42

866 54 9
                                    

Selamat membaca kisah Avner dan Maura

|Bagian: Empat puluh dua|


    Leta memeluk kedua lututnya, tangisannya tertahan. Sesaat setelah gadis yang ia ingat kembali bernama Maura itu pergi, seorang penjaga mendekat ke arahnya, mencambuk dan menjambak nya berulang kali. Ia mengaduh kesakitan, meminta ampun, namun seakan tuli semakin membabi buta penjaga itu menyiksa dirinya.

"Elvan... Elvan."

Leta menangis tanpa suara, tubuhnya lemas kehabisan tenaga. Ia tergeletak begitu saja di lantai penjara yang dingin. Penjaga itu pergi meninggalkan ia sendirian disana.

"Maura... Elvan..."

Leta merintih kembali, memegangi perutnya yang terasa sakit. Oh tidak, ia melupakan satu nyawa di dalam sana. Leta menangis memukul kepalanya sendiri, sadar ia bodoh sekali.

Sekarang ia ingat semuanya, soal Maura, Elvan, siapa dirinya sebenarnya. Pria sialan itu pasti sudah menghipnotis dirinya, membuat ia seakan-akan pasangan suami-isteri, sial, bahkan entah kapan menikah saja ia tidak ingat.

Leta menyeret tubuhnya yang penuh dengan luka itu, jemari-jemari mungilnya yang tersisa setelah patah beberapa, mencengkram tiang-tiang besi pintu penjara itu. Manik mata Leta meneliti setiap sudut yang dapat ia jangkau, ia sedikit mengernyit kan dahinya ketika  melihat siluet dua manusia yang berada tepat di depan penjara miliknya.

"Tante Asti?"

***

Maura bersidekap dada  menatap senang pada kedua objek di depannya. Javier yang tengah bersimpuh menerima makian dari Avner, karena telah melukai dirinya. Ah, rasakan, lagi pula itu salahnya, sial bahkan rasanya untuk menoleh masih sangat sakit.

"Kau mengerti, Javier?"

"Saya mengerti, Yang Mulia."

"Bagus, tunggu aku diruangan ku."

Javier memberi hormat, kemudian pergi menyisakan Maura dan Avner saja. Pria itu berbalik mendekat ke arah ranjang, ia mengusap pipi Maura dengan lembut, sambil tersenyum, namun Maura dapat melihat dengan jelas binar ke khawatiran dari netra mata pria itu.

"Amour, lain kali jika ada yang mengajakmu pergi, kau tidak boleh langsung mengiyakan mengerti?"

Maura berdecak kesal. "Kau ini kenapa sih, jelas jelas itu kau yang mengajakku untuk ke ruangan bawah tanah," sanggahnya tak terima.

Avner tersenyum. "Amour."

Maura mengangkat sebelah alisnya bingung. "Apa?"

"Apa aku pernah memanggil mu selain dengan nama itu?"

Maura menggeleng, Avner menatapnya dalam, memuja. Ia mengusap surai gadis itu dengan lembut sembari terus menatap, menjelajahi manik mata itu dalam-dalam.

"Apa ada yang menatapmu seperti aku?"

Satu tangan nya ia turunkan, meraih tangan gadis itu membawa nya naik me atas, tepat di dada Maura, Avner meletakkan tangannya berhenti di sana.

"Apa jantung mu pernah berdetak sekencang ini selain denganku?"

Maura menelan salivanya kasar, matanya terkunci pada pria di depannya ini. Sialan, kenapa tiba-tiba tubuhnya seperti beku, ia bahkan tak bisa untuk sekedar berkedip. Ah, matanya perih.

"Bahkan meski ia menyerupai aku, tubuhmu tak pernah bereaksi sama seperti ini." Avner menarik tangannya, ia mencium kening gadis itu dalam. Menyalurkan semua yang ia rasakan, oh Maura, apa kau tau jika ia secinta itu padamu?

Binding destinyWhere stories live. Discover now