Bagian 1. Wangsit !

155K 1.3K 32
                                    

Kenalkan namaku Dasep hanya itu tidak ada nama panjangnya, aku lahir di sebuah kampung terpencil di Cianjur Jawa Barat. Keluargaku adalah keturunan pemijat yang terkenal di seantero kampung, bahkan sampai ke kampung lainnya

Apapun penyakitnya, di semua bagian tubuh dapat kami sembuhkan, bahkan yang berhubungan dengan seksual pun dapat juga diatasi oleh kami, bisa disebut tukang pijat merupakan profesi turun temurun dari kakek buyutku. Saat ini sudah sebanyak generasi ke 5 yaitu aku nantinya.

Tidak sembarangan orang bisa memijat di keluargaku, dari keturunan ke 4 hanya ayahku dan dua pamanku, selain kakekku tentunya yang sudah melewati 2 generasi dibawahnya. Walau begitu mereka hanya punya satu keahlian saja, seperti ayahku Hamid dia punya kemampuan memijat tubuh saja, sementara pamanku Hasan yaitu kakak ayahku punya kemampuan memijat yang berhubungan kaki dan tangan seperti cedera, salah urat dan lainnya, sementara pamanku Husen yaitu adik ayahku punya kemampuan membuat obat-obatan terutama minyak khusus memijat, karena setiap pemijatan bisa berbeda minyaknya.

Sementara hanya kakekku satu-satunya yang bisa melakukannya semuanya. Menurut kakekku seseorang yang  dapat mewarisi ilmunya haruslah ada seperti mimpi atau wangsitnya dulu baru keahlian memijat bisa diturunkan. Dan itu harus melalui ritual yang sudah ditetapkan oleh kakek buyutnya. Karena kalau tidak, akan ada sesuatu akibat bila tidak sesuai.

Suatu malam kakekku Ki Seno bermimpi dan dalam mimpinya sudah ditetapkan siapa yang akan menjadi pewaris ilmu pijat selanjutnya, menurut kakekku seseorang itu haruslah sangat istimewa karena dia punya kemanpuan memijat yang lebih seperti dirinya. Dan itu sangat jarang terjadi serta langka. Menurut kakekku hanya dirinya dan kakek buyut saja dari genarasi pertama sampai sekarang.

Aku sendiri anak bungsu dari 3 bersaudara, dua kakakku perempuan. Jadi aku anak lelaki satu-satunya dikeluargaku. Wajahku, nenurut teman-temanku termasuk ganteng, kasep (bahasa sunda), kulitku kuning langsat, tubuhku langsing tidak gemuk atau kurus. Aku sendiri agak pendiam.

Selain berprofesi sebagai pemijat, keluargaku juga sebagian besar masih bekerja sebagai petani seperti pada umumnya yang tinggal di pedesaan. Sementara pemijat bisa dilakukan di rumah atau berdasar panggilan atau datang kerumah.

Aku sendiri tidak pernah berfikir untuk menjadi pemijat, saat ini hanya belajar fokusku, ayahku sebenarnya ingin agar aku mempunyai pendidikan tinggi agar jangan sampai seperti dirinya dan yang lain hanya tamatan SD. Kedua kakakku pun keduanya hanya sampai SMP saja, karena satu orang kakakku pertama teh Imah sudah menikah di usianya 18 tahun dengan suaminya yang berusia 24 tahun. Sebenarnya wajar menikah muda di kampungku. Sementara teh Ayu sekarang kerja di pabrik di kampung sebelah usianya 16 tahun.

Saat ini usiaku 14 tahun kelas 2 SMP, jarak sekolahku dari rumah cukup jauh hampir 1 jam. Aku termasuk pintar, selalu rengking masuk 3 besar sejak masih SD untuk itulah kedua orang tuaku sangat sayang kalau aku sampai berhenti sekolah.

--------

Suatu malam, di musim kemarau udara terasa gerah walau sebenarnya kampungku tidak begitu jauh dari gunung Gede Pangrango. Malam itu keluarga besar semua berkumpul, karena kakek ingin memberitahu sesuatu yang penting termasuk aku.

"Gini, aki teh beberapa hari yang lalu kedatangan wangsit ! Melalui mimpi !" Ujarnya sambil menghisap rokok dan didepannya segelas kopi yang sudah diminum setengah.

"Dalam mimpi aki teh sudah ditentukan siapa penerus dari ilmu pemijat, aki teh sudah tua umurnya sudah 70 tahun ! Jadi sudah sewajarnya ada penerusnya, walau sudah ada yaitu kamu Hasan, Hamid dan Husen. Tapi itu belum cukup karena kalian teh kemampuanya setengah-setengah tidak menyatu ! Hanya aki yang mempunyai ilmu secara sempurna ! Nah di mimpi aki teh sudah ada yang seperti aki itu teh langka dan jarang !" Jelasnya sambil membuang abu rokok ke asbak. Sementara yang lain hanya terdiam. Suara jangkrik terdengar di luar.

"Nah yang nanti mewarisi ilmu memijat secara sempurna teh, ada di antara cucu-cucu aki semuanya. Tentu saja ada syaratnya satu harus laki-laki, yang kedua masih perjaka ketika ilmu ini diturunkan, ketiga mempunyai telapak tangan khusus yang hanya aki yang tahu !" Kemudian Aki Seno menatap kami semua, sementara cucu lelaki hanya 4 orang, 2 dari paman Hasan dan 1 lagi dari paman Husen serta termasuk aku dari ayahku.

"Setelah terpilih, dia teh harus tinggal sama aki dulu, untuk menurunkan ilmu itu ! Kalian harus ikhlas dan menyerahkan sepenuhnya pada aki, ilmu ini akan aki turunkan secara bertahap dan secara rahasia jadi hanya aki sama dia saja yang tahu ! Jadi gimana setuju tidak ?" Tanyanya. Ki Seno menatap semua anak-anaknya.

"Saya mah setuju saja, kalau aki berkehendak seperti itu !" Jawab paman Hasan sebagai perwakilan dari semuanya. Sepertinya semua tidak ada yang membantah.

"Siapa yang mewarisi ilmu eta teh Ki ?" Tanya paman Husen.

"Nanti dulu, jadi semua setuju ?" Semua mengangguk. Aki Seno tersenyum kemudian mematikan rokoknya dan meminum sisa kopinya.

"Cucu aki yang akan mewarisi ilmu memijat teh ... kamu Dasep !" Ujarnya mantap sambil menunjuk padaku. Aku begitu terkejut, begitu pula yang lainnya semua menatapku. Sementara kedua orang tuaku terdiam.

"Gimana Hamid ?" Ayahku menghela nafas panjang dengan pertanyaan kakekku dan penunjukan diriku.

"Semua saya serahkan pada aki !" Jawab ayahku sambil mengusap rambutku, sementara aku terdiam.

"Bagus, Dasep kesini duduk dekat aki ! Aki akan memeriksa dulu telapak tanganmu, apakah benar ada atau tidak !" Lambai kakekku untuk duduk disampingnya. Aku melirik pada ayahku, ayahku mengangguk dan aku bangkit menghampiri kakekku.

Aku duduk disampingnya di iringi tatapan semuanya.

"Sini tanganmu Sep !" Kakek menarik tanganku dan melihat telapak tanganku, yang sebenarnya tidak ada yang aneh. Kemudian kakek menyentuh dan mengangguk kepalanya.

"Ternyata benar, kamu Sep ! Aki tanya sama kamu, apa kamu mau menerima ilmu pijatan yang diturunkan dari kakek buyutmu ? Kalau keberatan juga tidak apa-apa, hanya mungkin setelah aki tidak ada, hanya ayahmu dan kedua pamanmu setelah itu tidak ada lagi !" Ujarnya menatapku. Apa yang dikatakannya bila menolak maka turunan pemijat akan terhenti Jadi tidak ada pilihan lain selain menerimanya. Aku mengangguk.

"Iya, Ki aku bersedia !" Jawabku, kakek tersenyum.

"Serius, karena akan cukup berat ilmu yang akan kuturunkan padamu berbeda dengan ayahmu dan pamanmu !"

"Siap Ki !"

"Bagus, sekarang kemasi bajumu ! Mulai saat ini kamu akan tinggal dirumah aki !"

"Sekarang Ki ?" Aku terkejut, aku pikir bisa besok atau kapanpun, kakekku mengangguk. Dan melirik ke dua orang tuaku, mereka hanya bisa pasrah saja. Aku berdiri dan pergi kekamarku untuk mengemasi pakaian untuk tinggal di rumah kakek.

Singkat cerita, malam itu aku pergi dan tinggal di rumah kakek, sebenarnya rumah kakekku masih satu kampung cuman memang agak terpencil jaraknya cukup jauh dari rumahku, hampir sama dengan bila aku kesekolah ...

Nah apa yang akan diajarkan kakekku nantikan ceritaku selanjutnya ...

Bersambung ....

-------

Cerita baru, mohon maaf banyak typo atau kesalahan ... hanya ingin mencoba membuat cerita gay yang hot ... 😁 ya, setelah tamat akan aku hapus ...

DASEP SI TUKANG PIJATWhere stories live. Discover now