Bagian 14. Jadi Tukang Pijat Di Rantau 2

46.8K 915 39
                                    


"Om, punya asam urat di kaki !" Ujarku padanya ketika memijit betis dan kakinya.

"Oh, iya ... betul !" Jawabnya sambil meringis. Sudah beberapa penyakit yang kurasakan ditubuhnya.

"Sekarang, balik terlentang om !" Perintahku padanya, keringatku mengucur selain agak gerah tapi juga karena sedikit banyak mengeluarkan energiku. Dia membalik dan terlentang, aku melirik ke celana pendeknya dan ngaceng, sama seperti yang lainya. Paman juga sebenarnya, tapi tidak begitu terlihat, karena dia sudah tahu bakalan seperti makanya dia memakai celana yang agak longgar.

Om Danang mukanya memerah melihat itunya ngaceng. Dia agak membetulkan celana pendeknya boxernya.

"Engga apa-apa ko om itu wajar, artinya om masih normal !" Kataku tersenyum.

"Kok bisa sih, padahal sering dipijit tapi tidak pernah seperti ini ! Kamu hebat, pijatanmu enak, ringan dirasakan dan apa yang disebutkan tadi benar adanya !" Ujarnya.

"Terima kasih, om !" Aku tersenyum, itu adalah suatu pujian terhadapku.

"Padahal saya tadi tidak yakin awalnya sama kamu karena masih muda !" Katanya lagi.

"Engga, apa-apa om ! Saya memang masih baru kok om, saya mulai bisa mijit kelas 1 SMU kemarin jadi belum banyak pengalamannya !"

"Oh, katanya turun temurun ya ? Saya baru tahu keluarga pak Hendi seperti itu !"

"Betul om, saya generasi ke 5 sekarang !" Kataku sambil terus memijit dadanya yang gempal berwarna coklat, puting pentilnya agak sedikit besar, ada bulu ditengah tapi halus tidak banyak serta perutnya, yang agak membucit. Sebenarnya cukup gagah dan kekar tubuhnya.

Aku menuju perut dan pinggangnya terdengar erangan halus dari bibirnya matanya terpejam, aku tidak mengatakan apapun sekarang, tidak seperti tadi. Tiba-tiba pintu kamar di buka karena tadi ditutup. Ternyata lelaki yang tadi mencuci mobil !

"Pah, kunci mobil yang sedan mana ?" Tanyanya sambil melirik padaku, wajahnya ganteng, berkumis tipis, berambut ikal. Ternyata anaknya. Om Danang membuka matanya.

"Kan papa taro di tempat biasa, ahhh ... !" Sedikit mengerang karena sekarang aku memijat pinggulnya menuju daerah atas selangkangan.

"Engga ada pah !" Sahutnya ngeyel dan terus memperhatikan aku yang sedang memijit.

"Masa sih ... ahhh ... sshhh !" Kembali terdengar erangannya. Aku menuju paha sampai sedikit ke atas.

"Co... coba ... aahhh ...cari lagi !" Aku hanya tersenyum mendengarnya.

"Papah dipijit kaya mau diapain aja sih ! Kok kaya gitu ..." tanyanya sedikit jijik dengan erangan yang keluar dari mulutnya.

"Ini enak, Dod ! Serius ... kamu coba saja ... kamu kan suka pegal-pegal nanti sekalian dipijit !" Ujar papahnya.

"Engga ah ... nanti saja !" Katanya sambil pergi.

"Dasar !" Ujar ayahnya, Aku kembali memijit ulang dari kaki, betis, paha, pinggang, perut dan dadanya. Tak lama dia kembali melongok ke kamar.

"Udah ketemu ? Emang mau kemana ?" Tanyanya pada anaknya.

"Ada, engga tahu ! Mamah tuh yang mau keluar !" Jawabnya.

"Oh ... ahhh ... enak sekali ...!" Erangnya kembali.

"Sudah om ... !" Kataku.

"Sudah ?" Tanyanya sedikit tidak percaya. Kemudian bangun dan melirik ke arah jam di meja. Dan memakai kaosnya lagi.

"Pah, ko ngaceng !" Ujar anaknya. Om Danang terkejut atas pertanyaan anaknya.

"Engga tahu, tuh tanya saja sama dia ?" Jawabnya. Tiba-tiba seorang perempuan tua datang ke kamar.

DASEP SI TUKANG PIJATWhere stories live. Discover now