Bagian 20. Masalah Mulai Datang 2

32.8K 704 9
                                    


"Bagaimana dengan kamu, den ?"

"Apanya mang ?" Tanyaku.

"Sudah punya pacar ?" Katanya sambil menyenggol badanku.

"Belum mang !" Jawabku.

"Bohong !"

"Serius mang, tidak ada yang suka padaku !"

"Kalau lelaki ?" Tanyanya pelan. Aku tertegun.

"Belum mang ! Sama atuh, siapa juga suka sama anak kampung mang !" Jawabku.

"Kok mamang tahu ?" Aku menatap mang Danu dengan terkejut. Mang Danu tersenyum.

"Tahu atuh, sejak aden mijit mamang !"

"Maaf mang !"

"Sudah, mamang sih biasa saja !" Jawab mang Danu, merangkulku. Aku tersenyum.

----------

Beberapa hari kemudian aku kembali ke Jakarta bersama paman dan bibiku. Aku juga juga membawa serta kotak wasiat pemberian kakek, keluargaku semua meminta aku menyimpan saja di rumah tapi aku menolak.

Aku tiba di kosanku, pamanku pun kembali ke rumah setelah mengantarku. Tiba di kosanku aku menyimpan tas dan kulihat kotak kayu berukir tidak besar tapi tidak kecil juga. Perlahan kubuka kotak itu karena aku penasaran. Kotak itu ternyata dilapisi beludru biru, didalamnya ada keris kecil ada untaian bunga melati di kepala keris, 4 buah buku 3 diantaranya sudah aku baca dan aku pelajari, ada juga buku kecil dan satu botol minyak ? Entahlah aku tidak tahu apa itu. Bukan hanya itu aku juga menemukan sebuah amplop yang cukup tebal.

Ku ambil dan kubuka, aku terkejut bukan main ternyata itu adalah uang seratus ribu 4 gepok masing-masing bernilai 5 juta ! Dan sebuah surat. Ku baca intinya, kakek meminta aku menjaga semua warisan ilmu pijat leluhur. Uang itu sebagai tambahan uang kuliahku. Aku menangis dan kemudian ku simpan kotak itu di lemari.

Keesokan harinya aku kuliah sepeti biasa, siangnya selesai sudah kuliah hari itu. Aku mendapat pesan dari A Dodi, dia pengen ketemu ya sudah. Aku bertemu di tempat biasa. Dan terlihat A Dodi, kembali dia mengajakku jalan-jalan.

"Sep, kamu suka olah raga ?"

"Engga terlalu A, kecuali berenang itu juga sesekali dulu, sekarang mah jarang !" Jawabku tersenyum.

"Oh ... !" A Dodi hanya mengangguk.

"Emang kenapa A ?"

"Engga sih, gini kamu itu bisa mijit kan ? Nah gini aku dan tim tuh beberapa hari lagi ada pertandingan futsal, jadi setiap hari latihan yang cukup berat kadang-kadang selalu saja ada sakit kaki, salah urat dsb. Aku minta kamu jadi tukang pijit di tim futsal mau engga ?"Jelas A Dodi.

"Aku mau aja A ...!"

"Baguslah ... nanti kita ke tempat latihan futsal ya !"

"Iya A !"

Setelah puas jalan-jalan dan ditraktir makan, A Dodi membawaku ke sebuah GOR tempat latihah Futsal diadakan. Kami masuk ternyata ada 3 lapangan disana, semua digunakan. Kami menuju lapangan paling ujung disana kulihat ada yang ku kenal diantaranya Angga dan juga Arif !

Aku dikenalkan pada pelatih dan juga teman-teman setimnya A Dodi, setelah itu dia berbicara sebentar dengan sang pelatih. Aku duduk memperhatikan semua teman-teman A Dodi, di sisi lain ada beberapa perempuan yang bergabung mungkin itu adalah para pacarnya.

Setelah itu aku berbicara dengan pelatih dan dia setuju aku menjadi tukang pijit tim Futsal. A Dodi bergabung dengan timnya untuk berlatih sementara aku melihat mereka bertanding. A Dodi sendiri sudah berganti baju.

Waktu terus berlalu, latihan futsal selesai mereka semua beristirahat, tubuh mereka basah oleh keringat. Harus aku akui mereka semua tampak seksi di mataku, rata-rata mempunyai tubuh yang bagus standarnya kekar dan atletis. Kalau wajah relatif itu menurutku ya he...he ...!

Tiba-tiba A Dodi melambaikan tangan tanda aku dipanggil, aku mendekat.

"Sep, tolong pijit tuh kakinya Arman !" Perintahnya sambil menunjuk seorang lelaki yang sedang memegang kaki yang sepertinya keseleo.

"Dod, yakin dia bisa mijit ?" Tanyanya tidak percaya.

"Udah deh, percaya sama aku ! Dia ini sudah disetujui sama pak Akbar jadi tukang pijat di tim kita !" Jelas A Dodi, kalau diperhatikan A Dodi ini seperti kaptem tim Futsal.

"Ya, sudah !" Jawab Arman, setelah itu ada bunyi peluit tanda kumpul sementara aku dan dia tetap disitu.

"Maaf A, boleh saya periksa dulu !" Kataku padanya.

"Kayak dokter aja diperiksa dulu !"

"Iya, atuh A ... biar tahu lukanya seperti apa !"

"Ya sudah cepetan !" Jawabnya, aku tersenyum dan mendekat. Perlahan ku sentuh kakinya.

"A yang sakit itu sebelah mana ?" Tanyaku, kemudian di menunjuk paha dan betisnya. Aku mulai sedikit menekan dan memijat, dia meringis.

"Oh ... ini teh A, kurang pemanasan ! Jadi otot sama uratnya... !" Kataku sambil mulai memijitnya.

"Aduh ... pelan-pelan dong ! Sakit nih !" Aku hanya tersenyum. Dan mulai memijit dari kaki, kemudian betis dan paha. Dari meringis berubah menjadi sedikit desahan kecil.

"Udah A !" Kataku melepas pijatannya. Dia menatapku.

"Serius ?" Tanyanya. Aku menggangguk.

"Tidak terlalu parah kok !" Jawabku. Dia berdiri dan menggerakan kakinya.

"Iya juga ya ! Terima kasih ya !"

"Iya A sama-sama !"

Begitulah sejak itu aku menjadi tukang pijat tim futsal kampus. Aku selalu ada dimana tim futsal berlatih atau bertanding, kadang-kadang aku ikut A Dodi, atau dengan yang lainnya. Semua akrab denganku, kecuali Angga dan Arif !

Entah kenapa sejak aku masuk menjadi anggota tim futsal walau hanya jadi tukang pijat, mereka tidak pernah sekalipun menyapa, mengobrol bahkan mendekatipun tidak pernah.

Mengenai Arif, sejak kejadian dikamar mandi itu, aku tak pernah bertemu dengannya lagi, bahkan beberapa bulan lalu dia pindah kosan. Hanya itu, tapi aku tidak perduli yang jelas semua menerimaku dengan baik.

Termasuk dengan para cewek, selain penggemar, mereka juga ada yang menjadi pacar para pemain futsal. Aku cukup akrab dengan mereka, jadi aku tahu banyak gosip yang beredar. Tidak semua dekat denganku, yah pasti sudah dapat di tebak mereka para pacarnya Arif dan Angga !

Gosip beredar hubungan diantara mereka, maksudnya antara pemain futsal dengan para pacarnya sudah pada jauh alias sudah pernah berhubungan sex. Dan aku sudah sudah tahu rahasia itu ketika memijit A Dodi. Jadi bukan hal aneh lagi.

Suatu ketika, aku pulang bersama pak pelatihnya katanya sih pengen dipijit juga, jadi aku pulangnya bareng sama dia. Pak Akbar usianya 30 tahun, belum menikah bertubuh gagah, kekar dan berkumis tipis. Katanya sih dia pelatih futsal termasuk galak, itu kata para anggota tim Futsal. Aku tak bisa menolak, aku diajak ke rumah kontrakannya tidak besar juga tidak kecil. Ada 2 kamar, ruang tamu, tengah dan dapur. Halamannya cukup lebar, aku dibonceng di belakangnya di sepeda motornya.

"Duduklah Sep, tunggu bapa mau kekamar dulu sebentar !" Katanya padaku. Aku mengangguk dan duduk di ruang tamu.

Tak lama dia keluar sudah berganti baju dengan kaos dan celana pendek. Kemudian mengajakku kesebuah kamar.

"Buka baju ?" Tanyanya aku mengangguk. Pak Akbar membuka kaosnya tubuhnya yang kekar berotot dan berbulu halus. Aku juga membuka celana panjangku. Karena suka gerah, pak Akbar tidak keberatan jadi aku memakai celana pendek.

Aku meminta dia berbaring di tempat tidur, dia bertanya apa aku butuh minyak, balsem atau apapun untuk memijit aku menolaknya. Karena aku selalu membawa minyak untuk memijit.

"Sep, tolong pijit ya, tubuh saya terasa pegal sama linu !" Aku mengangguk atas permintaannya.

Dan mengambil minyak mengolesinya di telapak tanganku, mulailah aku memijitnya ...

Bersambung ....

DASEP SI TUKANG PIJATWhere stories live. Discover now