17

12.1K 3.1K 423
                                    

"Kak Sejin, gimana rasanya pas masuk sini?"

"Ada rasa ketarik gitu, gak?"

"Kok bisa masuk ke sini?"

Baru saja bangun dari pingsan, Sejin langsung diinterogasi oleh tiga orang siswa yang merupakan siswa yang terambil rohnya.

"Aduh, kalian bisa diem dulu, gak? Kepala gue sakit, tau," omel Sejin seraya memegang kepalanya yang berdenyut-denyut.

"Maaf. Eh tapi, kayaknya kepala lo sakit gara-gara kepala lo dilemparin batu sama setan itu," kata siswa laki-laki bertubuh tinggi, lebih tinggi dari Sejin.

"Ketos kita jujur kok, kalau gak percaya pegang aja kepala lo. Ada darahnya."

Sejin kaget. Benar saja, di kepalanya ada sedikit darah. Seketika dia kesal, dan menoleh pada sebuah kaca yang tidak terlalu jauh dari tempatnya duduk.

"Eh Tony, si Wonjin ngapain tuh?" Tanya Minkyu ketika melihat temannya sedang mencari sesuatu di semak-semak.

"Mana gue tau, jangan tanya gue, lah," balas Tony sambil mengedikkan bahunya.

"Kalian disini makan apa?"

Keduanya menoleh lalu tertawa.

"Kita gak pernah makan."

"Hah? Kok bisa?!"

"Gak tau, disini kita gak merasa haus dan lapar. Mungkin pas keluar dari sini, kita bakal pingsan karena berbulan-bulan gak makan," balas Minkyu bercanda.

"Woi, gue nemu sesuatu nih!" Seru Wonjin heboh dari balik semak-semak.

Mereka berbondong-bondong kesana karena penasaran. Dari balik semak-semak, Wonjin mengangkat sebuah benda yang mengkilat akibat terkena cahaya.

"Loh, itu kan!"

Wonjin menoleh pada Sejin. Dia melihat benda yang dipegangnya sebentar, lalu memberikannya pada Sejin.

"Emangnya ini apa?" Tanyanya heran karena tak tahu.

Dengan tatapan tak percaya, Sejin menatap benda itu dengan dada yang bergemuruh.

"Ini benda yang bisa bantu Ka dan Donghyun buat kalahin setan yang nyamar jadi murid di sekolah kita. Gimana pun caranya, kita harus kasih benda ini ke mereka."

Tony agak ragu. "Tapi, kita aja gak bisa keluar dari sini. Kita harus gimana?"

Minkyu mengetuk-ngetuk dagunya, sibuk berpikir keras. Beberapa saat kemudian, dia menjentikkan jarinya.

"Kita harus alihin perhatian setan yang jaga cermin supaya kita bisa keluar. Tony, lo kan pernah keluar sekali dari sini dan bikin Hyungjun balik ke badannya. Nanti, biar gue sama Wonjin yang alihin perhatiannya, lo sama Kak Sejin keluar dari sini."

"Tapi kapan? Pengkhianat itu bisa tahu rencana kita."

"Tenang aja. Selagi ada ketua osis kalian yang pintar ini, semua akan berjalan lancar," kata Minkyu berbangga diri sambil membusungkan dadanya.

"Kapan kita jalanin rencana?" Tanya Wonjin berbisik, takut ada yang mendengar.

"Sebentar lagi bulan purnama, kita harus keluar dari sini sebelum saat itu tiba. Berarti, kita cuma punya waktu dua minggu lagi."

"Kalau kita gak bisa keluar lebih dari dua minggu?"

"Kita bakal jadi budak setan itu untuk selama-lamanya."
























































Angin berhembus kencang, menerpa rambut Donghyun yang sedang berdiri di depan pagar pembatas rooftop sekolahnya.

Sudah satu jam dia berada disana hanya untuk memantau murid-murid yang keluar dari area sekolah untuk pulang.

Apa tujuannya? Entahlah, dia sendiri juga tidak tahu. Dia hanya gabut setelah seharian diajak Minhee bolos.

Temannya yang satu itu tidak pernah berhenti ceria setiap harinya. Tapi ada satu hal yang membuatnya curiga.

Minhee pucat, pucat seperti hantu. Tapi kalaupun dia benar hantu, mengapa dia tidak bisa merasakannya? Apa dia diberikan mantra? Ah, memikirkan itu membuatnya pusing.

"Loh, kamu kok belum pulang?"

Donghyun segera berbalik badan menghadap ke pintu. Mengetahui siapa yang bertanya padanya tadi, dia membungkukkan badannya sejenak lalu tersenyum kikuk.

"Saya bosan di rumah, sebentar lagi saya pulang."

Seungwoo mengangguk-anggukkan kepalanya. "Saya kesini karena saya lihat kamu bengong terus dari bawah. Saya kira kamu mau bunuh diri."

"Ng-nggak kok! Saya cuma lelah belajar aja, saya pulang dulu ya, Kak," sergah Donghyun lalu buru-buru mengambil tasnya dan pergi.

"Donghyun."

Donghyun yang baru menginjakkan kaki di tangga pertama menoleh sebentar ke arah Seungwoo.

"Kamu hati-hati sama Jungmo, ya. Saya gak sengaja dengerin pembicaraannya dengan Wooseok, katanya mereka berencana buat bunuh kamu."

"Untuk?"

"Saya kurang tahu, yang penting kamu hati-hati, ya."

Donghyun mengangguk patuh dan segera turun ke bawah, meninggalkan Seungwoo yang terdiam menatap pintu rooftop yang terbuka.

"Kayaknya gue harus mulai nih, gue gak bisa terus sembunyi kayak gini." Seungwoo pun ikut turun dari sana untuk pulang karena hari mulai gelap.

Tanpa menyadari kalau Yunseong menatapnya tajam dari balik dinding dengan marah.

"Shh, hama lainnya mulai muncul. Ini gak bisa dibiarin."

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang