Tujuhbelas

6.6K 604 119
                                    

Suasana hati Uchiha Sasuke hari ini begitu buruk. Terlihat dari wajahnya yang tampak kacau, serta tatapan matanya yang begitu tajam. Pemuda tampan itu bahkan tak segan-segan memelototi semua orang yang berpapasan dengannya di koridor sekolah. Membuat seluruh siswa penghuni sekolah baik lelaki maupun perempuan bergidik ngeri sekaligus heran dibuatnya.

Apa yang terjadi dengan pangeran tampan itu?

Kira-kira seperti itulah isi hati para murid yang bertemu tatap dengan mata setajam elang milik Sasuke. Namun mereka semua hanya bisa membatin tanpa bisa menyuarakan isi hati mereka secara lantang.

Bahkan Naruto yang biasanya begitu senang menggoda bungsu Uchiha tersebut, memilih untuk bungkam seribu bahasa serta menjaga jarak dari pemuda itu. Dari pada ia harus mendengarkan kata-kata manis yang terlontar dari mulut Uchiha Sasuke dan berakhir membuat ulu hatinya terasa begitu nyeri.

Tak berbeda dengan Naruto, teman-temannya  yang lain juga seperti itu. Mereka terlalu enggan melihat dua tanduk muncul diantara sela-sela rambut gelap Sasuke. Berbeda dengan Sai, pemuda itu terlihat tenang menyelidiki gerak-gerik Sasuke yang beberapa kali berdecak sebal. Pemuda itu menyunggingkan senyumnya.

"Terjadi sesuatu? " Tanya Sai tenang. Mereka semua kini tengah berada di pinggir lapangan basket. Sehabis latihan.

" Tidak. " Jawab Sasuke sinis. Ia kembali mendengus keras ketika menatap tajam pria pucat tersebut.

" Kau mempunyai masalah denganku? Aku perhatikan beberapa minggu ini kau selalu memelototiku sampai matamu akan meloncat keluar. " perkataan Sai yang tenang membuat semua teman-temannya menahan tawa. Mereka merasa jika kalimat Sai itu sangatlah lucu, namun ada benarnya juga. Karena memang bungsu Uchiha itu selalu terlihat sinis ketika menatap teman pucat mereka, entah karena apa.

" Tidak. " Ucap Sasuke lagi. Ia sama sekali tak terpengaruh dengan kekehan pelan disekitarnya, yang disebabkan oleh teman-temannya. Terutama Suigetsu dan Kiba. Naruto memilih menjadi anak baik sekarang.

"Lalu kau kenapa? Apa kau kedatangan tamu bulanan?"

Oke, perkataan polos yang dilontarkan oleh Suigetsu membuat teman-temannya yang lain sukses memyemburkan tawanya, juga sukses menumbuhkan kedua tanduk diatas kepala Uchiha Sasuke. Naruto yang sedikit peka dengan aura hitam yang mengelilingi pria itu segera menepuk bahu Suigetsu keras, yang langsung dihadiahi pelototan super tajam oleh sang korban.

Sedangkan Sai hanya menghela nafasnya, masih menatap Sasuke dengan pandangan menyelidik, " Sakura....." Sai sengaja menghentikan kalimatnya guna melihat ekspresi yang ditampilkan Sasuke, dan benar saja, ia melihat tubuh pemuda itu sedikit menegang selama satu detik. Hanya satu detik. Namun itu cukup untuk membuktikan bahwa sumber kekacauan pria itu adalah Sakura. Gadis musim semi itu.

"Ah, ya! Sakura! " Naruto menimpali," Aku tidak melihatnya hari ini. Apa kau tau kemana dia, Sai? "

Sai mengangkat alisnya tinggi, dengan tatapan matanya masih mengarah pada Sasuke yang kini membuang pandangan kearah lapangan yang terik," Dia sakit. Hinata memberitahuku tadi pagi. "

Sialan! Ingin rasanya Sasuke meninju wajah menyebalkan pria pucat itu sekarang.

" Kau sudah begitu dekat dengan mereka? "Kali ini Kiba yang bertanya semangat," woaaaa... Bagaimana gadis itu? Apa..... "Kiba menaik turunkan alisnya beberapa kali, bermaksud menggoda pemuda murah senyum tersebut, namun wajahnya berubah datar ketika ia melihat tatapan setajam elang dari pemuda bersurai gelap yang berada tepat disampingnya.

" Aku mendapatkan nomor teleponnya. " Ujar Sai santai. Yang langsung diberikan sorakan semangat.

" Bagaimana caranya? Dia memberitahukannya padamu? "

KARENA AKU, HARUNO SAKURA (Selesai) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt