2. Tetangga baru

3K 106 0
                                    


Laki-laki bertubuh jangkung ini hanya bisa mengikuti kemauan kedua orang tuanya untuk pindah rumah. Sebenarnya ia tak menginginkan hal itu karena ia harus pindah sekolah juga. Besok ia akan pindah rumah ke tempat yang lumayan jauh dari rumah ini. Semoga saja di rumah barunya sana tidak ada hal yang membuatnya menyesal menyetujui ajakan orang tuanya. Dan semoga saja dengan pindahnya ia ke sekolah baru, bisa melupakan masa masa indah dengan gadis itu.

"Vano kamu pack barang-barang yang penting aja ya, yang aneh-aneh dan nggak penting tinggal aja." Ujar seorang wanita yang kini duduk di pinggir ranjang Nevin.

"Iya Ma." Balas Nevin singkat. Kini ia tengah merapikan buku-buku nya.

"Kamu suka kan sama sekolah barumu?"

"Iya Ma, kayaknya banyak murid berprestasi di sekolah itu."

"Bagus deh kalau kamu suka."

Charissa telah selesai merapikan semua pakaian Nevin, putranya. Ia berdiri lalu berjalan keluar meninggalkan kamar ini dan Nevin pun selesai merapikan barang barang yang ingin ia bawa ke rumah baru.

Ia menata semua koper di dekat pintu lalu menutup pintu kamar dan kemudian merebahkan tubuhnya di kasur berukuran king miliknya. Huh! Ia akan rindu rumah ini.

***

Di hari minggu pagi yang cerah ini, Hizla berolahraga marathon keliling komplek bersama abangnya dan tentu saja Kenzy kecil yang semalam menginap di rumahnya.

"Dek, jangan cepet-cepet nanti jatuh."

"Ini nggak lagi cepet-cepet tau bang, Hizla lagi ngikutin gerak angin yang ternyata cepet banget." Seru Hizla sambil tengah-tengah. Azriel hanya bisa menggelengkan kepalanya heran, kenapa adiknya melakukan hal yang tidak penting itu? Dengan tangan yang masih menggenggam tangan Kenzy, Azriel berjalan mendekati Hizla.

"Mau beli sarapan apa?" Tanyanya.

"Enggak ah, Hizla mau makan yang Mama masak aja, lebih sehat kan?"

Benar juga sih tapi hari ini mamanya tidak masak, malah tadi meminta Azriel untuk membeli sarapan kalau sudah selesai olahraga nanti, Hizla ini pikun atau bagaimana?

"Mama kan nggak masak, dek. Kayaknya tadi udah bilang ke abang suruh beli sarapan."

"Eh? Kok Hizla lupa ya? Kalo gitu beli nasi uduk aja." Usul Hizla yang sekarang tengah duduk di pinggir jalan.

"Yaudah ayo."

"Kak, Ken capek."

Hizla menengok ke sepupu kecil nya itu.

"Kenzy digendong bang Azriel ya? Kakak nggak kuat."

Azriel langsung mengangkat Kenzy lalu menggendong nya.  Sepupunya itu memang sudah terlihat sangat kelelahan. Azriel menggendong Kenzy di punggungnya, tidak terasa berat.

*Ya iyalah! Kenzy baru berusia 5 tahun, masa abang Azriel yang punya otot kayak botol fanta yang gede itu nggak kuat.

.

Mereka sudah sampai di tukang nasi uduk, Hizla yang kelelahan duduk di kursi panjang warung kecil ini. Azriel mendudukkan Kenzy disampingnya. Kemudian ia memesan nasi uduk. Tempat ini tidak begitu jauh dari rumah mereka jadi cukup jalan kaki puluhan meter saja.

"Mbak, pesen nasi uduk nya tujuh ya dibungkus, sambal di pisah semua."

"Oh iya mas, di tunggu sebentar ya."

HizlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang