Duaempat

5.6K 495 79
                                    

Suara burung yang berkicau menandakan bahwa malam telah berlalu dan berganti menjadi pagi. Sinar mentari pagi yang hangat menerobos masuk melewati celah jendela berhasil menerpa wajah tampan yang kini tengah terlelap. Pria itu menarik seseorang yang berada dalam dekapannya menjadi lebih dekat, mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil yang terungkus selimut tebal berwarna biru muda itu. Perlahan, kelopak mata itu terbuka, menampilkan hazel cantik yang sarat akan keteduhan. Sasori terbangun dari tidur nyenyaknya. Namun terlalu enggan untuk beranjak dari sana. Ia lebih memilih berdiam diri diatas ranjang yang ditempatinya bersama sang adik yang berada dalam pelukannya sejak semalam.

Semalam, Sakura marah besar kepadanya dan kembali terlihat kacau. Ia bisa memakluminya. Rin menjelaskan semuanya pada Sakura. Semua yang tidak diketahui gadis itu, Dan Sakura juga beberapa kali mengigau dengan ekspresi ketakutan yang begitu kentara didalam tidurnya. Ia juga bisa memaklumi itu, karena tentu saja dengan kembalinya Rin, tak menutup kemungkinan jika luka yang dirasakan oleh Sasuke kembali menganga lebar. Namun pagi ini, ia melihat adiknya tertidur begitu pulas. Ketika Sasori menatap wajah adiknya yang begitu damai dan tampak polos, seolah beban berat tak pernah hadir dalam kehidupan adiknya tersebut.

"Saki. " Panggil Sasori lembut, ia menggerakan tangan yang melingkari pinggang adiknya menuju pipi pucat itu, mengelusnya seringan bulu." Bangun, Sayang. "

Namun adiknya hanya bergumam pelan dan makin merapatkan tubuh mungil itu kearahnya, mencari-cari posisi ternyaman. Sasori mengulas senyum tipisnya.

" Sakura. " Panggilnya lagi," Ini sudah siang dan kau harus sekolah. "

"Lima menit lagi," Suara Sakura teredam oleh dada bidangnya. Ia menumpukan dagunya pada kepala merah muda sang adik dan mengelus surai indahnya dengan lembut.

"Kau akan terlambat, sayang."

Sakura membuka kelopak matanya, sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah tampan sang kakak, "Selamat pagi." Ucapnya pelan. Ia bahkan menyunggingkan senyum tipisnya.

Sasori mengerutkan keningnya heran. Apakah Sakura melupakan kejadian semalam?

Namun ia lebih memilih mengabaikan rasa herannya dan membalas senyuman serta sapaan gadis itu, "Selamat pagi."

Sakura kembali merapatkan tubuhnya kearah Sasori, menyenmbunyikan wajah ayunya kedalam dada bidang sang kakak dan menghirup aroma yang selalu menenangkannya dengan rakus. Diam-diam ia menghela nafasnya ketika rasa sesak itu kembali memenuhi rongga dadanya. Ia masih tak bisa menerima fakta yang baru saja ia dengar dari Rin Nohara tadi malam. Tentang wanita itu, tentang kakaknya dan juga..... Tentang Uchiha Sasuke. Sungguh, Sakura merasa takut, amat sangat takut sekarang. Jika sampai Sasuke kembali bertemu dengan Rin, jika Sasuke sampai mengetahui fakta itu, ia yakin Sasuke akan kembali terjatuh. Dan itu hal terakhir yang paling Sakura inginkan. Meskipun wanita itu telah berjanji padanya tidak akan menemui Sasuke, tapi tepat saja rasa takut itu masih menghantuinya.

Tanpa sadar, air matanya kembali terjatuh meskipun ia tidak terisak. Dan Sasori yang menyadari baju yang dikenakannya basah, pria itu kembali panik. Sakura kembali menangis, dan senyuman yang diberikan oleh adiknya beberapa menit yang lalu adalah senyuman palsu. Sakura sama sekali tak melupakan kejadian semalam. Tidak sama sekali.

"Maafkan aku, Saki. " Hanya itu yang bisa dikatakan Sasori dari semalam.

"Tidak, Kakak. Ini bukan salahmu."

***

Wanita sialan itu kembali... Wanita sialan itu kembali... Wanita sialan itu kembali... Nohara Rin.... Kembali....

Sasuke masih berada diatas tempat tidurnya pagi ini, pemuda itu tampak begitu kacau persis seperti keadaan kamarnya yang juga begitu kacau. Pecahan botol alkohol berserakan disetiap sudut ruangan.

KARENA AKU, HARUNO SAKURA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang