10

14.9K 3.5K 1.6K
                                    

Tok tok tok

"Do you wanna build a snowman~!"

Donghyun kesal. Dia paling tidak suka ada orang yang mengetuk pintu rumahnya sambil bernyanyi seperti itu.

Tapi saat dibuka, dia kaget. Dia kira Junho sudah sampai, tapi kenapa malah Minhee yang datang.

"Halo Donghyun!" Sapa Minhee riang. "Gue tau alamat rumah lo dari Junho, hehe. Main yuk."

Donghyun menunjukkan ekspresi heran bercampur kesalnya dengan mata menyipit curiga.

Habisnya pakaian yang Minhee kenakan hari ini begitu tertutup. Jaket hitamnya yang kupluknya menutupi sebagian kening dan poninya membuatnya merasa aneh.

"Maaf, saya sibuk."

Saat Donghyun hendak menutup pintu, Minhee lebih dulu menahannya dengan kakinya.

"Ayo main, gue gabut banget nih. Gue jauh-jauh kesini loh, lo tega sama gue." Bibir Minhee mengerucut sebal, pura-pura ngambek.

"Emangnya rumah kamu dimana?"

Minhee cengengesan. "Sebenernya rumah gue berjarak tiga rumah doang dari rumah lo."

Donghyun benar-benar merasa aneh dengan laki-laki di depannya ini. Entah kenapa, dia terlihat mencurigakan.

"Maaf ya, Minhee. Saya sibuk banget, lain kali aja, ya," tolak Donghyun sedikit tidak enak.

"Yahh, ayo dong. Sebentar aja kok, ke tukang seblak depan komplek."

"Maaf ya, saya bener-bener gak bisa."

Setelah itu, Donghyun menutup pintu rumahnya. Sebenarnya, dia mau main juga. Tapi kan Junho mau datang ke rumahnya.

Tapi dia merasa tidak enak dengan Minhee. Ah, dia ajak masuk dulu saja deh. Dia harus menghargai tamu.

"Minhee, ayo masuk du─loh? Junho, Eunsang?" Donghyun kebingungan. Bukannya Minhee yang dia lihat, dia malah melihat orang yang dia tunggu bersama Eunsang.

"Minhee kemana?" Donghyun celingak-celinguk mencari keberadaan laki-laki pucat yang satu itu.

"Minhee?" Eunsang menautkan kedua alisnya. "Lo halu, ya? Gak ada Minhee disini."

"Tadi dia ada disini kok, dia ngajak saya-"

"Aduh, gak sopan banget lo biarin tamu berdiri lama di depan rumah sendiri," sinis Eunsang yang langsung diberi tatapan mengingatkan oleh Junho.

Donghyun benar-benar bingung. Jelas-jelas tadi Minhee ada di depan pintu rumahnya, tapi sekarang kenapa malah menghilang kayak setan?

"Oh ya, kamu kasih tau alamat rumah saya ke Minhee?" Tanya Donghyun pada Junho, yang dibalas tatapan heran oleh pemuda itu.

"Minhee? Gue aja gak kenal sama yang namanya Minhee."

Nah loh.















































Seungyoun tertawa dan menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar. Gimana tidak, dia mengangkat beberapa lembar uang berwarna merah lalu menciumnya.

"Lain kali gue mau dah disuruh ngapain aja sama Jungmo. Gue jadi dapet duit banyak," katanya.

Dia terkikik sebentar, sebelum dia melihat siluet seseorang sedang membayar segelas minuman tak jauh di depannya.

Orang itu tersenyum kepada penjual minuman yang dia beli sambil mengucapkan terima kasih lalu membungkukkan badannya.

Seungyoun terpaku di tempat, bahkan tak sadar ada orang yang diam-diam mengambil uang yang dia pegang. Saat orang itu melarikan diri, dia juga tidak sadar.

Seungyoun tidak menyangka akan melihat orang itu tersenyum bahkan berbicara kepada orang lain. Karena di sekolah, dia ada di dalam daftar orang yang terambil rohnya.

"S-serius itu dia? Kok bisa ngomong?"

Seungyoun mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, lalu merogoh saku jaketnya dan menghubungi seseorang.

"Halo, ini Jungmo, kan?"

"Ya iyalah, ada perlu apa?"

"Mo, gue liat Yunseong, dia normal."

Seungyoun tidak mendengarkan balasan Jungmo ditelepon, karena dia melihat seseorang sedang menatapnya dari kejauhan.

Dia Hwang Yunseong, dan dia menggumamkan sesuatu.

"Gue gak bakal biarin siapapun liat gue."












































"DOR!"

"ANJING BELEGUG SIA!"

Si pelaku utama yang mengagetkan Seungyoun tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

"Lagian sih, ngapain coba ngeliatin pohon. Mau jadi pohon?" Tanya Hangyul, lalu tertawa lagi.

"Apaan sih, gue lagi ngeliatin Yunseong."

Hangyul berhenti tertawa lalu melongo heran. "Hah? Yunseong? Ngapain?"

Karena kesal, Seungyoun menjitak kepala Hangyul. "Andaikan lo gak ngagetin gue, gue pasti tau kenapa dia ngeliatin gue."

"Gak jelas lo, dari tadi gak ada Yunseong disana. Adanya pohon besar doang, lo kurang minum air ya?" Hangyul menempelkan punggung tangannya ke jidat Seungyoun, yang langsung ditepis oleh empunya.

"Terserah lah, yang pasti gue tau ada yang gak beres sama dia. Jungmo kasih tau gue, dia selalu ada di depan cermin setiap pulang sekolah."

"Jungmo tau dari mana?"

"Yuvin."

"Yuvin tau dari?"

"Dia sendiri yang liat bego, nanya mulu lo. Mending sekarang lo ikut gue ke sekolah, kita ajak Wooseok ngobrol enam mata," ajak Seungyoun ngegas karena kesal.

"Mata gue kan cuma dua, serem banget kalo mata gue ada enam." Hangyul bergumam sambil membayangkan.

"Bodo amat lah, ayo buruan." Seungyoun yang malas meladeni Hangyul memutuskan untuk berjalan lebih dulu.

Eh, tunggu sebentar deh, kok dia merasa ada yang kurang.

Cukup lama dia berpikir, sampai akhirnya dia berseru panik.

"Anjir, duit gue kemana?!"























Jadi, udah ada yang bisa nebak setan/penghianat/alur/endingnya? :)

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Where stories live. Discover now