa hampa dan kosong. Hanya nama itu.

"Pangeran, saya membawakan makan siang untuk pangeran."

Avner hanya diam ia tak berniat untuk memutar tubuhnya saat suara lembut salah satu pelayan mengusik gendang telinga Avner. Wanita cantik dengan pakaian khas pelayan kerajaan itu nampak sabar berdiri di belakang Avner. Ia nampak tersenyum sambil menyiapkan makanan untuk Avner. Senyum yang membuat siapa pun akan langsung terpikat.

Kecuali Avner, tentu saja.

"Pangeran, makanan Anda sudah si—"

"Keluarlah," ucap Avner dingin.

Pelayan wanita itu nampak terdiam, ia masih tetap berdiri di tempatnya tak akan pergi sebelum Avner menghabiskan makanannya.

"Saya tidak akan keluar sebelum pangeran menghabiskan makanannya," ucap pelayan wanita itu sopan.

Avner berdecak kesal. Pelayan wanita itu mengganggu dirinya untuk menyusun rencana agar dirinya dan Maura bisa bersama lagi.

"Aku tidak akan memakannya, sekarang keluar lah," ucap Avner lagi masih mencoba sabar.

"Tapi pangeran jika Anda tidak memakan ini, kondisi tubuh Anda akan semakin lemah, saya hanya tidak ingin jik—"

"AKU BILANG KELUAR, SIALAN!"

Avner mencekik leher pelayan wanita itu dengan kuat. Ia membanting tubuh pelayan itu hingga merusak dinding yang ada di kamar Avner. Pemuda itu sedang dalam keadaan emosi yang tidak stabil, ia bisa melukai siapa pun tanpa terkecuali sekarang. Dan pelayan wanita itu adalah salah satunya.

"Kau pikir aku ini apa, hah?! Iblis tidak mati walau tidak makan selama berabad-abad penuh, kau dengar itu iblis rendahan!" seru Avner dengan murka.

Avner menendang tubuh pelayan wanita itu sebelum ia keluar dari kamarnya dengan perasaan dongkol. Avner berdecak kesal saat sadar jika tubuhnya masih melemah. Ia memutar arah menuju ke perpustakaan istana tempat dimana Avner biasanya berdiam diri saat mood-nya sedang tidak Bagus seperti sekarang.






|BINDING DESTINY|

     

    "Ares, aku merasa apa yang kau lakukan ini adalah kesalahan."

Binding destinyWhere stories live. Discover now