26. Whalien 52

1.9K 318 20
                                    

Pukul tiga dini hari, Aditya sudah menggunakan setelan serba hitam. Dia menatap Arga dan Kia yang tertidur pulas dengan senyuman. Mengecup kening keduanya dan bibir Arga.

Adit meletakkan sebuah buku tabungan, bersama dengan surat yang ia tulis dan sebuah kotak merah. Ngomong ngomong, dia sudah berada di Hive. Dia membius seluruh anggota keluarganya dan para sahabat lalu memindahkannya ke Hive.

Adit meninggalkan beberapa barang miliknya disana, berikut dengan sebuah kunci rumah lengkap dengan sertifikat. Meninggalkan sebuah foto yang sempat Adit ambil bertiga dengan Kia di supermarket. Juga album foto kenangan dirinya bersama Arga.

Dia juga meninggalkan pistolnya disana, dengan baju yang ia kenakan saat menjadi Vincent, Leo dan Aditya Taehyung. Dia meninggalkan seekor anjing disana dan setelah dirasa sudah semua Adit mencium bibir Arga kembali diiringi dengan lelehan air mata.

"Jaga dirimu sayang, aku tau kamu bisa melalui semuanya, meskipun tanpa aku disamping kamu. Maaf, aku tak bisa menepati janji. Aku sangat mencintaimu, aku titip Azkia. Aku mencintaimu Arga, sangat. Maafkan aku sayangku" mengecup kening Arga dan beralih ke Kia.

"Kia sayang, papa pergi dulu. Jangan nakal ya, nurut sama mama. Tolong jaga mama juga, papa sayang Kia. Maafin papa ya sayang, papa sayang kamu" menatap keduanya dengan linangan air mata dan akhirnya keluar dari kamar. Beralih kekamar kedua orangtua angkatnya.

Meninggalkan surat, dan juga barang miliknya juga album foto keluarga. Mengecup kening papa mamanya dan bersimpuh disamping ranjang.

"Maaf dan terimakasih pa ma, Adit pergi. Makasih sudah sayang sama Adit. Adit sayang kalian" mencium kening keduanya dan keluar lalu menuju kamar Ezra dan Raka. Meninggalkan surat dan juga foto mereka bertiga.

"Gue pamit bang, dek. Makasih buat semuanya. Gue sayang kalian berdua" mencium kening Raka dan Adit.

"Jagain pacar gue ya Zra, gue percaya sama lo dek. Jangan nakal, nurut sama  papa mama. Jangan bikin pusing. Gue sayang sama lo dek. Tolong jagain Arga, gue percaya sama lo" mencium kening keduanya dan keluar dari kamar.

Masuk ke ruangan sahabat sahabatnya dan meninggalkan sebuah surat bersama foto kebersamaan mereka.

"Thanks buat kalian semua, gue sayang kalian. Gue pamit, jaga diri kalian" dengan ini, Ezra akhirnya pergi menuju ruangan perantara. Ada Aaron dan Bagas disana.

"Dit-"

"Gue titip mereka semua, maaf kalo gue ada salah. Ini, sampein ke anak anak juga. Gue minta maaf kalo gue ada salah. Gue pamit ya"

"Aditya-" dan Adit memeluk keduanya kemudian segera pergi meninggalkan Hive hanya dengan membawa sebuah tas yang berisikan program. Airmata kembali jatuh tatkala dia menengok kebelakang.

"Ini yang terbaik, semoga kalian selalu aman dan bahagia"

Aaron menangis dipelukan Bagas, bahkan Adit tidak memberi keduanya kesempatan untuk bicara. Bagas juga menangis, dia melihat arlojinya, sepuluh menit lagi efek biusnya hilang dan beberapa saat lagi Elios dan Chacha beserta rekan rekanya akan sampai di Hive dan semua akses ke Hive akan diblokir dari luar dan dalam.

Benar saja, tak lama setelah kepergian Aditya, Chacha dan Elios sampai di Hive. Saat Elios dan Chacha sampai, semua sistem keamanan diaktifkan dan akses keluar masuk diblok oleh Aditya.

"Apa yang terjadi? Kenapa semua akses di blokir dan sistem keamanan aktif?" Aaron dan Bagas masih belum angkat bicara.

"Kenapa juga kalian berdua menangis?" Tepat sepuluh menit, efek bius hilang. Yang sempat tau Adit membius adalah Ezra. Dia bangun dan berlari keluar.

"BANG ADIT!!" Tapi Ezra tidak menemukan Aditya.

"Bang Adit mana? Kenapa gue dibius?" Elios dan Chacha tentu terkejut mendengarnya.

"A-apa ? Maksut lo apa Zra?"

"Iya bang Adit bius gue tadi, mana bang Adit?" Semua orang akhirnya bangun dan menuju sumber suara.

"Sial gue kayak habis dibius"

"Berati memang semua orang dibius bang Adit?"

"HAH?"

"Iya, Aditya membius kalian semua" jawab Bagas.

"Kenapa? Mana bang Adit"

"Lebih baik lo semua, paman dan bibi baca surat dari Adit. Surat ada dimeja silahkan dibaca" sebelum ada yang menanggapi, mereka dikejutkan suara Arga.

"ADIT!!"

***

Aditya pergi ke Newyork, menghampiri papanya. Dia akhirnya menyewa sebuah rumah dipinggiran kota untuk dijadikan basecame. Adit sendiri, iya benar benar sendiri tanpa siapapun yang membantunya.

Tidak teman temanya atau bahkan CIA. Dia akan menghadapi papanya seorang diri. Adit menatap keluar jendela, langit begitu cerah dan mentari bersinar terang. Dia meletakkan figura keluarga besarnya. Membelai foto keluarga dan sahabat. Membelai foto Azkia bersama dia dan Arga. Air mata kembali jatuh membasahi pipi Aditya. Keputusan terberat ini ia ambil, karena memang ini satu satunya cara.

Dia tak ingin memakan korban lagi, dia tak ingin kasus Aaric terlulang kembali. Maka lebih baik dia sendiri yang menyelesaikan semuanya.

"Arga sayang.. aku sangat mencintaimu. Hiduplah dengan baik, tolong jaga Kia ya sayang. Karena Kia yang menyatukan cinta kita.. aku mencintaimu sayang"

"Pah, mah, bang, zra.. makasih sudah menampungku selama ini. Aku menyayangi kalian semua" Aditya tersenyum sendu. Dia membuka tas khusus yang menampung Red Queen. Dia akhirnya membuka dan mengaktifkannya.

"Welcomeback Red" Red Queen menatap Aditya.

"Ya, senang melihatmu Aditya"

"Kau tau tugasmu kan?"

"Kau yakin?"

"Sangat yakin, mari selesaikan semua ini Red. Hanya kau, aku dan Alicia. Mari sudahi semuanya"

"Baik, Aditya"

"Sebelum itu, pastikan kau buka sistem di Hive setelah kuberi peringatan"

"Ya, tentu saja" Adit beralih ke Alicia, dia mengaktifkan Alicia.

"Hello Lic"

"Hello dit"

"Siap untuk bertugas"

"Sure" Adit mengeluarkan senjata dan memberikanya pada Alicia.

"Maaf, kau harus melakukan ini"

"Tak apa, aku bisa mengerti. Aku akan membantumu" Aditya memeluk Alicia.

"Let's go! Mari akhiri semuanya!"

"Ya!"

__________

TBC.

Sampai jumpa seminggu lagi, aku mau liburan..

Just Extraordinary Friend [END]Where stories live. Discover now