34

11.4K 3.2K 1.4K
                                    

Malam ini adalah malam yang cukup menegangkan, mengingat bahaya mulai menghampiri Donghyun yang tak kunjung sadar. Minhee tidak tahu mengapa orang yang harus ia lindungi belum sadar juga, padahal perkiraan dokter Donghyun seharusnya sadar sekitar empat jam yang lalu.

Pasti ada yang tidak beres, tidak mungkin Donghyun tidak bangun juga. Pasti ada sesuatu. Ohh, atau mungkin mereka sengaja agar Donghyun tidak bisa menghentikan aksi mereka besok?

"Hyun, gue mau cerita deh." Tiba-tiba Minhee berbicara. "Junho pernah bilang ke lo kan kalo dia gak kenal gue? Itu sengaja, Hyun. Gue gak mau dia diincar sama orang-orang itu. Tapi pada akhirnya dia tetap diincar juga."

Wajah Minhee berubah sendu, mengingat saudara sepupunya itu menjadi incaran mereka, mereka yang jahat dan selalu mencari masalah.

"Besok puncaknya, lo harus bangun supaya sekolah selamat dan gue juga Eunsang bisa pergi dengan tenang."

Minhee berubah murung. Dia belum sanggup meninggalkan dunia, meninggalkan teman-temannya, meninggalkan semuanya.

"Semua ada masanya, Minhee. Ada masanya kita hidup, ada masanya kita mati dan meninggalkan dunia ini."

Minhee terbelalak. "Donghyun?!" Pekiknya senang.

Donghyun terkekeh melihat kegembiraan yang terpancar dari wajah Minhee.

"Sejak kapan lo sadar?!"

"Empat jam yang lalu, hehehehe."

Tunggu sebentar, empat jam yang lalu? Loh, berarti dia sadar sesuai perkiraan dokter, dong?!

"Heh, lo kenapa gak melek hah?! Gue takut lo meninggal, sumpah," omel Minhee.

"Saya ngantuk, Minhee."

Minhee mendengus. "Untung lo orang yang harus gue lindungin."

"Hehe, maaf ya, Minhee. Oh ya, kok cuma kamu yang ada disini? Yang lainnya kemana?"

Yang lain? Entahlah, Minhee juga tidak tahu. Eunsang dan Yunseong sibuk dengan urusan mereka. Yuvin yang katanya mau datang belum juga datang, entah kemana dia. Kalau yang lain-

Ceklek

Pintu ruangan terbuka. Awalnya mereka cuek, tapi setelah tahu siapa yang datang, keduanya menganga tak percaya.

"Loh, sejak kapan kalian masuk ke raga kalian?!" Pekik Minhee kaget.

Junho, Minkyu, Tony, dan Sejin saling melempar pandang, kemudian tersenyum pada mereka sebelum masuk ke dalam.

Beberapa saat kemudian, pintu ruangan kembali terbuka. Masuklah Hyeongjun dengan senyum cerianya seperti biasa.

"Wah, rame banget ya. Kalo gitu gue bawa makanan kesini," celetuknya sebelum menutup pintu.

"Makanan?!" Mata Tony berbinar-binar. "Gue mau dong!"

Sejin yang kesal langsung menjitak Tony. "Lo udah makan sepuluh piring!"

"Maklum lah, kan udah lama gak makan," timpal Minkyu dengan ademnya.

Melihat interaksi ketiga orang itu, Junho geleng-geleng kepala. Setelah itu, dia menyapa Minhee dan Donghyun.

"Hai kak, hai Donghyun."

"Hai juga sepupu tampanku tapi lebih tampanan aku, aciaaa."

"Masih gantengan gue," sahut Minkyu dengan percaya dirinya.

"Udah, kita kesini mau atur rencana untuk besok," kata Hyeongjun melerai. "Jadi gimana? Kita gak mungkin langsung nyerang cerminnya, kan?"

"Gimana kalo kita bagi tim?" Tanya Donghyun seraya pelan-pelan duduk dibantu oleh Junho.

"Wih, gue berasa di cerita-cerita woi!" Girang Tony saking semangatnya.

"Gue harus satu tim sama Donghyun!"

"Minhee, kamu emang satu tim sama saya. Kalau enggak, siapa yang lindungin saya nanti?"

Kekehan menyebalkan keluar dari mulut Minhee, membuat yang lain menepuk jidat.

"Kak Yunseong dan Junho bareng lo juga. Gue, Tony, Kak Minkyu, dan Kak Sejin bakal alihin perhatian mereka supaya kalian bisa sampai ke cermin dengan mudah."

"Kamu yakin, Jun?"

"Yakin!"

"Eunsang sama Kak Yuvin gimana?"

"Eunsang punya rencana sendiri, tapi seharusnya dia dateng kesini untuk kasih tau kita. Kalo Kak Yuvin pasti mau ngurusin Kak Seungyoun sama Kak Seungwoo."

"Jangan lupain arwah Dongpyo, Kak Jinhyuk, dan Kak Wooseok," tambah Minkyu sembari menjentikkan jari.

"Ah iya, kok gue lupa ada mereka, ya?"

"Kasian amat terlupakan," celetuk Tony. Emang nih orang, dari tadi pingin bercanda mulu.

"Kalo Kak Yohan?"

Suasana mendadak hening setelah Donghyun bertanya, membuat pemuda dengan perban yang melingkar di kepalanya itu terheran-heran.

"Loh, kok kalian diem aja?"

"Kita gak tau dia di pihak mana," jawab Sejin lesu.

"Dia di pihak Jungmo."

"APA?!"

Melihat reaksi Hyeongjun yang sangat terkejut itu, Donghyun jadi cemas.

"Kamu kenapa, Jun?"

"Tadi Kak Yuvin sms gue, katanya dia lagi bareng Kak Yohan di ruang osis!"

"Wah, kita harus cepet-cepet atur rencana!" Tony mulai panik.

"Oke, Kak Minkyu, Kak Sejin, Tony, dan Hyeongjun urus sebagian setan yang dikirim Kak Jungmo. Saya, Minhee, Junho, dan Kak Yunseong bakal urus sisanya beserta Jungmo dan Kak Yohan."

"Gimana caranya kita bisa ngalahin 500 setan?!" Seru Tony.

"Dibacain doa lah," jawab Sejin dengan santainya.

"Pinter juga lo," ledek Minhee. "Kalau lo bisa kalahin gue dalam lomba kimia, gue akuin lo pinter."

"Sombong amat," dengus Junho sebal.

"Pokoknya, kita gak boleh gegabah dan kepecah. Kita harus bersatu, kita harus bisa selamatin sekolah kita. Semangat!"

"Kita pasti semangat!"

"TUNGGU!"

Seruan seseorang mengejutkan mereka. Eunsang tiba-tiba ada disana dengan raut wajah paniknya, benar-benar panik!

Minhee yang sadar apa maksudnya membulatkan kedua matanya, kemudian berlari keluar dari ruangan.

"Ini ada apa, ya?" Tanya Donghyun bingung sendiri.

Eunsang benar-benar panik, membuat yang lain ikutan panik.

"Eunsang, kamu kenapa?"

"Hyun, semuanya udah dimulai."

Mereka semua terkejut. Hyeongjun yang paling dekat dengan jendela mengintip keluar. Oh tidak, bulan purnama bersinar terang di atas sana.

Kalau begitu, perkiraan mereka selama ini salah besar.

"Gak cuma itu, Yuvin dibunuh Yohan, dan Yunseong berhasil ditahan sama Jungmo. Kita gak punya pilihan lagi, kita harus ke sekolah sekarang. Kalau enggak, bukan sekolah kita yang bisa mereka kuasain, tapi seluruh dunia akan menjadi gelap tanpa kehidupan."

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Where stories live. Discover now