3. Olimpiade Fisika

2.6K 106 3
                                    

Happy Reading....

.



Hari ini Nevin sudah mulai berangkat ke sekolah barunya. Sebelum ia berangkat, ia memakai sepatunya di teras. Harapannya pagi ini adalah, ia tak melihat anak perempuan dari keluarga Sadoch.

Tapi cewek itu sekolah di mana ya?

Eh! Tidak, ia tak ingin tahu cewek aneh itu sekolah di mana.

Nevin selesai memakai sepatu, ia berdiri lalu naik kemotornya. Setelah memakai helm dengan benar, ia menyalakan kendaraan beroda dua ini. Motornya pun melaju dengan kecepatan standar. Ia berusaha tidak memikirkan Hizla.

.

Saat sudah sampai, ia memakirkan motornya ditengah motor murid lain. Ia melepaskan helm full face bewarna hitam itu lalu turun dari motor.

Dengan ekspresi wajah yang datar saat ada yang menatap wajahnya, ia berjalan lurus mengikuti koridor utama ini. Ia harus mencari ruang kepala sekolah sekarang. Tapi semakin banyak yang memerhatikannya dan ia tak suka itu. Ia berharap semoga dengan hitungan menit ia bisa bertemu seorang guru yang mungkin bisa ia tanya dimana ruang kepsek disekolah barunya ini.

Mata Nevin melihat ke sekelilingnya. Tiba-tiba ada seorang cewek yang menyenggol tangannya, dan melewatinya begitu saja. "Kuda poni!" Panggil Nevin, setelah ia memperhatikan beberapa saat gadis itu dari belakang. Sial! Ia ternyata satu sekolah dengan cewek aneh itu.

Hizla menengok kebelakang dengan wajah yang ia buat menjadi seram. Tapi bahkan itu tak seram sama sekali. Malah terlihat seperti bocah yang marah karena tidak di belikan es krim.

Nevin menahan tawanya melihat cewek itu yang masih berusaha membuat wajahnya menjadi seram.

"Kenapa? Hizla harus minta maaf gitu cuma karena nyenggol dikit doang?" Ketus Hizla.

"Anterin gue ke ruang kepsek."

"Ohh, nih ya dari sini lurus.... trus belok kanan. Nah abis itu ada perempatan nah disitu..."

"Disitu ruangnya?"

"Bukanlah disitu toilet tau."

"Kalo nggak mau bantu itu bilang, buang waktu aja."

"Ihh ya jangan marah."

"Siapa yang marah."

Nevin melewati Hizla dengan santai dan wajah yang terlihat tenang tidak terlihat marah sama sekali.

Hizla berbalik dan menatap punggung cowok yang baru saja melewatinya. Nah, abis ini pasti bingung mau kemana. Batinnya, yang sudah yakin bahwa sebentar lagi Nevin akan berbalik dan bertanya padanya kembali.

Nevin berhenti tak jauh dari tempat Hizla berdiri. "Bantu gue La." Lirihnya.

Hizla terbelalak, "nama Hizla tu Hizla. Ada zet nya Zla, bukan La."

"Yaudah, bantu gue Zela."
.

"Aduh." Dengan perlahan Hizla berdiri lalu membersihkan roknya yang kotor kemudian berjalan dengan biasa, seperti tidak terjadi apa-apa. Ia naik tangga dengan terburu-buru tadi. Dan inilah yang terjadi, ia terjatuh.

Walau sedikit kesal karena waktunya sedikit terbuang untuk mengantarkan Nevin ke ruang kepala, ia berusaha tenang dan memasang mimik wajah seperti di pagi pagi biasanya.

Saat akan masuk kekelas Hizla melihat Arkan berdiri di depan pintu kelasnya seperti sedang menunggu seseorang. Hizla mendekati kakak kelasnya itu dengan tersenyum.

"Kak Arkan ngapain?"

"Nungguin lo."

Kening Hizla berkerut. "Emang ada apa?"

HizlaWhere stories live. Discover now