12. N.O

2.3K 350 3
                                    

Leo kembali memasuki markas Eall, sepenuhnya mengabaikan tatapan curiga dari orang orang disana. Leo tidak tau apa yang sebenarnya akan terjadi namun yang jelas perasaanya benar benar tidak enak sekarang. Saat memasuki ruangan sang pimpinan, Leo dikejutkan dengan seseorang yang tengah digantung dihadapanya. Dia masih hidup, namun sekarat. Disekujur tubuhnya dipenuhi luka.

Kenapa juga perasaanya sangat tidak enak? Apa yang akan terjadi sebenarnya?

"Apa yang lo lakukan?" Leo tidak berhenti menatap kearah seseorang yang digantung itu. Dia tau benar siapa itu, dan dia salah satunya orang yang bekerja bukan untuk Eall. Seketika perasaanya semakin tidak enak.

"Dia penghianat, aku benci penghianat Leo. Dia harus mati, habisi dia untukku Leo. Dia bekerja bukan untuk Eall" Leo terdiam membeku. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia bukan penjahat, dia tidak bisa membunuh terutama orang yang tidak bersalah. Leo hanya terdiam, itu membuat prof Isac menyeringai.

Hingga seseorang yang berwajah mirip dengan Isac masuk. "Tunggu apalagi?" Itu Arthur, jadi Arthur juga anggota Eall?

"Dia adikku Leo, namanya Arthur. Arthur, kenalkan dia Leo yang pernah aku ceritakan. Dan Leo, Arthur sebenarnya baru kembali dari luar negeri pasca dia melarikan diri, jadinya kau baru bisa bertemu dengannya" Leo mengangguk paham. Dalam pikiranya berkecamuk, seputar siapa saja yang terlibat dalam geng mafia ini.

Jika sampai Aditya tertangkap maka yang akan menyempurnakan IA adalah kedua dedengkot mafia ini. Sudah bisa dipastikan bahwa dunia akan kacau. Dia sudah pernah melihat banyak robot yang sudah Isac buat bukan hanya robot manusia, tapi cyborg juga. Jika sampai otak Aditya benar benar dimiliki mereka maka semua akan hancur.

"So, bunuh dia Leo. Tunggu apa lagi?" Leo bergeming menatap pria malang itu. Tanganya tiba tiba bergetar, jika ia tak membunuhnya maka semua akan terbongkar. Tapi dia juga tak bisa membunuh rekanya.

"Kenapa? Atau jangan jangan lo itu bersekogkol denganya?" Arthur mendekati Leo. Arthur menyeringai, dan kesalahan Leo dia terlihat gelisah.
Dari kedua matanya terlihat jelas, bahwa Leo takut.

Karena Leo yang berada dimarkas sekarang bukanlah Leo yang asli. Leo yang asli tidak takut pada siapapun, namun Leo yang sekarang terlihat gentar dan gelisah hanya karena situasi ini. Dia adalah Ken, anggota CIA yang ditugaskan oleh Leo untuk menggantikan peranya.

"Postur tubuhmu nampak tidak asing, dan tatapan itu- kenapa kau gelisah?" Sebelum Arthur berbicara lebih lanjut, seseorang dibelakang Leo tiba tiba menembak laki laki itu hingga mati, dan Arthur bisa melihat mata itu membola syok.

"Kenapa kau mempekerjakan laki laki tak berguna seperti dia paman?" dan Leo seperti kenal dengan suara itu.

"Kenapa kau ada disini Anton?"

Aku akan mengingat setiap informasi ini. Capt Vincent harus tau ini.

"Ketua senat mengusirku oh dan Aditya tidak dikampus hari ini papa"

Jadi ini putranya Arthur? Ken menatap Anton dengan pandangan meneliti dan Anton tau itu.

"Lantas kemana dia?" Anton duduk didekat pamanya.

"Aku curiga jangan jangan dia adalah agen rahasia?" kata Anton.

"Mana mungkin" sangkal Isac

"Ya, lagipula mana mungkin CIA bisa sampai ke Indonesia untuk mencari agen" Anton mendengus.

"Pa, tolong culik Arga sekalian" Arthur mengerutkan keningnya.

"Untuk apa?"

"Dia menggiurkan untuk dijadikan seks doll" Arthur mendengus.

"Sudah bosan dengan Mega?" Anton menyeringai.

"Mega hanya kujadikan alat pa" Arthur mangut mangut.

"Oh, lalu lo belum ngejawab kan sedari tadi bungkam mulu lo. Kenapa lo nggak nurutin printah?!"

"Tenang Ton, dia hanya belum terbiasa membunuh orang" kata Isac, namun nadanya terdengar berbeda karena sekarang Isac tengah menyeringai.

"Oh, atau.. dia juga komplotan pria sialan itu?" Dan akhirnya Ken dikepung oleh seluruh anak buah Isac.

"Wah wah wah berani sekali kau masuk kandang singa"

Sial, aku harus kabur dari sini.

Vincent kembali ke markas, saat sampai markas ternyata anggotanya berkurang satu. Padahal dia belum memberi komando apapun. Seketika itu juga dia mendapat sebuah clue.

"Mana Ken?"

"Tadi dia ke markas Eall" Vincent menggebrak meja.

"Kan gue belum nurunin perintah!"

"Aric memerlukan bantuanya capt" Vincent menggeram marah, karena Ken bergerak tanpa komando darinya.

"Sial, ini jebakan! Aric sudah mati! Ken selanjutnya. Ayo cepat kita harus selamatkan Ken!!" Semua bergegas mengambil senjata masing masing. Vincent yang paling cepat bergerak, dia tak lupa mengenakan silikon samaranya dan mengenakan masker.

Dia membawa glock kesayangannya dan mengendarai motor diatas kecepatan rata rata. Jalanan Jakarta pada jam segini macet, karena itulah dia melewati jalan tikus untuk sampai ke markas.

Lo bego banget sih Ken ck sial.

Saat tiba di lokasi, Vincent langsung menerobos masuk. Dia menatap laki laki berbadan besar yang menghalangi jalannya itu dengan seringai. Dia menyimpan pistolnya dan mengeluarkan razornya. Tanpa banyak kata dia langsung maju dan melumpuhkan mereka.

Intuisi kuat berdampingan dengan dirinya yang gesit mempermudah Vincent mengalahkan mereka. Bahkan ini terlalu mudah karena Vincent tau bagaimana ia harus bergerak. Dia bisa memprediksi gerakan lawan dengan mudah.

"Ck, payah" Keyl dkk akhirnya sampai.

"Lambat" Keyl mendengus.

"Sorry capt"

"Lan, cepat ke posisi" Allan mencekal tangan kaptenya. Sang kapten tau Allan sangat cemas dengan pacarnya.

"Ken akan baik baik saja" Allan percaya pada Vincent, dia berlari menyelinap dan bersembunyi di kegelapan dengan sniper andalannya. Keyl, Sacha dan Diego yang maju bersama Vincent sedangkan yang lain berusaha mencari informasi apapun.

"Sial" Keyl menatap Vincent

"Kenapa?"

"Perintahkan mereka semua kembali ke lokasi awal, jebakan. Mereka tau jika kita berjumlah cukup banyak. Mereka sudah memindahkan seluruh datanya" Keyl segera memerintahkan seluruh anak buahnya untuk kembali.

"Waspada" saat sampai diruang utama, disana Ken sudah digantung disamping Aric. Kondisinya sudah mengenaskan.

"Brengsek" kelemahan Vincent ada pada emosinya. Tapi bukan disebut juga kelemahan, karena Vincent yang mengamuk akan berubah menjadi monster pembunuh berdarah dingin dan percayalah Vincent sangat berbahaya, dan itulah yang harus diwaspadai. Vincent tidak boleh membunuh orang sembarangan.

"Tenang Vinc" dan terdengar suara tepuk tangan dari arah atas. Itu Isac, Arthur dan Anton. Vincent menyeringai saat melihat Arthur dan Anton.

"Oho.. akhirnya lo muncul juga paman" Vincent duduk santai di kursi yang ada disana.

"Well, senang bertemu denganmu" Arthur menatap Vincent dengan tatapan tajam.

"Lo boleh juga Vinc, punya nyali juga lo nyelundupin orang ke Eall" Vincent berdecih.

"Tentu saja"

"So, apa yang kau dapat? Tunggu, biar kutebak. Emm Tidak ada?"

Vincent hanya diam sambil bersedekap. "Lo semua cukup pintar, walaupun sebenernya gue tau dimana lo sembubyikan semua rahasia lo"

"Really? Oho.. lo memang seperti yang mereka bilang. Menarik sekali"

"Sudahlah, lo membuang banyak waktu . Mari kita akhiri ini"

"Dengan senang hati"



____________

TBC

Just Extraordinary Friend [END]Where stories live. Discover now