Bagian 40. SYARIF DAN IRWAN 3

26.3K 660 22
                                    

Pembantu lelaki itu kembali membawa celana renang yang diminta mas Syarif. Dan memintaku untuk mengikutinya untuk ganti baju, aku sempat melirik ke arah mas Syarif yang masih nelpon.

Aku dibawa ke lantai dua, kesebuah kamar yang cukup luas. Sama seperti kamar hotel dengan pemandangan indah, perkebunan teh, jalanan di kejauhan dan juga ladang para petani.

"Silahkan den, gantinya disini saja !" Ujar pak Ahmad.

"Maaf, kamar siapa ini kok luas sekali ?"

"Oh, ini kamar agan Syarif ! Saya disuruh bawa aden kesini !" Aku tertegun.

"Saya permisi den, mau kebawah menyiapkan makan siang dulu !" Pak Ahmad langsung pergi. Aku menyimpan tas dan melihat ke kamar mandi, sama seperti hotel juga, ada shower dan bathtubenya dekat jendela kaca jadi bisa melihat keluar. Aku membuka pakaian dan celanaku termasuk cd ku aku telanjang. Dan memakai celana renang putih yang ketat tapi tipis ! Kalau kering begini tidak kelihatan memang samar sih, kalau basah ? Semua tercetak. Hmmm ... ya sudah, aku tidak perduli. Aku melihat kimono yang tergantung di kamar mandi, aku pakai saja.

Aku ambil pakaianku dan kurapikan, kuletakan di atas tas ranselku. Aku sempat menatap di cermin setelah itu aku kebawah ke area kolam renang. Sesampainya disana aku melihat mas Syarif kembali sedang berenang, dia sedang berdiri menyandar di ujung kolam renang yang di belakangnya ada pemandangan indah itu.

Dia menatapku, sementara aku masih berdiri dipinggir kolam. Akhirnya ku buka kimono ku dan kuletakan di kursi dekat kolam. Aku menggerakan sedikit tubuhku. Sebelum akhirnya aku melompat ke kolam yang cukup lebar setengah lingkaran itu dengan air biru muda, Ternyata tidak dalam hanya sedada orang dewasa.

Aku muncul dari air ku usap wajahku, ternyata airnya hangat tidak dingin, padahal ini di puncak. Air kolam berwarna biru muda. Mas Syarif masih berdiri dan tersenyum padaku. Aku mendekat.

"Bagaimana, segar tidak ?" Tanyanya melirik ke arahku yang berada disampingnya.

"Airnya hangat mas, apa karena sinar matahari atau memang hangat ?" Tanyaku. Dia tertawa kecil.

"Ada alat khusus buat hangatin kolamnya !"

"Oh ..." orang kaya mah beda ! Aku menatap pemandangan di tepi kolam ternyata berada di atas bukit, bawahnya seperti jurang tidak terlalu dalam sih.

"Bagus sekali pemandangannya !" Kataku kagum.

"Iya, betul aku suka yang seperti ini !" Aku melirik padanya sungguh berbeda sikapnya dengan mas Irwan, dia lebih dewasa.

"Kenapa menatapku seperti itu !" Tanyanya heran.

"Engga ko mas, mas berbeda dengan mas Irwan !" Jawabku, dia kelihatan terkejut.

"Emang kenapa ?" Tanyanya.

"Mas Irwan itu seperti anak-anak ! Maaf mas .." dia tersenyum.

"Tidak apa-apa, tapi kok tahu dia seperti itu ?" Jawab sambil tertawa kecil.

"Iya mas, beberapa waktu lalu aku memijit dia di hotel !" Jawabku. Dia menatapku tertegun.

"Kapan ?" Tanyanya, akupun memceritakan semuanya.

"Jadi begitu ya ! Apa yang kalian lakukan setelah itu !" Tanyanya, aku terdiam.

"Tidak apa-apa katakan saja, aku sudah tahu tentang kamu kan ?" Aku menghela nafas.

"Engga ada-ada apa-apa sungguh !"

"Bohong !"

"Ada seorang perempuan datang, mungkin pacarnya mas Irwan !"

DASEP SI TUKANG PIJATWhere stories live. Discover now