14

12.9K 3.2K 321
                                    

"Yang masih mau hidup, cepat keluar. Saya mau bicara dengan Geum Donghyun, Cha Junho, dan Lee Eunsang."

Perintah tegas Wooseok yang disertai ancaman itu membuat murid-murid yang ada disana langsung keluar karena takut.

Sementara itu, tiga orang yang dimaksud saling melempar pandang kebingungan. Apalagi Wooseok tak sendiri, ada Yuvin juga.

Tapi anehnya, kenapa ada Yunseong di ambang pintu?

"Gue minta waktunya sebentar," ucap Wooseok to the point. "Siapa yang hampir nyelakain Yunseong tadi pagi?"

Yuvin yang tidak tahu apapun terkejut mendengarnya, apalagi ketiga anak muda yang masih polos ini.

"Seok, lo ngomong apa, sih?" Tanya Yuvin berbisik seraya menyikut temannya itu.

"Gue dapet laporan dari murid sini, kalian bertiga yang bikin Yunseong hampir ketiban pot bunga dari lantai dua. Kalian pikir lucu bercanda kayak gitu?"

Eunsang yang tidak terima dituduh-tuduh dengan berani menggebrak meja.

"Maaf kak, kita gak tau apapun soal itu. Karena kita bertiga juga bernasib sama kayak manusia lempeng yang satu itu."

"Maksudnya?"

"Kita bertiga hampir ketiban pot bunga dari lantai dua," jawab Junho setenang mungkin. "Beruntung Donghyun tarik tangan saya sama Eunsang, kalo enggak kita udah masuk rumah sakit sekarang."

Wooseok melirik Donghyun yang tak tahu harus berkata apa. Tapi yang ia tangkap, Donghyun terlihat mengatakan sesuatu kepada Yuvin.

"Yuvin."

Yang dipanggil tersentak. "A-apa?"

"Bawa tiga anak ini ke ruang osis sekarang juga. Habis itu suruh Seungwoo dateng, kayaknya gue tau satu hal," perintah Wooseok.

"Tau apa?" Tanya Yuvin penasaran.

"Kayaknya gue tau siapa yang lagi akting di sekolah ini."

Junho dan Eunsang saling melempar pandang sambil mengedikkan bahu tak mengerti. Sementara itu, Donghyun dan Yuvin membeku di tempat dengan keringat dingin mulai bermunculan di kening mereka.

Yang pasti, Wooseok melihat Yunseong menunjukkan seringaiannya, hanya kepadanya.










































Sejin menatap pantulan dirinya di cermin yang terlihat lesu tak bertenaga.

Entahlah, dia sendiri tidak tahu kenapa dia bisa ada disana dengan wajah pucat pasi dan tubuh lemas seperti ini.

"Aduh, kepala gue kok sakit, ya?" Ringisnya sambil memegang kepalanya yang terasa seperti tertusuk-tusuk.

Jujur saja, Sejin merinding berada disana sendirian. Tapi, yang paling membuatnya merinding adalah bayangan dirinya di cermin tersenyum lebar padanya.

"Sejin, masuk ke cermin, yuk," ucap bayangan dirinya di cermin.

"Kenapa kali ini saya yang kamu mau?" Tanya Sejin dengan beraninya, membuat bayangan dirinya semakin tersenyum lebar.

"Karena kamu tahu rahasia terbesar cermin ini, saya tidak akan membiarkan kamu membongkarnya dan membuat saya musnah dari dunia ini."

Sejin tak mampu bergerak, badannya lemas sekali. Dari ekor matanya, dia melihat setan perempuan merangkak menghampirinya dengan rambut yang menjuntai ke lantai.

Menyeramkan memang, tapi Sejin tidak takut.

"Percuma, kamu ambil saya gak akan membuat kamu hidup abadi."

"Hanya kamu yang tahu rahasia itu, tidak mungkin saya gagal hidup abadi."

Sejin hanya menunjukkan senyum misteriusnya. Membuat setan perempuan itu terkikik dengan suara melengking.

"Kalau kamu tidak mau berbicara lagi, sekarang saatnya saya bawa kamu, ya."

Setan perempuan tersebut merangkak semakin cepat menghampiri Sejin yang akan kehilangan kesadarannya kemudian membawa Sejin masuk ke dalam cermin tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

Namun, rahasia terbesar cermin masih tersimpan rapat oleh teman terdekat Sejin.

Yang kini sedang menjadi mata-mata Sejin, untuk menjaga murid-murid di sekolah ini, terutama Geum Donghyun.

Dan Sejin biasa memanggilnya Ka.









Maaf kalau semakin lama ceritanya semakin nggak jelas dan membosankan :(

Untuk slow updatenya aku mohon maaf karena ide yang ada untuk 'mirror' belum terlalu matang :(

Nah, ada yang punya teori sendiri disini?

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Where stories live. Discover now