14. The Truth Untold

2.3K 351 15
                                    

Keyl masuk kedalam ruangan Vincent bersama Sacha. Mereka bisa melihat Vincent tengah duduk dengan tegak dan kedua tanganya ditangkup didepan dadanya. Raut wajahnya super serius, kedua alis bertaut dan rahangnya mengeras.

-Vincent tengah berfikir serius.

"Captain"

"Lo nggak bakal percaya sama apa yang gue liat Keyl. Kebenaran ini sulit buat gue ungkapin. Gue belum bunya bukti dan mungkin lo nggak akan percaya sama gue"

"Kami percaya kok Capt, selalu percaya" jawab Sacha cepat. Vincent mengusap wajahnya.

"Tempat tadi benar benar mengerikan" Keyl dan Sacha nampak fokus menatap Vincent.

"Mengerikan bagaimana Capt?"

"Gue melihat darah dimana mana, alat alat mengerikan yang orang jaman dulu pakai untuk menyiksa. Lo tau alat yang buat nyiksa kemaluan wanita? Terus kalo lo pernah liat alat yang ada di SAW itu gue juga liat. Gue liat gimana wanita diperkosa sambil di siksa" Vincent menatap Sacha.

"Apa lo bisa bayangin gimana sakitnya ketika perempuan hamil disiksa? Vaginanya ditekan menggunakan alat hingga alat itu menembus rahimnya dan membunuh jabang bayinya? Sebelum itu dia diperkosa, digilir banyak orang" Sacha tampak menjadi pucat mendengar penjelasan sang Captain.

"Cukup Capt!!"

"Mati perlahan kehabisan darah, vagina robek dan payudara di iris. Bahkan mereka dijadikan percobaan pembuatan mutan. Bayangkan bagaimana rasanya ketika tangan dan kakimu dipotong" 

"Kemudian tubuhmu mulai dijahit ditempeli daging mayat lainya untuk dijadikan hewan. Atau dirimu dijadikan boneka slave sex? Jangan lupakan pria pria malang yang disodomi, di potong penisnya, dicongkel matanya, dirobek perutnya dan diambil organ dalamnya dalam keadaan sadar. Hingga mereka memotong jantungnya"

"Wanita wanita yang sudah berumur itu di gantung dengan posisi tangan dan kaki dibentang dan vaginanya ditusuk dengan sesuatu hingga tembus ke rongga dada.Bagaimana dengan anak kecil yang harus melihat dan mengalami penyiksaan"

"Melihat orangtuanya mati. Disiksa dengan cara diperkosa, dipotong jari jarinya di cambuk, sebelum kemudian mereka mati perlahan. Masih banyak lagi. Lo mau denger?" Dan otomatis keduanya menolak. Mereka juga melihat Vincent menitikan air mata.

"Teriakan mereka. Gue nggak bisa lupa gimana teriakan anak anak itu Cha. G-gue bener bener denger. G-gue liat wajah kesakitan mereka" Tubuh Vincent bergetar.

"Bagaimana bisa mereka sebiadap itu? Bagaimana bisa negara ini tak mengetahuinya? Bukankah ini artinya ada orang didalam pemerintahan yang melindungi mereka?"

"G-gue nggak bisa Cha anak anak malang- Cha ibu hamil mereka-" Sacha memeluk Vincent.

"Tenang Vin, lo harus tenang" Keyl tidak bisa membayangkan jika dia ada diposisi Vincent. Harus melihat kengerian itu. Dia baru mendengarkan saja sudah sangat takut.

"Isac pelakunya. Dokter itu gila. Oh lo baru denger aja udah pucet. Gue ngeliat langsung gimana adeganya setiap gue nyentuh sesuatu disana. Gue ngeliat banyak hantu yang visualnya gue jamin bikin lo nggak bakal bisa tidur. Jangan lupakan baunya yang bakal bikin lo nggak makan"

"Gue juga ngeliat gimana Aric disiksa, penis dipotong, dan dia disodomi oleh mereka semua. Brengseknya gue nggak tau. Ini semua salah gue. Gue nggak tau kenapa gue nggak bisa ngeliat ini"

"Vin, lo bukan Tuhan. Ada kalanya lo nggak tau masa depan karena lo bukan Tuhan. Ini bukan salah lo, ini resiko jadi agen rahasia Vin, semua agen harus siap mati" Vincent menjambak rambutnya.

"Bagaimana cara gue ngomong ke keluarga Aric Cha? Bagaimana cara gue  ngadepin mereka? Ini semua salah gue, kalo aja gue nggak nempatin Aric disana" saat Sacha ingin berbicara tiba tiba Bastian masuk.

"Capt, istri Aric kesini" seketika tubuh Vincent bergetar hebat. Sacha memeluk Vincent erat. Karena Vincent pasti merasa bersalah. Dengan gemetar ia berdiri dan berjalan keluar. Dia bisa mendengar teriakan istri Aric

"Nyonya tenang dulu"

"NGGAK MANA VINCENT!!"

"Saya disini nyonya" dan istri Aric langsung memukuli Vincent dengan kayu yang ia bawa.

"Nyonya jangan lakukan itu!!" Vincent terdiam saat melihat anak dari Aric menangis. Anak itu masih kecil, berusia  satu tahun. Dia perempuan, Vincent tidak bisa membayangkan bagaimana dia tumbuh tanpa sosok papa disampingnya.

"KEMBALIKAN SUAMIKU!" Istri Aric menampar dan memukul Vincent. Bahkan tanpa bisa dicegah dia mengeluarkan pisau dan menyabet dada Vincent hingga menimbulkan luka goresan panjang.

"NYONYA! HEI TAHAN DIA!" Vincent menyetop anak buahnya.

"Capt"

"Maafkan saya nyonya" Istri Aric menangis meraung raung. Vincent meraih putri Aric saat hampir jatuh karena sang ibu begitu histeris. Vincent tiba tiba mendapat sebuah clue. Dia membolakan matanya, namun saat dia ingin mencegah sudah terlambat.

Istri Aric itu sudah lari keluar Hive dikejar oleh Elena namun tidak tertangkap hingga ia langsung menabrakan diri saat ada truk yang lewat. Semua syok atas kejadian ini. Terutama Vincent, lagi lagi dia terlambat.

Vincent jatuh terduduk dengan tatapan kosong. Sepenuhnya tak memperdulikan luka didadanya.

"G-gue memang t-tak berguna" Sacha memeluk Vincent yang tengah memeluk putri Aric.

"Dia tewas" dan airmata itu kembali mengalir. Dia menatap anak dalam dekapanya yang menangis.

"Gue pembunuh?" Sacha menangkup wajah Vincent.

"Ini takdir Vin"

"Harusnya gue lebih cepat-"

"VINCENT! BERHENTI MENYALAHKAN DIRIMU!" Bentak Sacha

"Lo bukan Tuhan Vin, ini takdir"

"Keyl, lo bawa Capt masuk. Gue urus jenazahnya" Keyl merangkul Vincent

"Dengerin gue, Lo nggak salah. Ini semua kehendak Tuhan. Ini semua kehendaknya, karena Tuhan nggak pengen lo ngerubah takdir untuk mereka berdua dan anak ini. Vin dengerin gue, anak ini, lo harus pikirin anak ini"

"Semua ini bukan salah lo, kematian Aric itu kesalahan Arthur dan Isac. Kematian Istri Aric juga karena takdir. Semua nggak ada kaitanya sama lo. Lo cuma ngelakuin tugas. Lo nempatin Aric disana juga ada tujuan kuat. Aric mati membela kebaikan Vin"

"Lo tau dia pasti bangga, dia berkorban nyawa demi misinya. Dia nggak mau jadi penghianat dan dia bener bener nuntasin misinya sebagai agen rahasia CIA. Vin, dia mati karena ini resiko pekerjaanya. Kita semua siap mati dalam misi Vin bukan cuma Aric"

"Lo sendiri kan yang bilang, setiap Agen harus siap menanggung resiko bahkan kehilangan nyawa? Jangan nyalahin diri lo sendiri. Yang mesti kita pikirin anak ini, Azkia Alicia Anderson. Bagaimana nasibnya? Dia yatim piatu sekarang" Vincent menatap Azkia yang kini sudah berhenti menangis.

Anak itu menatap Vincent dengan mata bulatnya. Tangan mungilnya terulur untuk menyentuh pipi Vincent. Oh Vincent sudah melepas topeng silikonya. Azkia seperti mengusap air mata Vincent. Hati Vincent terketuk ketika matanya bartatapan dengan mata polos bercahaya milik Azkia.

"Azkia Alicia Backer" Keyl mengerutkan keningnya.

"Maksutmu apa Vin?"

"Sayang, mulai sekarang papamu itu gue. Gue sekarang papamu Kia.."




_____________

TBC

Hehe.. Jadi?

Just Extraordinary Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang