Bagian 2. Ritual dan Rahasia Ilmu Pijat 1

82.7K 1.1K 19
                                    

Perhatian, cerita ini fiksi apapun yang ada di cerita ini murni karangan dan imajinasi penulis ... kecuali nama kota ...!!

--------

Sudah dua minggu aku tinggal di rumah kakekku Ki Seno, rumah kakek sama seperti rumah kampung atau desa pada umum yang berbentuk bilik dan panggung. Ada 4 kamar, 1 di depan dekat ruang tamu, yang memang tidak ada kursi dan meja. Lantainya dari kayu beralaskan karpet, kamar ini khusus para tamu yang datang untuk dipijat oleh kakekku.

2 kamar ada di tengah, berdampingan satu kamar kakekku dan satu untukku. Satu lagi ada dibelakang dekat dapur, itu kamar mang Danu asisten atau pembantu kakekku. Mang Danu usianya 28 tahun, dia seorang duda sudah 5 tahun bekerja disini. Konon dulu mang Danu stress alias dianggap gila oleh keluarganya karena berbagai kasus menimpanya mulai dari perselingkuhan istrinya, dipecat dari pekerjaannya. Akhirnya kakek membawanya dan mengobatinya sehingga kembali normal. Dia tak pernah kembali ke keluarganya, dia dan istrinya bercerai. Tapi hanya satu yang selalu diingatnya yaitu selalu memberi nafkah untuk putri semata wayangnya yang dititipkan di mertuanya. Karena setelah bercerai mantan istrinya menjadi TKW di luar negeri.

Setiap hari selalu saja ada 2 atau 4 tamu yang datang kerumah untuk dipijit dengan berbagai keluhan. Aku tetap bersekolah seperti biasanya, kali ini kakek selalu memberiku uang jajan yang cukup. Pertama untuk naik ojeg memudahkan dan lebih cepat pergi ke sekolah pulang pergi.

Mang Danu selain asisten kakek dia juga merangkap pembantu, yaitu memasak dan mencuci serta mengurusi ternak milik kakekku. Nenekku sudah meninggal 10 tahun lalu. Aku sendiri tidak tahu penghasilan kakek dari memijit, yang jelas kalau melihat ayahku cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur serta sekolahku. Sementara kakek ? Dia mempunyai sepasang sapi, 4 ekor domba dan 10 ayam.

Suatu malam kakek bertanya apa sudah siap menerima ilmu pijat ? Aku mengangguk, kakek kemudian memberitahu bahwa ritual akan segera dimulai, pertama aku harus berpuasa selama 7 hari. Dan itu kulakukan, sambil berpuasa aku harus memperhatikan cara kerja dari ayahku dan pamanku, sementara paman Husen menjelaskan apapun mengenai ramuan pembuatan minyak.

Seminggu berpuasa selesai, aku melihat kakek mempersiapkan sesuatu yang cukup aneh, yaitu kembang 7 rupa, tungku kecil dari tanah liat. Ketika aku bertanya untuk apa itu kakek hanya tersenyum. Malamnya aku dibangunkan oleh mang Danu, aku sebenarnya masih ngantuk. Aku merasa baru saja tertidur, ketika kulihat jam ternyata 11 malam !

"Ayo den, kita bersiap ! cuci muka sana berkumur juga !" Perintah mang Danu padaku aku menurut. Setelah itu aku diminta memakai sarung berwarna putih polos keatasnya hanya kaos biasa, di dalamnya tidak memakai apapun.

"Mari den, ikut saya Ki Seno sudah menunggu !" Ujarnya keluar dari rumah, dia membawa obor. Diluar sangat dingin menusuk tulang. Aku mengikuti mang Danu yang berjalan di depan, tidak cepat justru pelan dan hati-hati. Disekeliling sangat gelap, suara binatang malam terdengar.

Aku melihat ke atas langit hitam, malam dihiasi bintang-bintang dan bulan purnama sempurna terlihat indah, angin berhembus agak dingin ku rasakan, tak terasa mungkin 30 menit aku berjalan. Sampai aku mendengar suara gemericik air, sungaikah ? Semakin lama terdengar jelas. Dan itu memang sungai, aku melihat kakekku berdiri di dekat sebuah batu datar yang cukup besar di sampingnya ada wadah baskom dan tercium bau kemenyan ! Membuatku merinding, kemudian kakek memerintahkanku untuk duduk bersila di batu.

"Ini teh ritual kepada karuhun kita, agar apa yang kita lakukan berjalan lancar, ada tiga tahapan ritual ! Ini yang pertama, kamu siap ?" Ujar kakekku. Aku mengangguk.

"Pejamkan matamu !" Perintahnya. Aku menurut dan kemudian aku mendengarkan sepertinya aki sedang bernyanyi kidung sunda yang tak ku ketahui artinya karena bahasanya sunda kuno.

Tak lama aku merasakan seperti guyuran air dingin di atas kepalaku, aku mencium bau bunga ditambah kemenyan. Airnya kurasakan dingin menyentuh kulitku karena aku diminta membuka kaosku yang membuatku bertelanjang dada, tinggal sarung putih polos dipinggangku.

Beberapa kali air dingin membasahi kepalaku membuat tubuhku menggigil, selain terdengar derasnya air sungai disebelahku, kakekku masih menyanyikan kidung sesekali seperti merapal sesuatu dan mengusap wajah dan tubuhku.

"Buka matamu Sep !" Akhirnya kakek meminta aku membuka mataku, aku melihat kakek tersenyum. Tubuhku terasa segar.

"Sudah selesai !" Ujarnya. Mang Danu datang mendekat membawakan handuk.

"Buka sarungnya !" Perintah mang Danu, aku sebenarnya malu karena dibalik sarung aku tidak memakai apa-apa alias telanjang.

Karena sarungnya basah, aku membukanya dan mang Danu memberikan handuk untuk mengeringkan tubuhku, setelah itu mang Danu melilitkan handuk dipinggangku dan memberikan kaos dan ku pakai. Setelah itu tanpa ku duga mang Danu memangku dan membawa aku pulang ! Aku terkejut mau tidak mau aku memeluk leher mang Danu agar tidak jatuh !

Tak terasa kami sampai dirumah, aku diminta mang Danu memakai celana di kamar. Aku mengangguk setelah itu aku keluar mang Danu datang memberikan segelas teh manis hangat padaku. Tubuhku yang tadi dingin berubah hangat. Tak lama kakekku datang dan memintaku beristirahat.

----------

Tak terasa waktu terus berlalu aku sudah naik kelas tiga SMP, aku kembali menjalani ritual ke dua, sama seperti yang dulu aku harus puasa selama 7 hari, kemudian ritual mandi kembang kembali seperti di adakan waktu dulu.

Aku juga tetap sering memperhatikan bagaimana cara ayah dan pamanku memijat, untuk paman Husen aku sudah bisa membantu meracik minyak pijat.

Suatu malam, kakek membawaku ke kamar depan tempat dia memijat para tamunya. Disana aku melihat mang Danu sudah berbaring di kasur yang digelar dilantai. Dia hanya memakai celana pendek saja.

"Duduk Sep !" Perintah kakek, aku pun duduk disamping kakek didepanku mang Danu berbaring tengkurap.

"Kamu pasti sudah memperhatikan bagaimana ayah dan pamanmu memijatkan ?" Aku mengangguk.

"Mulai sekarang aki teh akan mengajari semua padamu ilmu memijat ! Kamu siap ?"

"Siap ki !"

"Bagus ! Sekarang Danu sudah berbaring katakanlah dia itu pasiennya. Sebagai dasar memijat kamu harus tahu titik pijatan ditubuh seseorang. Pertama kepala, kedua pundak belakang, punggung, pinggang, paha, betis dan terakhir telapak kaki !" Kakek menjelaskan sambil menunjuk ke tubuh mang Danu.

Setelah itu mang Danu membalik tubuhnya terlentang, kemudian kakek kembali menjelaskan titik depan pijat yaitu dada, lengan, telapak tangan, perut, pinggang, pinggul, selangkangan, paha depan, betis depan dan terakhir jari kaki !

Ada satu lagi pijatan tapi itu terakhir katanya, apa itu tanyaku kemudian kakek menunjuk ke arah tonjolan di selangkangan mang Danu ! Menurut kakek diantara semuanya daerah itulah yang banyak dikeluhkan pelanggan pijat. Aku tertegun kenapa kok seperti itu ? Kakek hanya tersenyum belum saatnya aku mempelajarinya suatu hari nanti bila waktunya tiba kakek akan menjelaskan semuanya !

Setelah itu aku mulai belajar memijit dengan alat peraganya mang Danu, hal itu terus dilakukan setiap malam ! Sambil diawasi oleh kakek.

Bersambung ...

DASEP SI TUKANG PIJATWhere stories live. Discover now