8 || Selamat ulang tahun

3.2K 342 2
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

BAGIAN DELAPAN

     "Loucy, kau baik-baik saja?"

Ares menatap pada Loucy yang muncul di dalam kamarnya dengan tubuh lemas dan wajah pucat. Ares bangkit dari duduknya dengan gerakan cepat menangkap tubuh Loucy yang terjatuh ke lantai. Seluruh tenaga Loucy benar-benar terkuras habis, ia menghela napas lelah ketika Ares membaringkannya di atas peraduan. Kedua mata Ares menatap Loucy khawatir apa lagi ketika melihat pancaran cahaya kalung perak milik Loucy meredup menandakan jika kekuatan Loucy telah terkuras habis.

"Apa yang terjadi?" tanya Ares khawatir, "aku akan memanggil tabib."

"Tidak!"

Loucy menahan tangan Ares, ia menggeleng keras karena tidak ingin jika kehadirannya di sini di ketahui oleh banyak orang. Loucy bahkan harus bersusah payah untuk menipu para penjaga gerbang negeri putih demi dapat bisa bertemu dengan Ares. Mereka sudah bersekongkol untuk mencari cara bagaimana pun agar Avner dan Maura dapat di pisahkan. Meski Loucy merasa itu hal mustahil sebab Avner memiliki watak keras seperti Ares walau masih memiliki kebaikan hati seperti Loucy.

"Baiklah, kau masih mampu menahannya?"

Loucy mengangguk. "Iya."

"Ares!"

"Ya? Ada yang ingin kau katakan?"

"Soal Maura. Tadi sesuai perkataan mu aku pergi ke negeri manusia mengambil cincin yang di berikan Avner pada gadis itu. Tapi rasanya sangat sulit, Ares," keluh Loucy, "Avner telah menaruh mantra pengikat di cincin itu, meski kekuatan Avner telah tersedot sebagian dan mengakibatkan tubuhnya melemah mantra pada cincin itu tidak akan pernah bisa patah. Dan Avner juga telah menaruh pelindung di area rumah Maura, sulit untuk bisa masuk ke sana."

Ares menatap kosong pada jendela kamarnya yang tertutup rapat. Ia melirik pada Loucy yang kini tengah menggenggam erat kedua jemarinya menyalurkan rasa yang sejak ratusan tahun lalu masih tetap sama.

"Mengapa tidak kita biarkan saja Avner dan Maura bersama?" tanya Loucy sudah benar-benar putus asa.

"Kau tahu kan apa yang akan terjadi jika mereka bersatu?" Ares menatap Loucy yang nampak pucat lamat-lamat. "Bukan hanya akan berdampak pada dunia kita dan dunia manusia, namun hal itu akan sangat membahayakan Maura nantinya, gadis itu tidak akan bisa selamat."

Loucy menghela napas meski diam-diam mengangguk membenarkan. Ia melepaskan genggamannya pada Ares, dengan wajah lesu bangkit dari posisinya semula. Loucy menatap Ares lamat-lamat kemudian memeluk nya erat menyalurkan rasa Cinta yang sejak dulu tidak pernah berubah. Loucy melepaskan pelukannya tersenyum menatap pada Ares yang memandanginya dalam.

"Aku harus pergi."

Ares menghela napas seiring asap putih terang yang menghilang dari kamarnya, ia menatap ke tempat peraduan tempat Loucy berbaring tadi. Rasanya baru beberapa detik namun ruangan itu sudah kembali hampa dengan cepat.


|| BINDING DESTINY ||





    Maura mengerjapkan matanya pelan, sebelah tangannya terangkat ketika merasakan jika sebuah cahaya menyilaukan menerpa wajahnya. Maura bangkit dari posisinya yang semula berbaring. Ia mengerjap polos ketika menyadari jika tengah mengenakan sebuah gaun pendek berwarna biru gelap dengan rambut yang di kepang satu dan nampak cantik. Maura menoleh ke kanan dan ke kiri yang ada hanyalah sebuah kegelapan yang kelam.

Maura menutup matanya ketika mendadak sebuah kilatan cahaya terhenti tepat di depannya, lalu dalam hitungan detik mendadak menarik paksa Maura untuk masuk kesana. Maura menutup matanya rapat-rapat ketika merasakan tubuhnya berputar ke kanan dan ke kiri ia hampir saja muntah saat merasakan sebuah goncangan hebat di tubuhnya sampai akhirnya semua normal. Tak ada gerakan apapun.

Binding destinyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora