16

13.6K 3.2K 700
                                    

'MATI AJA LO ANAK PEMBAWA SIAL!'

Begitulah isi surat yang diterima Donghyun pagi ini. Awalnya dia mau meletakkan kotak bekalnya di kolong meja, tapi malah menemukan surat yang mampu membuatnya terdiam beberapa saat sampai suara Eunsang mengejutkannya.

"Kenapa muka lo pucet begitu?!" Eunsang yang panik berlari kecil menghampiri temannya itu untuk memeriksa apakah ia baik-baik saja atau tidak.

"Sang, di sekolah ini ada anak indigo?" Tanya Donghyun random.

Eunsang yang bingung langsung menjawab. "Ada, tapi udah meninggal satu bulan yang lalu. Kenapa?"

"Dia meninggal karena apa?"

"Kenapa tiba-tiba-"

"Jawab pertanyaan saya, Eunsang."

Eunsang tersentak. "Dia meninggal karena dianggap pembawa sial. Karena anak indigo adalah orang yang paling diincer sama setan cermin itu, dia sengaja ditumbalin," jawabnya takut-takut karena raut wajah Donghyun yang tidak biasa.

"Jadi yang kirim surat ini mau saya yang jadi tumbalnya?" Batin Donghyun sambil meremas surat tersebut kuat-kuat.

"Lo gak apa-apa, kan?" Eunsang mendekatkan dirinya khawatir, Donghyun menggelengkan kepala membalasnya.

"Hai Donghyun!" Sapa seseorang dari ambang pintu.

Mereka berdua pun menoleh dan melihat Minhee berjalan menghampiri mereka. Ah, lebih tepatnya menghampiri Donghyun.

"Lo ngapain kesini?" Sinis Eunsang tak suka.

Minhee tersenyum saja. "Gue mau ketemu temen baik gue, Geum Donghyun," jawabnya dengan alis yang dinaik-turunkan.

Donghyun menunjukkan ekspresi herannya. Teman baik dari mana, ia dan Minhee kan baru kenal beberapa hari yang lalu.

"Temenin gue bolos, yuk," ajak Minhee sambil menarik tangan Donghyun secara paksa.

"Apaan sih lo! Gak sopan banget jadi orang!" Bentak Eunsang marah sambil menarik Donghyun ke sampingnya.

"Permisi, urusan gue cuma sama Donghyun, bukan sama lo, Eunsang. Donghyun, ayo ikut gue bolos."

"Gue akan biarin Donghyun pergi sama lo. Donghyun, gue ingetin sama lo, jangan deket-deket dia. Dia gak seperti apa yang lo liat."

"Jangan dengerin Eunsang, mending cabut sekarang aja."

"Lo harus dengerin gue, lo gak tau Minhee siapa."

"Saya tau kok."

"Lo-Apa?!"

Donghyun memutar bola matanya. "Saya tau Minhee itu siapa, kamu gak usah khawatir."

"Mungkin lo tau, tapi lo gak tau yang sebenarnya. Cuma gue sama Junho yang tau." Begitu isi pikiran Eunsang yang tak mampu mengatakannya.

Sementara itu, senyuman Minhee semakin lebar. "Yes! Ayo Donghyun, kita cabut lewat pager belakang!"

Tanpa membuang waktu lagi, Minhee menarik tangan Donghyun lalu merangkul pemuda itu dengan riang, membawanya ke luar kelas.

Tapi apa, mereka berdua malah dihadang oleh Yunseong yang disertai tatapan tajam dan menusuknya.

"Ngapain lo?" Tanya Minhee sembari melepas rangkulannya pada Donghyun dan berjalan maju menghampiri Yunseong.

"Mau bawa Donghyun kemana?"

"Suka-suka gue. Sekarang gue tanya, lo ngapain disini? Ohh, mau ketemu Donghyun, ya? Gue gak ijinin."

Rasa bingung melanda Donghyun yang hanya memperhatikan keduanya. Sebenarnya ada apa sih, dia seperti sedang diperebutkan.

"Ikut gue, yuk." Ajak seseorang dari samping kirinya membuatnya terkejut.

Pemuda berambut ikal itu tak peduli kalau Donghyun kesal padanya. Tujuannya saat ini adalah membawa Donghyun untuk bicara empat mata.

"Kamu kenapa ngajak saya pergi?"

"Gue bawa lo pergi karena lo gak aman disana. Ada yang mau bawa lo ke cermin. Walaupun lo indigo, lo gak bakal tau siapa yang bakal bawa lo kesana."

"Kenapa?"

"Lo aja gak sadar siapa Minhee, gimana mau sadar siapa setan yang mau bawa lo ke cermin?"


























































"Hai Kak Wooseok," sapa Jungmo sesopan-sopannya.

"Iya, kenapa?" Wooseok mengangkat sebelah alisnya. "Mau kasih laporan terbaru?"

"Ah, bukan itu kok. Gue cuma penasaran, kemaren kan lo ajak tiga murid 10 mipa 2 ke ruang osis buat obrolin hal penting. Kalian bahas apa?"

"Bukan apa-apa, cuma obrolan biasa," jawab Wooseok sambil menggelengkan kepalanya.

"Yang bener? Kok gue pas gue nguping gue denger lo ngancem mereka, ya?"

Wooseok terbelalak kaget. Melihat reaksinya itu, Jungmo terkekeh pelan dan mendekat.

"Kak Wooseok, mau bantu gue, gak?"

"Pergi sekarang."

"Kalau lo gak mau bantu, gue bakal sebarin rekaman suara lo ke seluruh sekolah lo. Kebetulan iphone 11 gue ada di rumah, jadi lo gak bakal bisa nyuruh gue hapus rekamannya," ancam Jungmo tak main-main.

Wooseok mengepalkan kedua tangannya erat, rahangnya mengeras. "Gue harus bantu apa?"

Tiba-tiba, Jungmo menyeringai. "Bantu gue buat singkirin anak indigo itu, begitu juga kedua temannya, Eunsang dan Junho."

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Where stories live. Discover now