25 || Wanita dalam mimpi

1.5K 158 3
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura


♛Chapter twenty five♛




"Gelap bagimu menyeramkan,
Gelap bagiku menyenangkan."















"Katakan jika kau mencintaiku."

Pria dengan jubah hitam yang tertidur di pangkuan wanita bergaun merah itu nampak tersenyum kecil. Ia menggapai tangan sang Wanita lalu mulai menciumnya dengan lembut.

"Aku selalu mencintaimu."

"Kau jangan berbohong," ucap wanita itu.

Si pria tertawa kecil, ia mengecup sudut bibir wanita itu dengan gerakan kilat, membuat si pemilik bibir tersentak kaget namun tersenyum manis pada akhirnya.

"Jika tentangmu, aku tak pernah mampu berbohong."

Keduanya saling menatap kemudian tertawa dengan bahagia berdua, seolah dunia ini terasa begitu indah. Seolah hanya mereka berdua yang menjadi penghuni bumi, seolah tak ada yang mampu memisahkan keduanya, dengan cara apapun.

Maura membuka matanya dengan seluruh tubuh yang berkeringat, napasnya nampak terengah seolah baru saja selesai lari marathon. Maura mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang nampak sepi.

Mimpi itu.

Mimpi itu datang dengan kisah berbeda, membuat Maura takut dan bertanya-tanya. Wanita dalam mimpi itu tak pernah dapat ia lihat jelas wajahnya, hanya sebuah gambaran tak jelas yang buram.

Maura menggelengkan kepalanya, tidak ia tidak perlu takut, itu semua hanyalah mimpi, hanya sebatas bunga tidur saja tak berarti apa-apa.

"Amour, kau hendak kemana?"

Avner baru saja masuk dan dibuat terkejut oleh Maura yang hendak turun dari tempat tidurnya. Maura mendongak dengan kaget, melihat wajah Avner kembali mengingatkan nya pada kejadian yang baru saja ia alami. Kejadian mengerikan yang membuat Maura bersumpah tidak akan pernah masuk kedalam ruangan itu, dan menyetuh mawar hitam lagi.

Ia sudah jera. Tak ingin mengulangi nya lagi.

"Amour, kau harus banyak istirahat, tidak boleh beranjak dari tempat tidur sebelum kau benar pulih."

Maura memutar bola matanya malas sekali. "Gue mau pipis, udah kebelet nih."

Avner hanya diam, ia menatap Maura tajam karena merasa jika gadis ini berbohong padanya. Bisa saja nanti dia kabur, ya meski Avner sudah memberi mantera pembatas pada Maura, namun tetap saja. Ia harus berjaga-jaga.

Maura yang melihat Avner hanya menatapnya merasa kesal. "Gue beneran mau kencing nih! Napa sih? Lo mau wakilin?"

Avner menyatukan alisnya bingung. "Amour, bicaralah bahasa yang aku mengerti," ucapnya.

Maura memutar bola matanya jengah. "Bisa gak sih nyebut nama gue tuh yang bener?! Nama gue Maura bukan amour."

"Aku juga tahu jika namamu Maura, amour itu adalah panggilan sayangku untukmu."

Maura bergidik sendiri, melihat wajah Avner yang tersenyum itu terlihat mengerikan. Ia segera beranjak menuju ke kamar mandi, sebelum mengompol di atas peraduan Avner yang terlihat begitu mahal, mana tega Maura.

"Kenapa dia lari? Apa wajahku terlalu tampan?" Tanya Avner pada dirinya sendiri dengan bingung.

Avner menggidikkan bahunya acuh, ia menyenderkan punggungnya di kepala peraduan sambil menatap ke jendela balkon kamar. Avner diam-diam kembali tersenyum, membayangkan jika gadisnya berada satu ruangan dengannya sungguh membuat Avner bahagia luar bisa.


Binding destinyWhere stories live. Discover now