7 || Rencana Ares

3.4K 337 2
                                    

  Selamat menikmati dan membaca kisah Avner dan Maura

BAGIAN TUJUH

Malamnya tubuh Maura demam tinggi. Ia terbaring dikasur dengan lemah. Akibat hujan tadi yang membuat pakaian Maura basah, serta hujan yang baru berhenti saat pukul tujuh malam, Maura tergesa pulang karena hutan sudah gelap, yang membuat Nenek khawatir bukan main, apa lagi saat Maura berkata baru saja masuk ke hutan, membuat Nenek makin khawatir dan cemas.

Maura bertanya sebab pada Nenek, sementara Nenek hanya terdiam sambil menerangkan jika hutan itu adalah hutan larangan yang misterius. Kata nenek sudah ada begitu banyak korban yang masuk ke hutan itu lalu tak bisa keluar dari sana. Mungkin itu yang mnyebabkan Nenek secemas itu melihat Maura, apalagi saat tahu Maura bisa keluar dengan mudah dari hutan itu.

"Maura, bagaimana masih pusing?" tanya Nenek yang masuk dengan membawa nampan.

Maura mengangguk lemah, semakin merapatkan selimutnya karena kedinginan. Nenek meletakkan nampan itu di atas meja yang ada disamping ranjang kecil itu. Nenek bergerak lagi, menutup jendela yang terbuka, meski ia ingat jelas jika sudah menutupnya.

Nenek berbalik menghampiri Maura sambil mengecek suhu tubuhnya. Nenek mengambil kompres di kepala Maura mengganti dengan yang baru. Nenek mengelus kepala Maura lembut sambil menatapnya. "Maura, makan, ya? Nenek suapin."

Maura hendak menolak namun tak enak pada Nenek. Hingga ia hanya mengangguk menerima suapan demi suapan dengan rasa hambar. Nenek memberikan gelas berisi teh hangat pada Maura, gadis itu meminumnya dengan pelan lalu kembali berbaring karena merasakan jika kepalanya mulai pusing.

Nenek membereskan bekas makan Maura, menaikkan selimut Maura hingga sebatas dada lalu mulai keluar dari kamar. Meninggalkan Maura untuk beristirahat.

Tidak sampai Maura benar-benar lelap, Avner keluar dari persembunyiannya di sudut tergelap kamar itu. Avner mendekat pada Maura yang meringkuk dengan wajah pucat. Ia menyentuh kening Maura sayang, mengusapnya lembut dengan bibir bergerak entah mengucap apa. Lalu kemudian mengecup kening itu penuh perasaan dan lama. Sedetik cahaya merah bercampur putih membalur tubuh Maura menciptakan sensasi dingin di tubuh gadis itu, lalu hilang begitu saja.

Avner tesenyum lega ketika memeriksa kondisi Maura yang sudah lebih baik. Ia bangkit dari posisinya setelah melindungi rumah ini dari hal-hal jahat, Avner menghilang. Pergi kembali ke istana, entah mengapa namun ada sesuatu yang mendorongnya untuk kembali ke sana. Secepatnya.








|| BINDING DESTINY ||

  








     Ares tersenyum licik di singgasananya ketika mendengar kabar dari penjaga istana bahwa Avner telah kembali lagi. Ia mengusap dagunya dengan wajah berseri. Ares sudah duduk di meja makan sejak lima menit lalu, ia dapat melihat jelas hamparan makanan serta gelas-gelas berisi cairan merah kental berbau amis. Semua hidangan kesukaan Avner ada disini.

Ares membenarkan posisinya ketika derap langkah yang sangat ia kenal berjalan mendekat padanya. Ares berdehem sebentar setelah melihat Avner yang menarik kursi di sampingnya mulai duduk. Hening tak ada yang membuka suara, seperti peraturan biasanya, dilarang berbicara di meja makan. Avner nampak tenang meneguk cairan merah kental di gelas perak, lalu mulai mengiris pelan potongan jantung rebus di piring peraknya. Salah satu hidangan kesukaan Avner.

Baru berlangsung sekitar sepuluh menit, namun Avner dapat merasakan mendadak tubuhnya melemah. Kekuatannya seperti tersedot keluar dari tubuhnya sendiri. Avner dapat merasakan pandangannya mengabur, perlahan melihat asap merah terang yang menguar keluar dari tubuhnya tergantikan dengan asap merah gelap yang mengelilinginya dengan putaran cepat, menyerap semua kesadaran Avner saat itu juga.

Ares tersenyum miring dalam duduknya. Ia menjentikkan jarinya, lalu datang dua penjaga yang kini menunduk hormat pada Ares. Dengan angkuh tangan Ares menunjuk Avner yang sudah tak sadarkan diri lagi. "Bawa Avner kekamarnya, kunci dengan benar, pastikan ia tidak akan bisa keluar dari sana. Sampai waktunya!"

Kedua penjaga itu membungkuh memberi penghormatan. "Baik, yang mulia."

Ares tersenyum licik dengan mata nyalang menatap ke depan. "Maaf, Nak. Tapi ini demi kebaikanmu."






-BINDING DESTINY-

  





   Pukul sepuluh malam, Maura terbangun dari tidurnya dengan wajah pucat. Ia memegangi dadanya yang terasa sesak secara tiba-tiba. Maura menatap ke setiap penjuru kamarnya yang gelap, gelap yang hampa dan kelam. Ia tidak bisa melihat apa pun, bahkan cahaya lilin yang ada di kamar itu tidak dapat di tangkap indera pengelihatan Maura. Sekujur tubuh nya mendadak lemas dan mati rasa, indera penciuman Maura tak dapat membau apapun, indera pendengar nya seakan tuli tak dapat mendengar barang suara gesekan dahan dan ranting di luar sana.

Seluruh sendi Maura lemas secara tiba-tiba, lidahnya kelu begitu saja, suara nya tak dapat keluar dengan mudah. Maura menangis takut, ia hanya dapat meneteskan air mata dengan wajah tanpa ekspresi. Tubuh Maura mendadak terangkat ke atas, ia merasa ada sesuatu yang keluar dari tubuhnya, secara pelan namun begitu kuat, sangat kuat hingga membuat Maura terjatuh keras di atas lantai papan yang keras, memuntahkan darah segar yang begitu banyak.

Maura tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya, ia merasa mati rasa. Maura terus menangis dalam kebisuan malam. Merasakan langsung dingin yang menusuk dari bawah lantai. Maura dapat merasakan dengan jelas di detik terakhir kesadarannya, sebuah hawa dingin sejuk, yang beku seperti air es menyentuh tangannya, tepat ke arah jari manis Maura. Membelai itu lembut sebentar, sebelum kemudian menyentuh tepat pada cincin yang Maura kenakan perlahan Maura dapat merasakan sakit luar biasa di seluruh tubuhnya ketika cincin itu tengah di lepaskan.

Sebelum akhirnya datang perasaan hampa yang sulit di jelaskan ketika cincin itu akan sepenuhnya terlepas. Namun hanya beberapa detik setelahnya Maura dapat mendengar suara debuman keras, di susul suara nyaring yang memekakan telinga serta sensasi panas membakar yang mengerubungi nya. Tepat setelah itu kesadaran Maura hilang, sepenuhnya.

***

Maura kenapa? :"(

Follow me :

IG : shanissa44

Binding destinyWhere stories live. Discover now