7

16K 3.8K 961
                                    

PLAK!

Semua orang terkejut melihat ibu Dongpyo menampar Donghyun yang sedang diinterogasi polisi, terutama Donghyun yang menjadi target.

"Pasti kamu yang bikin anak saya meninggal, kan?! Kamu yang bunuh dia kan?!"

"Bu, mohon tenang, kami sedang menjalankan tugas kami. Kami akan menyelidikinya," ucap salah satu polisi disana sambil meminta teman-temannya untuk membawa ibunya Dongpyo untuk pergi.

Donghyun terdiam. Tangannya mengusap pelan pipinya yang terasa sakit dan perih.

"Maafkan kejadian tadi ya, Tuan Geum," kata seorang polisi sambil membungkukkan badan merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, pak. Saya mengerti bagaimana perasaan seorang ibu bila kehilangan anak semata wayangnya," balas Donghyun sambil tersenyum.

"Ahaha, anda masih sama seperti dulu ya, kaku namun tahu apa yang harus dikatakan."

"Saya tidak mau mulut saya menyakiti hati orang lain seperti dulu, jadi biarkan saya berbicara dengan bahasa baku seperti ini."

Polisi tersebut tertawa lalu mengangguk mengerti. "Baiklah, kalau begitu saya pamit undur diri. Selamat siang."

"Selamat siang, pak."

Tak lama setelah polisi tersebut pergi, Donghyun tak sengaja melihat seseorang sedang menatapnya dari kejauhan.

Hwang Yunseong.

Tapi setelah kepergok menatapnya, dia langsung pergi begitu saja dengan wajah datar seperti biasanya.

"Hyun, lo gak apa-apa, kan?"

Donghyun menoleh ke samping, ke arah Sejin yang berlari kecil menghampirinya. Kemudian, dia mengangguk sebagai jawaban.

"Syukurlah, gue kira lo bakal ditampar atau semacamnya sama ibunya Dongpyo."

Belum tahu aja si Sejin.

"Ah, kalaupun saya ditampar itu juga salah saya, kok."

"Eh maksud lo apa? Justru berita bagus lo nemuin mayatnya Dongpyo. Daripada ditemuin besok dalam keadaan membusuk?"

Benar juga. Dia tidak salah. Tapi, sebenarnya dia melihat sesuatu di dekat mayatnya Dongpyo saat hendak dibawa ke rumah sakit.

Dia melihat arwahnya Dongpyp sedang memandangi mayatnya sendiri dengah sendu. Malang sekali nasibnya.

"Kak Sejin."

"Ya?"

"Kak Sejin, tau Hwang Yunseong? Dia kelas berapa?"

"Kelas 11 IPA 1, kenapa?"

Donghyun menggelengkan kepala. Padahal dalam hati dia berniat berbicara empat mata dengan pemuda itu.

Soalnya, Donghyun melihat ada makhluk besar yang selalu mengikuti Yunseong sejak pertama kali mereka bertemu.

Dan makhluk besar tersebut terus-terusan menatapnya, seolah-olah ingin mengikutinya juga.



































"Jangan dicari tahu, nanti setannya malah ngikutin lo."

Donghyun menoleh dan menatap Sejin. "Tau dari mana?" Tanyanya dengan tatapan menyelidik.

Sejin menghela nafas panjang, lalu balas menatap Donghyun.

"Gue ngalamin itu. Waktu itu, gue kepo tentang dia dan nyamperin dia ke kelasnya. Eh, besok paginya pas gue bangun tidur, setan yang selalu ngikutin dia berada tepat di depan wajah gue."



































Jungmo terbatuk-batuk karena tersedak saat sedang minum. Pelaku utama yang membuat dirinya tersedak malah nyengir tak bersalah sambil duduk di depannya.

"Mana Hyeongjun?"

Cengiran orang itu alias Seungyoun semakin lebar. "Maaf ya, Mo. Hyeongjun gagal gue bawa."

Jungmo membulatkan kedua matanya. Karena marah, dia memukul meja hingga gelas yang berada di atasnya bergoyang.

"Lo gimana sih?! Lo mau gak murid-murid disini balik normal lagi?!"

Seungyoun tambah nyengir lalu menggaruk-garuk kepalanya. "Tadi dia nyekik gue, Mo. Daripada gue mati mending gue kabur," katanya.

Jungmo membuang nafas kasar, dia memukul meja sekali lagi dan mengeluarkan sesuatu dari kolong mejanya.

"Nih duitnya."

Mata Seungyoun langsung berbinar-binar gembira. Tanpa mengatakan terima kasih dahulu, dia mengambil uang pemberian Jungmo dan menghitung jumlahnya.

Ternyata 3 juta.

"Buset, serius lo kasih gue segini? Padahal kan gue gagal."

"Mau gak? Kalo gak mau gue kasih ke yang lain."

"Enak aja, mau lah! Makasih ya, Jungmo. Ehehehe."

Jungmo memutar bola matanya malas lalu menyuruh Seungyoun pergi. Seungyeon menurut saja, karena dia ingin jajan di kantin menggunakan uang yang baru saja dia dapat.

Lumayan kan buat beli makan beberapa hari ke depan. Kalian mau juga kan awokawok.

"Aduh, gue jadi bingung," ringis Jungmo setelah meneguk habis minumannya.

"Oh ya, gue baru inget. Katanya ada anak indigo masuk sekolah ini, dia orang pertama yang bermarga Geum, terus dia orangnya kaku. Hmm, bisa gue ajak kerja sama gak, ya?"

Jungmo diam sejenak untuk berpikir, kemudian menggelengkan kepala.

"Jangan deh, nanti dia tau siapa pengkhianatnya, dong."

Setelah itu, Jungmo mengukir senyum misterius dan penuh arti, yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri.

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Where stories live. Discover now