Bagian 32. Om DITO 1

32.3K 669 25
                                    

Setelah kejadian itu mas Johan kembali tidak menghubungiku lagi, aku juga tidak bertemu Arif. Mungkin masalahnya sudah selesai. Aku tetap kuliah seperti biasa, walau saat ini tidak ada panggilan memijit tapi untuk keuangan tidak ada masalah.

Suatu hari seperti biasa aku dipanggil mas Anto ke apartemennya, sepertinya ada pekerjaan buatku. Aku duduk di ruang tengah milik mas Anto.

"Sep, kamu harus tahu ! Sebenarnya bukan tidak ada pekerjaan buatmu tapi semua tidak sesuai yang aku mau ! Kalau sebatas hubungan seks banyak yang mengingikan yey ... tapi aku ingin tetap fokus di pijatanmu ! Kalau masalah duit itu tak jadi masalah mereka mau bayar berapapun yang diminta pasti dikabulkan ! Jelas mas Anto panjang lebar aku baru tahu hal tersebut.

"Sekarang aku punya klien yang cocok buat yey ... namanya om Dito, seorang pengusaha sekaligus anggota dewan yang terhormat dia ingin dipijit seperti biasa ! Tapi kali ini yey yang akan menemuinya sendiri, ya itung-itung belajar mandiri gitu ... oke, ini fotonya !" Mas Anto memperlihatkan fotonya dari hp nya.

"Bagaimana ?"

"Baik mas !"

"Bagus, ini alamatnya !" Mas Anto memberikan alamatnya padaku.

"Anu ... mas ini dirumah kan ?" Mas Anto mengangguk.

"Tidak apa-apa kan ?"

"Jangan khawatir, kalau dia mau sama kamu juga tidak apa-apa kok dia duda !" Mas Anto mengedipkan matanya.

"Ah mas Anto bisa saja !" Jawabku.

------------

Keesokan harinya kebetulan libur kuliah aku menuju kediaman mas Dito, dari fotonya kelihatan masih muda dibanding klienku yang lain sekitar 30 an usianya. Wajahnya termasuk ganteng berkumis tipis.

Aku menggunakan taksi tidak kendaraan online takut curiga, ternyata terdapat di sebuah perumahan mewah. Sampailah dirumah yang dituju aku tertegun rumahnya besar dan sepi.

"Ini dek, rumahnya sesuai dengan yang alamat !" Ujar sopir taksi yang sudah berumur itu.

"Iya pak, terima kasih ya ! Ini uangnya ..." kataku sambil memberikan ongkos taksi. Aku turun, setelah itu taksi pergi. Aku melirik kanan dan kiri suasananya sepi tidak ada aktivitas disekelilingnya.

Pintu gerbangnya cukup tinggi dan tertutup, tiba-tiba aku dikejutkan dengan gonggongan anjing dari rumah depan. Aku melihat tanda berupa bel di samping pintu gerbang besar tadi. Aku pun memencetnya.

"Ting tong !" Sepi tidak ada orang keluar. Ku pencet lagi belnya.

"Ting tong !" Aku melihat seseorang membuka pintu, ternyata seorang perempuan masih muda.

"Iya, ada perlu apa ya ?" Tanyanya.

"Anu, apa ini rumah bapak Dito ?" Perempuan itu menatap dan memperhatikanku dari ujung rambut sampai kaki.

"Kamu siapa ? Betul ini memang rumahnya !"

"Mba, anu saya tukang pujit ! Saya diminta kesini untuk memijit dia !" Kataku padanya.

"Tunggu sebentar, nama kamu siapa ?"

"Saya Dasep mba !" Aku tersenyum. Dia mengangguk dan masuk ke dalam sementara aku masih diluar pagar.

Tak lama dia kembali dan menyebutkan kalau pak Dito saat ini tidak ada katanya sih keluar. Aku tertegun, aku memutuskan pergi. Di jalan aku menelpon mas Anto, menurutnya dia ada dirumah. Tapi menurut pembantunya dia lagi keluar. Akhirnya mas Anto yang menelpon om Dito. Aku menunggu di ujung jalan perumahan. Panasnya hari itu, keringatku sampai mengucur.

DASEP SI TUKANG PIJATWhere stories live. Discover now