35

12.2K 3.2K 1.3K
                                    

"Jadi, mayatnya Yuvin lo taruh mana?"

"Gue biarin aja di ruang osis, ngapain juga gue ngurusin mayat."

"Bagus, Yohan."

Jungmo tersenyum bangga. Ah, tentu saja. Yohan adalah orang pertama mau bekerja sama dengannya dan menjadi tangan kanannya.

Dia senang, semenjak dia keluar dari cermin, hanya Yohan yang setia padanya. Sisanya? Tentu saja melawan dan berakhir mati di tangannya.

Setelah Yohan ada Seungwoo, asisten kepercayaan Jungmo. Lalu ada Seungyoun, orang yang awalnya menyesal namun kini mau bergabung dengannya sepenuh hati.

Jungmo tidak sabar ingin menguasai dunia.

"Ada laporan, rohnya Junho, Tony, Sejin, dan Minkyu berhasil keluar dari cermin." Seungwoo datang tiba-tiba.

Jungmo mengibaskan tangannya. "Mereka cuma masalah kecil, gue bisa singkirin mereka dalam waktu satu detik," ujarnya sombong.

"Mereka masalah besar buat kita, Jungmo. Sejin punya benda yang bisa kalahin lo dan hancurin cermin."

"Mereka itu terlalu bodoh buat menyadari sesuatu. Benda itu gak ada di cermin, itu tiruan."

"Terus dimana?" Tanya Yohan penasaran dengan kondisi melayang.

Jungmo menyeringai. "Di tempat yang seharusnya ditiadakan."
























































Kedelapan pemuda ini berjajar rapi di depan gerbang sekolah. Pandangan mereka mengarah pada sosok-sosok tak kasat mata yang kini bisa terlihat di rooftop sekolah mereka.

Banyak sekali jumlahnya, namun hal itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk menyelamatkan sekolah juga dunia.

Wah, mereka jadi teringat film boboiboy.

"Jadi gimana?" Tanya Sejin yang pertama kali bersuara.

"Apa lagi? Ayo serang!" Seru Tony girang.

"Jangan gegabah!" Cegah Minhee marah.

Tentu hal itu membuat Tony menciut. Dimarahi orang yang sudah mati sangat menyeramkan.

"Sesuai rencana, kita bagi dua tim. Hyeongjun, gue, Tony, dan Minkyu bakal urus sebagian dari mereka, yaitu yang di rooftop, halaman sekolah, dan yang ada di-"


DUAR!




"Astaga, itu suara ledakan dari mana?!" Pekik Minkyu terlonjak kaget.

"Dari sana!" Hyeongjun menunjuk rooftop sekolah mereka.

Oh tidak, ada yang sengaja meledakkan rooftop sekolah, menyebabkan lantai yang ada di bawahnya ikut hancur.

Bangunan sekolah yang awalnya terdiri dari empat lantai, kini tersisa tiga lantai saja. Asap hitam mengebul di udara, disusul teriakan para sosok tersebut dari atas sana.

"Ini bukan pertanda yang bagus," ujar Eunsang tiba-tiba.

Minhee berpindah posisi, berdiri di depan Donghyun dengan pandangan mengarah pada sosok-sosok tersebut.

"Dalam hitungan ketiga, masuk ke dalam sekolah. Satu, dua, tiga!"

Minhee berlari masuk, memimpin jalan. Di urutan kedua ada Eunsang dan Junho yang sigap melindungi Donghyun. Rupanya sosok-sosok itu mengincar pemuda bermarga Geum tersebut.

"Sampai jumpa lagi! Gue harap semuanya bakal baik-baik aja!" Teriak Hyeongjun seraya melambaikan tangannya.

Donghyun menoleh ke arah lain, memandang keempat teman barunya yang berlari memisahkan diri sesuai rencana. Dari sorot mata mereka, terlihat jelas mereka ketakutan, namun semua itu ditutupi semangat.

Donghyun harap semuanya akan baik-baik saja.

"Junho, awas di samping lo!"

Junho yang tidak tahu menahu kalau ada yang menyerangnya dari samping, langsung terlempar jauh menjauh dari mereka.

"Junho!"

Eunsang tentu tidak akan membiarkan mereka melukai Junho. Ia berlari secepat kilat, lalu melayangkan pukulan ke setan-setan yang hendak masuk ke tubuh Junho.

"Minhee, bawa Donghyun dan Junho ke lantai tiga!"

"Tapi lo gimana?!"

"Jangan peduliin gue! Gue bisa urus mereka, gue sanggup!"

"Jangan gila! Lo gak akan mampu, Eunsang!"

Minhee terperangah, tak percaya Eunsang akan senekat itu mengurus semuanya sendiri.

"Gue percaya sama lo, Minhee. Lo bisa bawa mereka ke lantai tiga dengan selamat. Gue harus disini, alihin perhatian mereka, supaya kalian bisa sampai disana."

"Eunsang, gue tau lo gak mungkin ngelakuin ini," sahut Junho dengan mata berkaca-kaca. "Lo... lo temen terbaik yang pernah gue punya, Eunsang."

Eunsang tersenyum. "Lo juga temen terbaik yang pernah gue punya, Junho. Tapi maaf, gue dengan yakin akan ngelakuin ini. Hati-hati, ya."

"Jangan bodoh, Eunsang."

"Hyun, gue bisa pergi dengan tenang setelah gue bantu kalian. Ini yang bisa gue bantu, tolong kabulin keinginan terakhir gue."

Donghyun tak sanggup berkata-kata. Dari sorot mata itu, dia melihat kesungguhan dan ketulusan. Eunsang benar-benar akan berkorban, demi semua orang.

"Eunsang, maafin gue."

Tanpa membuang waktu lagi, Minhee segera membawa Donghyun dan Junho secara paksa.

Bibir pucat Eunsang bergetar, berusaha untuk tersenyum, seraya menatap ketiga temannya yang berlari menaiki tangga.

"Semoga kalian berhasil dan selamat tinggal. Salam Lee Eunsang, si serba tahu."

































Gak tega udahin Eunsang disini huhu T_T

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Where stories live. Discover now