Tigapuluh

5.8K 475 97
                                    

"Sayang."

Shimura Sai tersenyum. Melirik wanita yang ia cintai kini tengah melangkahkan kakinya menuju kamarnya dengan membawa nampan berisi salad buah.

Pemuda itu bangkit dari posisi telungkupnya, mendudukkan dirinya ditepi ranjang diikuti oleh wanita itu.

"Kenapa melamun? "

Entahlah, menurut Sai suara itu adalah suara yang paling indah yang pernah didengarnya. Dan akan selalu seperti itu. Pemuda itu hanya menggeleng, mengambil salad buah yang yang kini berada dinakas disamping tempat tidurnya dan segera memakannya. Rasa manis dan asam perpaduan antara berbagai jenis buah dan juga yogurt langsung menyapa indra pengecapnya dan itu benar-benar lezat. Mata Sai berbinar seketika.

"Ini enak! " Katanya semangat.

Sementara itu wanita yang berada disampingnya hanya terkekeh pelan ketika melihat ekspresi pemuda itu. Sungguh menggemaskan fikirnya.

" Bagaimana sekolahmu? " Tanyanya lagi.

Sai hanya mengankat bahunya acuh," Biasa saja. " Dan kembali menyendokkan salad buah itu kedalam mulutnya.

Sang wanita mengerling jahil," Kau yakin biasa saja? " Jujur saja, ia sangat senang menggoda pemuda tampan berkulit pucat yang kini melirik malas kearahnya,"Tidak ada hal yang istimewa?"  Tambahnya.

"Tidak. " Jawab Sai yakin. Seyakin ia ketika menghabiskan salad buah itu.

Menghela nafasnya, wanita itu kembali bersuara." Lalu bagaimana hubunganmu dengan gadis itu? "Sepertinya dia belum menyerah sebelum pemuda itu mengatakan apa yang ingin didengarnya," Apakah berhasil? Kau sudah mengatakannya? "

Dan pada akhirnya, Sai terbatuk keras karena salad buah yang tengah dikunyahnya tertelan secara paksa. Wajah pemuda itu berubah padam antara rasa malu dan rasa sakit akibat tersedak. Dengan cekatan wanita itu berdiri, mengambil air mineral yang memang selalu pemuda itu sediakan didalam kamarnya.

Sai meminumnya rakus, seakan air tersebut adalah air terakhir yang tersisa dibumi. Lalu memicing tajam kearah wanita berambut hitam yang kini tengah menatap khawatir kearahnya.

"S-siapa yang ibu maksud?! " Nada suara pemuda itu bahkan penuh dengan kekesalan juga gugup diwaktu bersamaan. Ia segera menyimpan salad buah yang tinggal tersisa sedikit keatas nakas.

" Gadis berambut merah muda yang selalu bersamamu. "

Darimana ibunya tau?

" M-maksud ibu? " Kenapa ia jadi gagap begini?

" Ayolah! Kau fikir ibumu ini bodoh. Ibu tau kalau kau menyukai gadis itu, iya kan? "

Benar, tapi——

" Darimana ibu mengetahui kalo aku dekat dengan Sakura? "

" Jadi, namanya Sakura? " Wanita tersebut, yang tak lain adalah ibu Sai berkata seraya mengangguk-anggukkan kepalanya, terlihat jelas ada binar diwajah wanita cantik berusia hampir setengah abad tersebut," Namanya cantik, sama seperti orangnya. "

Dan Sai hanya bisa menjatuhkan seluruh tubuhnya diatas ranjang,  menyembunyikan rasa panas diwajahnya dengan cara berguling-guling seraya menutupi wajahnya dengan bantal. Membuat tawa renyah sang ibu kembali terdengar. Itu memalukan, tapi juga menyenangkan.

"Hei. " Ibunya kembali menepuk lembut punggung Sai. Menyuruh pemuda itu untuk menatap kearahnya.

Sai hanya menampakkan wajahnya sedikit," Apa? " Katanya. Ia masih tak berani bertemu tatap dengan wajah sang ibu yang jelas-jelas tengah menggoda dirinya saat ini.

KARENA AKU, HARUNO SAKURA (Selesai) Where stories live. Discover now