23

11.4K 3.1K 952
                                    

Dengan wajah datarnya, pemuda ini menatap cermin di depannya. Ah tidak, lebih tepatnya menatap setan yang menatapnya bengis, marah, dan benci.

"Kamu mau apa kesini?"

Pemuda itu menaikkan ujung bibirnya, membentuk senyuman miring namun terlihat tampan disaat yang bersamaan.

"Siapa yang terakhir kali kesini dan bawa roh Dohyun dan Kak Hangyul?"

Bukannya menjawab, setan itu malah tertawa dengan suara yang memekakkan telinga. Sungguh sakit bila di dengar oleh manusia biasa.

"Buat apa saya kasih tahu kamu? Kalau saya kasih tahu, nanti kamu akan merusak rencana kami."

Pemuda itu menggeram emosi. Sontak saja tangannya menembus cermin dan mencekik leher setan tersebut, membuatnya menjerit kesakitan.

"Gak pernah ada kata main-main dalam kamus gue. Siapa tuan kalian dan siapa yang bawa roh mereka kesini?"

"Kamu tidak akan pernah tahu. Kalaupun aku tidak memberitahumu, kamu juga tidak bisa membunuhku, kan?"

"Argh!"

Setelah itu, setan itu menghilang. Pemuda itu mengerang kesal sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

"Gue harus keluarin mereka dari sana secepatnya," gumamnya penuh tekad.

Kemudian menghilang dari sana tanpa jejak, menyisakan keterkejutan seseorang yang melihatnya.

"Jadi, dia si penggagal itu, ya," gumamnya sambil mengangguk-anggukan kepala.

Mendadak seringaian terukir di bibirnya, disertai sebuah rencana licik yang akan digunakan untuk memusnahkan si penggagal itu.

"Untung dia hantu, gue jadi bisa kalahin dia dengan mudah."












































"Minhee, kamu udah berapa kali lindungin saya?" Tanya Donghyun penasaran pada Minhee yang asik menggambar di buku tulis di lembaran paling belakang.

"Banyak. Yang gue ke rumah lo terus ngaku-ngaku mau main itu gue lagi ngelindungin lo. Disaat gue ngajakin lo bolos itu juga lagi ngelindungin lo. Terus, pas kita pertama kali ketemu di toilet, itu gue juga lagi ngelindungin lo."

"Tunggu sebentar," potong Donghyun cepat. "Kamu beneran ngelindungin saya?"

Minhee mengangguk membenarkan, lalu lanjut menggambar.

"Pantesan aja firasat saya buruk waktu itu tapi gak terjadi apa-apa. Ternyata kamu penyebabnya."

Minhee mendongak lalu menunjukkan cengirannya. "Hehe, keren kan gue? Tapi gak cuma gue doang, kok. Ada yang bantu gue juga."

Donghyun mengernyit. "Siapa?"

"Ada deh. Pokoknya tuh orang yang punya peran penting dan akan bantuin lo nanti gak akan kasih tau identitasnya secara gamblang. Karena mereka bakal diincer dan bakal dibunuh," jawab Minhee sekaligus menjelaskan.

"Kalau soal si penggagal, kamu tahu sesuatu, gak?"

"Tahu. Awalnya sih dia manusia, tapi beberapa hari yang lalu dia meninggal karena berusaha melindungi seseorang. Tapi lo tenang aja, dia gak akan pergi segampang itu," jawab Minhee sambil tersenyum aneh.

Kira-kira, siapa ya orang itu? Apa dia sering bertemu dengan Donghyun? Apa mereka tidak pernah bertemu? Atau jangan-jangan dia orang terdekat Donghyun? Ah, mana mungkin.

"Ehm, saya boleh tanya satu hal lagi, gak?" Tanya Donghyun ragu. Minhee mengangguk mempersilahkan Donghyun bertanya.

"Kok semakin hari kamu makin pucat, ya? Kenapa?"

"Aduh, kalo itu gue gak bisa jawab, Hyun. Suatu saat nanti lo bakal tau, kok. Maaf, ya."

Donghyun menghela nafas kecewa. Dia sangat penasaran mengapa Minhee semakin pucat setiap harinya. Tak hanya itu, dia tidak ceria seperti diawal mereka bertemu.

Kira-kira, apa yang terjadi dengan Minhee?

"Hyun, gue pergi dulu ya. Mau ketemu temen."

Minhee tiba-tiba berdiri dari duduknya. Kemudian dia melongos pergi begitu saja.

Donghyun geleng-geleng kepala. Maklum, Minhee bukan orang yang suka basa-basi jika ingin pergi ke suati tempat.

Namun, matanya tak sengaja menatap hasil gambaran Minhee yang terlihat acak-acakan namun masih bisa dilihat jelas gambar apa itu.

Dia yang terlanjur penasaran mengambil buku itu dan melihat hasil gambar Minhee. Selanjutnya, ia jadi bingung.

"Buku tahunan 2010? Minhee ngapain gambar buku ini?"















































"Kak Yohan!"

Yohan yang sedang berjalan sendirian di halaman belakang sekolah tersebut berbalik badan untuk melihat siapa yang memanggilnya.

Tapi apa yang terjadi?

Tiba-tiba, dia mendapat pukulan tepat di wajahnya, membuatnya terhuyung ke belakang.

"Woi, apa-apaan lo!" Serunya tak terima.

Cha Junho berdiri angkuh di hadapan Yohan. Ia tak peduli kalau Yohan adalah kakak kelasnya, dia tidak dapat membendung amarahnya lagi.

"Lo-" Junho berhenti berkata sambil menunjuk Yohan dengan marah. "-siapa lo sebenernya? Buat apa lo gali informasi tentang Donghyun?!"

Yohan mendecih sarkas. "Cih, buat apa lo tau? Jangan ikut campur sebelum lo menyesal!"

Junho tak takut, dengan berani dia menarik kerah seragam Yohan, membuatnya maju, menyisakan jarak beberapa centi saja antara keduanya.

"Ternyata bener, ya," desis Junho dengan seringaian tipis, merasa senang karena dugaannya benar.














































"Ternyata bener, lo pengkhianat itu, Kak Yohan."

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Where stories live. Discover now