Bagian 41. RAHASIAKU 1

28.9K 648 18
                                    

Kami pun selesai mandi, berganti pakaian dan turun kebawah. Mas Syarif mengajakku makan siang setelah itu aku diajak jalan-jalan menikmati pemandangan Puncak. Kalau kerumahku ke Cianjur cukup dekat dari situ. Entah kenapa ada rasa rindu dengan keluargaku.

Setelah puas kami pun kembali ke villa milik mas Syarif. Pak Ahmad sudah menyiapkan makan malam, kami mengobrol di ruang tengah sambil menonton televisi. Mas Syarif memintaku untuk memijitnya, ada sebuah perapian yang menghangatkan tubuh.

Aku memijit sementara mas Syarif duduk diatas karpet yang cukup tebal, dari pundak, punggung serta lengannya. Aku sebenarnya sudah tahu seperti apa mas Syarif itu sebenarnya. Tapi tak kukatakan padanya, aku biarkan saja. Kemudian kami pun makan malam setelah selesai, kembali bersantai.

Hp mas Syarif beberapa kali berbunyi dan dia menerima, entah siapa dan berbicara pergi ke kolam renang. Aku terdiam.

"Aden bisa mijit ?" Pak Ahmad bertanya padaku.

"Iya pak !"

"Dari mana asal !"

"Dari Cianjur pak !"

"Wah dekat dari sini atuh ya !"

"Ia pak sekarang saya kuliah di Jakarta !"

"Oh ... !"

"Pak boleh tanya mas Syarif beneran mau menikah ?"

"Iya den, sebenarnya mah di jodohkan ! Karena sudah cukup berumur segini belum menikah juga !" Jelas pak Ahmad.

"Oh, barangkali belum pengen pak !"

"Kalau itu mah saya tidak tahu, tapi banyak perempuan yang tertarik padanya, tapi aden lebih banyak bekerjanya alias gila kerja !" Pak Ahmad terlihat terdiam.

"Anu apa benar mas Syarif dan mas Irwan satu ibu beda ayah ?" Tanyaku pak Ahmad terkejut.

"Kok aden tahu ?"

"Iya pak saya kenal dua-duanya !"

"Oh ! Iya betul, suami pertama nyonya Shinta memang papanya den Syarif, sayang ketika den Syarif usia 4 tahun dia meninggal, tak lama setelah itu nyonya memutuskan menikah lagi dan satu tahun kemudian lahirlah den Irwan !" Cerita pak Akhmad.

"Oh, gitu !"

"Saya permisi den, mau merapikan di dapur setelah itu saya pulang !" Ujar pak Ahmad pamitan.

Mas Syarif kembali masuk dari area kolam renang setelah menelpon.

"Mana pak Ahmad ?" Tanyanya.

"Lagi beberes lalu mau pulang katanya !" Dia mengangguk dan duduk di karpet kembali sambil menonton televisi, sesekali aku melirik pada mas Syarif. Sampailah pak Ahmad pamitan pulang dan besok akan kembali lagi mas Syarif mengangguk.

"Kita tidur !" Katanya setelah mengunci dan menutup pintu villa, aku mengangguk. Kami pun ke lantai atas.

Di kamar, mas Syarif membuka seluruh pakaian hingga hanya memakai cd saja. Aku tertegun, setelah itu naik ke tempat tidur.

"Buka saja pakaianmu Sep !" Perintahnya, dadaku berdebar dan menurut saja ku buka seluruh pakaianku sama hanya tinggal cd saja.

Akupun naik ke tempat tidur yang ukuran king size itu, aku berbaring di sampingnya, udara cukup dingin dan kami hanya terdiam, aku melirik ke arah mas Syarif matanya terpejam kedua lengannya berada di kepalanya sebagai bantalan, sehingga bulu tipis keteknya terlihat. Aku memiringkan badanku menghadapnya.

"Mas ..."

"Hmmm ... "

"Mau ku pijit ?"

"Terserah ... " jawabnya pendek. Perlahan ku geser tubuhku mendekat. Aku mentapnya, matanya masih terpejam, dada kekarny nampak naik turun. Perlahan aku menyentuh dadanya yang hangat. Aku menelan ludah.

DASEP SI TUKANG PIJATWhere stories live. Discover now