2

21K 4.3K 1.5K
                                    

"Permisi, kamu Kak Sejin, kan?"

Sejin memandang orang di depannya dari atas sampai bawah dengan alis bertaut keheranan.

"Ada perlu apa, ya?" Tanyanya dengan nada tak suka. "Kalo gak penting lo pergi aja deh."

"Galak amat nih orang," batin Donghyun kesal sendiri.

"Maaf menganggu waktunya kak. Boleh kita bicara sebentar? Saya ditugaskan mencari Kak Sejin untuk bicara hal penting," jelas Donghyun sesaat kemudian.

"Kalo lo mau ngomongin hal yang gak penting, lo salah orang bruh, gue bukan orang yang suka basa-basi."

Sejin menyilangkan kedua tangannya di dada. Dari raut wajahnya, dia terlihat tak suka dengan kehadiran Donghyun disana.

Namun Donghyun tetaplah Donghyun, yang pantang menyerah meskipun ada ombak menerjangnya.

ASHIAP!

"Kak Sejin kan anaknya kepala sekolah, saya boleh minta data siswa-siswi disini, gak? Kalo Kak Sejin kasih saya datanya, saya jamin semuanya akan kembali seperti semula."

"Maksudnya?"

"Saya jamin semua yang terjadi di sekolah ini akan kembali seperti semula," ulang Donghyun penuh penegasan.

"Lo siapa?" Tanya Sejin to the point. Sekelebat memori melintas di benaknya, membuatnya ingin memastikan.

Donghyun tersenyum memperlihatkan gigi-gigi putihnya, lalu menjawab, "Kak Sejin inget saya gak?"

Sejin menggeleng.

"Saya yang menolong Kak Sejin dulu, loh. Dari kejadian pembunuhan oleh makhluk halus itu."

Seketika Sejin terbelalak.

"Bentar, lo Geum Donghyun?! Anak indigo yang berhasil ngusir 250 setan di rumah gue?!"

Senyum Donghyun semakin lebar. "Jadi, Kak Sejin mau kan kasih datanya ke saya?"




























































Setelah berdebat cukup lama dengan Sejin, akhirnya Donghyun mendapat beberapa lembar kertas yang berisi data-data siswa di sekolahnya.

Kenapa cukup lama? Karena Sejin awalnya menolak, dia tidak mau memberikan data siswa lain ke orang asing sepertinya.

Tapi setelah Donghyun memohon sampai bersimpuh di depannya, Sejin akhirnya luluh dan diam-diam memberikan data yang dimaksud.

Padahal gaya memohon seperti itu bukan gaya Donghyun.

"Hmm, dari yang saya lihat, banyak banget yang fotonya dihitam putih kan. Ternyata memang benar kata ayah, disini banyak yang udah keambil rohnya," gumam Donghyun seraya serius membaca.

Lembar demi lembar kertas ia baca. Sampai akhirnya, lembaran terakhir membuatnya mengernyit bingung.

Ada beberapa identitas siswa yang hilang.

"Woi, lo ngapain sendirian disini?"

Donghyun terkejut. Dengan cepat dia menoleh untuk melihat siapa yang bertanya padanya. Dan yang dia lihat adalah laki-laki berwajah songong sedang mengunyah apel sembari berjalan menghampirinya.

"Jadi, lo kepo tentang masalah yang terjadi di sekolah ini?" Tanyanya lagi sambil duduk di samping Donghyun dengan kaki dinaikkan satu.

"Bukan urusan kamu," ketus Donghyun sambil merapikan barang-barangnya.

"Eh tunggu bentar, ini kan-"

"Kalo kamu gak bisa jaga rahasia ini, kamu saya tumbalin langsung ke cerminnya," potong Donghyun tajam karena kesal.

Sontak laki-laki tersebut membuang apelnya sembarangan dan mengangkat kedua tangannya sebatas dada.

"Maaf woi, gitu doang baper. Anak baru macam apa lo?"

Donghyun meliriknya sinis. "Nam Dohyun, suka makan, berandalan, gak sopan sama guru, suka gangguin orang. Pantesan aja omongannya kayak gitu."

Laki-laki yang ternyata bernama Dohyun tersebut terkejut. "Wah, lo stalker gue, ya?!"

Donghyun geleng-geleng kepala. Dia sedang pusing tambah pusing. Memang hidupnya tidak pernah tenang sebentar saja. Pasti selalu ada yang menganggunya.

"Oke maaf, tapi keliatannya lo lagi bingung ya kenapa ada foto dan identitas yang hilang?" Kata Dohyun mengalihkan topik.

Donghyun hanya diam dengan wajah datar, yang langsung membuat Dohyun membusungkan dadanya.

"Gue bisa bantu lo. Asalkan lo mau beliin gue makanan apapun yang gue mau, gimana?"

"Maaf, saya gak punya uang."

"Gue serius, soalnya gue tau fotonya ada dimana."

Donghyun yang awalnya tidak tertarik langsung sumringah mendengarnya.

"Dimana?"

"Tapi lo harus janji dulu."

"Iya saya janji, cepetan kasih tau!"

"Hehe, karena gue baik hati, nih gue kasih fotonya." Dohyun terkekeh pelan sembari mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya.

"Loh? Berarti kamu yang robek dari kertas ini, dong?!" Seru Donghyun kaget sendiri.

"Ya elah, urusan kayak gitu mah gue jagonya," kata Dohyun membanggakan diri.

"Nih fotonya. Tapi gue gak terlalu kenal sama mereka, lo bisa tanya sama yang namanya Cha Junho. Tapi anaknya pendiem gitu, gue juga gak terlalu yakin dia bakal mau ngomong," lanjutnya seraya memberikan kertas yang dimaksud.

"Loh, kenapa saya harus tanya ke dia? Saya kan bisa tanya ke mereka secara langsung."

Dohyun menggeleng. "Mereka udah keambil rohnya sama cermin itu. Lo harus hati-hati juga, jangan sampe lo kayak mereka."

"Oke, terima kasih banyak, Dohyun. Saya-loh?!"

Dohyun langsung penasaran. "Apaan? Lo kenapa?"

Donghyun menatap lima orang yang ada di dalam foto dengan perasaan tak percayanya. Orang yang pertama dia ingat wajahnya, dia Yunseong. Tapi empat yang lainnya kan...

"I-ini, empat orang ini kan teman saya di panti dulu!"

"I-ini, empat orang ini kan teman saya di panti dulu!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










Maaf kalo ngebosenin, karena ini masih permulaan :)

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Where stories live. Discover now