Part 13

4.4K 487 38
                                    

Namja pemilik bahu lebar itu melangkahkan kakinya dan mendekat pada Kedua dongsaengnya.

"Ugi~"

Tak ada respon dari Yoongi.
"Ugi dengar eomma?"

Merasa tak mendapat jawaban Seokjin menarik tangan Yoongi pelan. "Sini ne sama eomma.."

Yoongi menggeleng seraya menutup kedua telingannya. Melihat hal itu Seokjin memberi kode pada Taehyung untuk melepaskan pelukannya dari Yoongi. Meski harus ada sedikit paksaan akhirnya Taehyung dan Yoongi kini bisa terlepas. Yoongi semakin menggeleng takut seraya menutup kedua matanya.

"Hei.. Ini eomma sayang.." ucap Seokjin seraya melepaskan tangan Yoongi dari telinga sang empu.

"Sekarang buka mata." Yoongi menggeleng. Seokjin mengedarkan pandangannya keseluruh dongsaeng nya mencoba bertanya meski hanya lewat tatapan mata.

Merasa paham akan tatapan Seokjin semua namja itu hanya menggedikkan bahunya asal.

"Bagaimana ini~" ucap Namjoon yang mulai merasa gusar.

Melihat seluruh dongsaeng nya yang mulai gusar, Seokjin semakin dibuat bingung akan hal itu.
"Apa ini sakit hm?" ucapnya seraya menunjuk lengan Yoongi yang dipenuhi beberapa bercak darah.

Yoongi mengangguk.

"Ugi~" ucap Taehyung seraya mengintip wajah hyung pucatnya dari bawah. Dielusnya surai Yoongi pelan.

"Ugi ayo pulang.. Kita obati luka ugi."

Yoongi menggeleng keras "Ugi ndak bica puyang."

"Kenapa?" ucap Taehyung dengan lembutnya. Ia tau bahwa sekarang bukan waktunya untuk panik.

"Taetae tadi biyang ugi ndak boleh buka mata. Ugi ndak bica jalan dong kalo macih melem kayak gini teyus. Teyus gimana ugi mau puyang coba?"

Plak!

Suara dari tepukan jidat memenuhi ruangan hening itu. Sang pelaku penepukkan, Taehyung, memukul keras jidatnya sendiri.

"Kau ini.." ucap Seokjin tanpa ekspresi.

Taehyung nyengir tak jelas "Ehehe mianhae hyungdeul, mianhae kookie.. Habisnya taetae lupa.. Ehehe"

"Sekarang ugi buka mata ne.." ucap Seokjin pada dongsaeng pertamannya. Yoongi menggeleng cepat. "Ndak mau! Ugi ndak mau buka mata!"

"Loh ugi nggak mau pulang?" tanya Jungkook yang masih heran akan kelucuan hyung nya yang satu itu.

Yoongi mengerucutkan bibirnya lucu. "Ugi mau puyang~ tapi kata taetae ugi ndak boyeh buka mata."

"Tadi kan chimchim udah nyuruh semuanya buka mata.." ucap Jimin menimpali.

Bibir Yoongi semakin mengerucut kedepan. "Ya tadi kan Ugi macih tutup telinga chimchim.."

"Terus kenapa nggak buka telinga?"

"Chimchim yemot (Lemot) ah! Kan yang nyuluh ugi itu taetae.. Taetae ndak nyuluh ya ugi ndang buka mata cama telinga.."

Semua pandangan beralih pada namja pemilik mata elang itu. Merasa terpojokkan, Taehyung hanya bisa nyengir tak jelas.

"Mmmm mi-mian ne? Hehe kan taetae lupa.. Sekarang ugi boleh buka mata kok"

Mendengar ucapan Taehyung akhirnya mata sipit itu terbuka. Yoongi mengerjap polos.

"Tenapa cemuanya menatap ugi? Ayo puyang. Tunggu apa lagi?"

'Entah dalam kondisi apapun kau tetap saja menyebalkan hyung' batin Hoseok diam.

"Sudah?"

Yoongi menoleh kearah Seokjin. "Apanya yang cudah eomma?"

"Sudah bisa pulang?"

"Ya kan ugi cudah buka mata.. Ayo puyang. Daddy tadi biyang eomma punya tumamon cama cucu di lumah"

"Benar begitu Namjoon?" tanya Seokjin tanpa menoleh kearah Namjoon.

Namjoon menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Ehehe.. Be-benar hyung.."

"Kau mau menguras dompetku begitu?"

"An-ani.."

Hoseok memutar bola matanya malas. "Sudah-sudah ayo pulang. Jangan berdebat disini."

***

Didalam sebuah mobil mewah berwarna hitam, 3 orang pria paruh baya tengah duduk dengan memasang ekspresi yang berbeda-beda.

"Kenapa tadi kau melukainya?"
Ucap pria paruh baya yang duduk dikursi belakang.

Hyunbin menundukkan kepalanya dalam. "Mianhae tuan.. Saya hanya mencoba untuk mencari kelemahannya.."

"Apa kau lupa? Aku tak ingin menyelakainya sekarang. Aku hanya ingin menggertak, belum ada satupun dalam pemikiranku untuk memisahkannya dari teman-temannya." ucap Donggun seraya menghela nafas kasar.

"Lalu kenapa anda ingin sekali mendapatkannya dengan cara seperti tadi? Padahal secara tak langsung anda sudah tinggal satu rumah dengan Yoongi. Mudah sekali untuk anda menyelakai Yoongi."

"Dengarkan aku Hyunbin." Donggun membenarkan posisinya.
"Aku tadi belum ingin membawanya pergi. Lagi pula aku hanya ingin membuat mereka bertanya-tanya mengapa aku mengincar Yoongi. Biarkan perhatian mereka teralih pada siapa aku sebenarnya. Aku tau jika Yoongi akan pulang kerumahnya sendiri saat ia merasa lelah karena semua tugasnya. Saat teman-temannya menyelidiki tentang siapa sebenarnya aku diluar sana, aku akan melenyapkan Yoongi didalam rumahnya sendiri tanpa meninggalkan setu jejak pun yang tersisa."

"Kenapa tidak langsung tadi saja tuan?"

"Tidak. Itu terlalu instan. Aku belum menikmati permainan yang kubuat sendiri."

"Lalu apa yang akan kita lakukan setelah ini?"

Donggun menatap jauh keluar jendela "Park Jimin. Kau harus berhati-hati dengannya."

"Wae?" tanya Hyunbin seraya mengerutkan keningnya.

"Dia adalah seorang detektif tampan dengan identitas yang tersembunyi. Apa kau tak menyadari sesuatu hal tentang dirinya?"

Hyunbin menggeleng.

"Kau ingat tentang kasus pembunuhan istri dari seorang Park Hyungsik?"

"Saya ingat. Waktu itu saya diminta menemani semua detektif itu untuk menuntaskan misi tersebut."

"Apakah kasus itu terungkap?"

Lagi-lagi Hyunbin hanya menggeleng. "Tidak tuan. Tersangka dari pembunuhan tersebut tidak dapat dilacak keberadaannya. Bahkan anak dari Park Hyungsik yang diduga sebagai pelaku kejahatan juga tidak bisa dilacak ada dimana dia sekarang"
Sebuah sunggingan tercetak jelas pada sudut bibir Donggun. "Kau baru saja bertemu dengannya Hyunbin."

"Maksud anda?"

"Park Jimin, putra dari Park Hyungsik seorang kepala polisi di Seoul."

Kedua mata Hyunbin membola dengan sempurna. "Jinja?! Saya sungguh tidak menduga hal itu akan terjadi. Pantas saja saat itu Jimin absen dari tugasnya."

"Untuk itu jangan dekati Yoongi sebelum aku memanfaatkan seorang Park Jimin."

"Baiklah tuan.."









TBC..

SyndromeWhere stories live. Discover now