34. Rumah Sakit

970 53 1
                                    

.

Enjoy!

💜

.

Hizla sekarang tengah bersama Mamanya di koridor rumah sakit. Shilla dan Hizla berjalan beriringan menuju ruang rawat Azriel. Shilla berhasil membujuk putrinya untuk ikut ke rumah sakit. Walaupun harus menunggu hingga semalaman untuk Hizla berpikir.

Hari ini adalah hari Minggu. Hari dimana biasanya Nevin mengajak Hizla melakukan sesuatu yang baru, dan menyenangkan. Tapi mungkin tidak untuk hari ini.

"Emm, abang nggak pegang handphone ya Ma?"

Shilla menengok ke Hizla sekilas, dan tersenyum. "Enggak Dek."

Saat Hizla akan berbicara lagi, tiba-tiba Mamanya berbelok dan berhenti didepan pintu ruang rawat. "Ini Ma kamarnya?"

Sambil mengangguk, Shilla membuka pintu perlahan. "Iya." Ucapnya.

Hizla pun membuntuti sang Mama, masuk kedalam ruangan ini. Mata gadis itu langsung tertuju pada Abangnya yang terbaring pucat di ranjang rumah sakit.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." Balas Aland yang sekarang tengah duduk di sofa, dan tengah menatap laptop di hadapannya. Kemudian, Papa Hizla itu menutup laptop dan beralih memandang anak perempuannya. "Loh, Hizla mau ikut?" Tanyanya.

Hizla tersenyum lalu mengangguk. "Iya Pa."

.

Hizla sekarang tengah menatap Azriel yang belum membuka matanya. Berkali -kali Hizla menghembuskan napasnya kasar. Ia masih teringat pernyataan Nevin kemarin, bahwa cowok itu tak ingin mengantarkan Hizla bertemu dengan Meira. Hizla menjadi merasa bersalah.

Ia tak mengerti apa tujuannya ingin bertemu, dan mengenal Meira lebih dalam. Mengapa ia menjadi tak tau diri? Hizla tau kalau Nevin ingin melupakan Meira, sangat tau. Mungkin ini karena rasa penasaran yang berlebihan.

Apa lebih baik ia tak usah menuruti keinginannya?

Entahlah, mungkin lebih baik ia tak memikirkan hal itu dulu.

***

Sejak tadi, Nevin terus dikirimi pesan oleh Steffany. Tentu saja gadis itu menanyakan tentang, kapan dan dimana Hizla bisa bertemu dengan Meira. Berulang kali Nevin menjawab bahwa dirinya tak tau, dan berkali-kali juga Steffany menanyakan hal yang sama.

Stefany

Nevin.

Gue tanya sekali lagi, kapan Hizla bisa, dan dimana?

Cukup.

Gue gak tau!

Stop tanya tentang itu.

Gue akan hubungin lo, kalo Hizla udah ada waktu.

Atau lebih baik, Hizla sama Meira nggak usah ketemu.

Sama sekali

Itu adalah pesan terpanjang yang pernah Nevin kirimkan ke Steffany. Cowok ini menghembuskan napasnya kasar. Ia memijit keningnya yang terasa sedikit pusing.

Pandangan Nevin yang tadinya menatap layar ponsel beralih ke benda bulat dan bewarna oranye, yang terletak di dekat kakinya.

HizlaWhere stories live. Discover now