Tigabelas

6.9K 607 62
                                    

Sasuke segera menarik lengan Sakura sesaat setelah mereka turun dari mobil yang dikendarainya. Beruntung ini masih pagi, dan baru beberapa murid yang berada disekolahnya. Mengabaikan berbagai macam tatapan dari beberapa murid yang tak sengaja berpapasan dengan mereka, Sasuke segera membawa Sakura menaiki anak tangga menuju atap sekolah.

"Apa yang kau lakukan, sialan! " Sakura berteriak ketika ia melepaskan cekalan tangan Sasuke pada lengannya, gadis itu terengah-engah. Emeraldnya menghunus tepat kearah Onyx pekat milik pemuda dihadapannya yang masih bergeming, menatap dirinya tak kalah tajam. Sakura bisa melihat emosi yang terpancar disana.

Sasuke masih diam, mengamati Sakura yang tengah sibuk mengusap bekas cekalan tangannya. Ia bisa melihat ruam kemerahan disana, dan ia mencoba mengabaikannya, kemunginan-kemungkinan yang berkeliaran dikepalanya lebih penting sekarang, "Apa yang kalian lakukan?"

"Apa yang kami lakukan? Maksudmu aku dan temanmu? " Sakura mendengus sinis. Ia masih tak menyangka jika Sasuke bisa sampai berfikir seperti itu tentangnya. Perkataan pria itu ketika dimobil berhasil melukai harga dirinya, tentu saja disaat apa yang pria itu katakan  salah besar, " Apakah sekarang itu menjadi urusanmu? "

Apa Sakura sedang menantangnya sekarang? " Jawab saja pertanyaanku, Haruno. " Ucap Sasuke penuh penekanan.

Sakura tau, Sasuke berusaha menekan emosinya, dan itu akan berakhir buruk. Karena memang selalu seperti itu." Kenapa kau tidak tanyakan saja pada temanmu. " Jawabnya tenang. Ia menatap Sasuke, meneliti ekspresi yang ditampilkan lelaki itu. Dan ia bisa melihat jika Sasuke kini mengeraskan rahangnya.

Sasuke kembali mendekati Sakura, mendorong tubuh mungil gadis itu hingga membentur tembok pagar pembatas cukup kuat. Dan ia segera menghimpit tubuh mungil itu. "Bicara sekarang, Jangan buat aku melakukan sesuatu hal yang akan membuatmu menyesal setelahnya." Sasuke membungkuk, bersiap untuk mencium gadis itu ketika tiba-tiba Sakura mendongak, menatap Sasuke dengan emerald yang berkilat marah. Tubuhnya membeku seketika.

"Kau..... Jangan samakan aku dengan wanita-wanita itu. " Sakura berkata tegas, menantang onyx tajam yang kini masih berfokus pada emeraldnya." Aku bahkan seribu kali lebih baik dari mereka semua. Dan juga.... " ia menekan dada Sasuke dengan jari telunjuknya," Kau. " ia mendorong  tubuh Sasuke kuat, namun pria itu masih bergeming, masih setia menatap emerald yang bersembunyi dibalik kacamatanya.

Keheningan terjadi selama beberapa saat, mereka berdua hanya saling menatap, mencoba memahami arti tatapan masing-masing. Hingga dengan perlahan, tangan Sasuke terangkat, melepaskan kacamata yang bertengger dihidung mancung Sakura. Kembali menatap mata hijau cerah itu secara intens, mencoba menyelaminya hingga dasar. "Apa maksudmu?" Bisiknya.

Sasuke mengerti, amat sangat mengerti dengan apa yang gadis itu katakan. Ia memang bajingan, apa yang dikatakannya memang benar bahwa gadis musim semi itu seribu kali lebih baik darinya. Tapi... Entah kenapa ia tak menyukainya. Ia bahkan sudah sangat sering mendengar kalimat yang memgatakan bahwa dirinya adalah pria brengsek, atau pria pecinta selangkangan, tapi ia selalu mengabaikannya. Karena menurutnya, orang lain hanya mengetahui bagian luar dirinya saja, dan tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab dirinya mberbuat seperti itu. Bahkan mungkin orang tuanya pun tidak mengetahuinya. Hanya Sakura dan juga kakaknya yang mengetahui itu, dan mungkin.... Sasori? Entahlah.

Tapi ketika ia mendengar ucapan yang dilontarkan oleh wanita didepannya, walaupun perkataan itu tidak secara gamlang entah kenapa ia membencinya. Ibarat kata, seorang pelacur pun tidak akan terima jika dikatakan dengan sebutan seperti itu, bukankah begitu? Begitu pula dengan Sasuke, pria itu juga merasakan hal yang sama. Ia tak terima jika direndahkan seperti itu. Apalagi oleh Sakura, yang tak lain adalah calon istrinya sendiri.

KARENA AKU, HARUNO SAKURA (Selesai) Where stories live. Discover now