Duasembilan

5.5K 492 93
                                    

Saat ini Uchiha Sasuke tengah berada digedung tertinggi hotel tempatnya menginap, menggulung lengan kemeja yang membungkus tubuh indahnya seraya menatap nanar pemandangan kota Tokyo malam hari yang terhampar indah dibawah sana. Sungguh indah. Namun, pemandangan tersebut tak mampu mengalihkan fikirannya dari kejadian malam itu barang sedetikpun.

Sentuhan Sakura pada seluruh tubuhnya, wajah ayu Sakura yang tertangkap onyxnya, bibir Sakura ketika bertemu dengan bibirnya, emerald Sakura ketika menatapnya, dan segala sesuatu tentang gadis itu, apa yang dilakukan oleh Sakura pada malam itu, Sasuke sama sekali tidak melupakannya walau kejadian itu sudah hampir satu bulan berlalu.

Sasuke menghembuskan nafas lelahnya, masih memusatkan pandangannya pada kerlap kerlip lampu yang terhampar sejauh matanya memandang.

Tidak, seharusnya ia tidak seperti ini. Memilih menghindar seperti seorang pecundang hanya karena ia tidak sanggup menatap Sakura. Membuat orang-orang khawatir kepadanya karena ia sama sekali tidak memberi kabar selama seminggu terakhir. Sasuke bahkan mematikan ponselnya.

Ah... Ia lupa, jika dirinya telah menjadi seorang pecundang sudah sejak lama. Selalu berusaha terlihat baik-baik saja dibalik sikap brengseknya. Hanya untuk menutupi keadaan yang sebenarnya. Menyedihkan bukan?

"Bodoh! " Umpatnya pelan. Tawa miris meluncur begitu saja dari celah bibirnya.

Ia kembali menghela nafasnya, memutuskan untuk berbalik dan kembali menuju hotel tempat tinggalnya selama seminggu terakhir.

Ia harus kembali. Ia harus menghadapinya. Ia harus bertemu Sakura dan meminta maaf pada gadis itu, entah meminta maaf karena alasan apa. Dan ia harus siap jika suatu saat perempuan itu menemuinya. Ia yakin, ia bisa menghadapinya.

"Aku kembali, Sakura. "

***

Suasana kantin sekolah siang ini terlihat lebih lenggang dari biasanya, entah karena jam istirahat sebentar lagi akan berakhir, atau memang para yang terlalu enggan pergi ketempat sakral itu. Entahlah, Sakura tak ingin memikirkan hal tersebut.

Tapi satu hal yang pasti, ia merasa senang karenanya. Setidaknya, dengan keadaan kantin yang lenggang, dirinya dan juga Hinata bisa makan dengan tenang tanpa adanya suara berisil dari siswa lain. Atau tatapan yang mereka layangkan pada dirinya.

Dengan langkah santai, Sakura membawa nampan  berisi makan siangnya bersama Hinata yang kini berjalan disampingnya. Mereka meletakkan nampan tersebut diatas meja paling pojok, dimana tidak akan ada orang yang memperhatikan mereka berdua. Meskipun penampilannya berubah, namun ia tetap menyukai keramaian.

"Bagaimana? Apakah sudah ada kabar dari Sasuke? " Hinata membuka percakapan seraya memasukan tempura udang kedalam mulutnya.

Sakura hanya menggeleng pelan." Masih belum. "

" Ah.... "Hinata menatap sahabatnya dengan tatapan bersalah."  Maafkan aku, aku tidak bermaksud—"

"Aku tak apa, Hinata. Aku baik-baik saja." Sakura menyela cepat. Jujur saja ia tidak ingin membuat orang-orang mengkhawatirkan dirinya.

Sakura segera memasukan satu sendok penuh salad buah yang ada dihadapannya dengan sedikit tergesa. Meskipun nafsu makannya hilang karena ia kembali mengingat pemuda itu. Terjadi keheningan beberapa saat, hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring ketika mereka berdua menyantap makan siangnya.

Sakura dengan fikirannya, dan Hinata yang sesekali menatap kearahnya.

"Kau bisa menceritakan semuanya padaku. Kau tau itu, kan? "

Perkataan Hinata yang tiba-tiba membuat Sakura menghentikan kunyahannya. Ia mendongak, menatap Hinata yang kini juga tengah menatap kearahnya dengan tatapan serius. Kedua alisnya bahkan saling bertautan.

KARENA AKU, HARUNO SAKURA (Selesai) Where stories live. Discover now