Duapuluh

6.5K 569 116
                                    

"Ini tentang Sasuke. Dia..."  Mikoto menghela nafasnya, menatap Sakura dengan sorot nanar, "Dia ingin meresmikan hubungan kalian. Aku tau ini gila, tapi, aku rasa kali ini dia benar-benar serius."

Sakura hanya bergeming, masih mencerna kata-kata yang keluar dari mulut wanita paruh baya itu. Apa maksudnya dengan meresmikan?

"Dia terlihat kacau selama beberapa hari ini," Mikoto kembali melanjutkan, "Dan.. Aku minta maaf atas apa yang dia lakukan padamu tempo hari. Sasuke menceritakannya padaku."

"Tidak, bibi. " Sakura menggeleng pelan, matanya mulai berkaca-kaca." Jangan meminta maaf padaku, bibi tak melakukan kesalahan apapun. "

" Anakku melakukan sesuatu yang memalukan padamu. "

" Aku tak apa. " Lirih Sakura. Ia berjalan menuju arah jendela, memilih menatap bulan sabit yang menggantung diatas sana. Air matanya perlahan tumpah. Memikirkan bagaimana Sasuke yang tampak kacau, membuat hatinya terasa nyeri.

" Kau bisa menolaknya. " Mikoto menatap punggung mungil Sakura yang terlihat rapuh. Ia tau bahwa gadis itu tengah menangis sekarang. " Aku tidak akan memaksamu. Kau bebas memilih, Sakura. "

Sakura mengusap air matanya sebelum akhirnya ia berbalik, mendekati kembali wanita paruh baya itu dan memeluknya," Aku akan memikirkannya." Ucapnya yakin.

Mikoto mengangguk, merasakan kedua matanya yang memanas, lalu setetes air mata jatuh menuruni pipinya, "Sasuke terlalu banyak menyakitimu, aku mohon maafkan dia."

Lagi, perkataan Uchiha Mikoto membuat air mata Sakura menetes, sebisa mungkin ia menahan tangisnya, "Memang benar apa yang bibi katakan, Sasuke menyakitiku. Bahkan dia berkali-kali membuatku kecewa. Tapi, bukankah selama ini aku selalu bertahan? Aku mempunyai hati yang kuat bibi."  Ia menarik nafasnya. Disaat dadanya kembali terasa begitu sesak, "Dan aku akan selalu bertahan tidak peduli apapun yang terjadi."

Tangis Mikoto akhirnya pecah ketika mendengar nada lirih dari gadis yang kini tengah memeluknya, "Kau mungkin akan benar-benar hancur jika selalu memaksakan dirimu. Aku akan menerima keputusanmu, meskipun itu berarti kau akan meninggalkan Sasuke. Kurasa kau pantas bahagia, Sakura."

" Tidak, bibi! " Sakura kembali berbicara disela isakkannya yang kian menjadi," Sasuke... Dia salah satu sumber kebahagiaanku. "

Uchiha Mikoto mengetahuinya, sangat. Tapi jika gadis itu memilih untuk tetap bertahan dengan segala sifat brengsek yang dilakukan oleh putranya, ia yakin Sakura akan benar-benar terluka setelahnya. Biar bagaimana pun juga, Sakura sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Ia tidak ingin gadis itu semakin terluka karena putranya. Tapi bagaimana dengan Sasuke? Dia  anaknya, anak kandungnya, dan Mikoto juga tak ingin melihat putra bungsunya kembali hancur. Ia tidak bisa memilih. Ia tidak ingin memilih. Itu terlalu sulit.

Dengan helaan nafas yang panjang, Mikoto melepaskan pelukan Sakura secara perlahan, menghapus jejak air mata yang ada dipipi gadis itu dengan lembut, ketika tiba-tiba ia mengingat perkataan Sasuke pada malam itu. Malam dimana pria itu mabuk, malam dimana ia mengajukan sebuah syarat pada putra bungsunya, dan Sasuke langsung menyetujuinya. "Sasuke mengatakan sesuatu padaku,"  Ia menjeda kalimatnya, melihat ekspresi penuh tanya dari gadis ayu didepannya. "Dia bilang dia akan berubah, asalkan kau tidak meninggalkannya. Dia akan berhenti melakukan hal-hal brengsek yang membuatmu terluka, Jadi, maukah kau melihat perubahan yang dilakukan Sasuke selama beberapa bulan? Dan setelahnya kau bisa menentukan pilihanmu. Aku tau kau mungkin lelah, tapi aku mohon padamu. Sebagai seorang ibu. "

Mikoto tau, sekeras apapun Sakura mengatakan bahwa dirinya akan bertahan, tapi sebenarnya gadis itu merasakan lelah yang amat sangat. Ia yakin bahwa pernah terbersit dibenak gadis itu untuk meninggalkan Sasuke, anaknya.

KARENA AKU, HARUNO SAKURA (Selesai) Where stories live. Discover now