Bagian 48. Mba Mitha, Mas Irwan dan Aku 1

27.2K 583 21
                                    

Waktu terus berlalu tak terasa 1 tahun aku bekerja di perusahaan semua baik-baik saja. Sesekali aku dan teman-teman pergi hang out di akhir pekan. Aku juga pindah ke kosan baru tidak lagi yang lama, bukan apa-apa hanya ingin suasana baru saja sih, semuanya fasilitasnya sama cuman harganya sedikit murah.

Tommy, Clara dan A Dodi juga sering mengajakku untuk hang out bersama juga, kita jadi sering bertemu dan mengobrol. Kadang-kadang di apartemen miliknya A Dodi, biasanya masak bersama bikin pesta kecil-kecilan. Tommy memutuskan untuk melakukan hal sama yaitu keluar dari gigolo dan bekerja di perusahaan milik keluarganya di Jakarta menurut dia sudah cukup "main-mainnya". Sementara Clara saat ini menjadi kekasih simpanan seorang pengusaha kaya dan sama tidak lagi menjadi wanita panggilan. Lelaki itu melarang Clara bekerja seperti itu lagi, dia akan memenuhi semua kebutuhan miliknya. Atas saran kita semua agar memanfaatkan uangnya ke hal-hal bermanfaat, Clara mulai bisnis kecil-kecilan membuka butik baju, ternyata dia mempunyai bakat seperti itu. Dia memfaatkan uang yang diberikan untuk sekolah fashion.

Semua orang mulai berubah ke arah lebih baik, roda kehidupan selalu berputar bukan kadang dibawah suatu ketika bisa diatas ? Bila kita berusaha lebih baik selalu ada jalannya. Terutama ada teman dan sahabat yang selalu mendukung kita apapun itu, tanpa kecuali.

Begitupun dengan mas Irwan, kita hanya berteman tidak lebih. Dia juga sesekali mengajakku makan siang, aku tidak berkeberatan dengan hal itu. Aku masih menjaga jarak dengannya karena mba Mitua masih menjadi kekasihnya, agar tidak menjadi masalah lagi nantinya. Walau mas Irwan tidak perduli.

Seperti hari ini dia menelponku untuk menunggu di tempat biasa. Akupun mengiyakan. Tapi aku bilang agak sedikit terlambat karena ada sesuatu yang dibereskan. Setelah selesai aku pun menuju ke tempat pertemuan yaitu tenpat parkir. Ada tempat parkir tempat dia selalu menyimpan mobilnya secara khusus.

Ketika sampai, aku terkejut karena aku melihat mas Irwan dan mba Mitha sedang berbicara, aku memutuskan untuk sembunyi.

"Mas, kenapa sih kamu ? Selalu menghindar dariku !"

"Dengar Mitha sudah untung aku menerimamu sebagai calon istriku karena kehamilanmu ! Apa itu belum cukup !" Ujar mas Irwan dengan menatap tajam pada mba Mitha. Aku terkejut mba Mitha hamil ?

"Lalu apa salahnya aku kan calon istrimu, wajar dong bertemu dengan suami ku sendiri !" Katanya tidak mau kalah.

"Mit, kamu memang calon istri tapi kelakuanmu sudah seperti seorang istri dan bahkan lebih dari itu, meminta memecat seseoranglah, tidak boleh bertemu ini itu ... aku bukan lelaki yang bisa kamu atur seenak dirimu sendiri ! Mengerti ! Aku bisa membatalkan semuanya tanpa peduli apapun termasuk nyokap gue sendiri !" Mas Irwan tampak marah.

"Oh ya, coba saja kalau bisa mas ! Mas tidak mungkin melakukannya !" Katanya menantang.

"Aku tahu maksudmu dengan semua ini Mit ! Elu hanya mengincar harta keluarga gue doang dan gue juga tahu semua rahasia elu, jadi elu jangan berani ngancam gue ! Ingat itu !" Mas Irwan pun pergi. Sementara Mitha hanya terdiam.

"Kurang ajar, gue harus lebih bersabar dengan dia ! Sebentar lagi semua semua akan terwujud. Pasti ada sesuatu yang mempengaruhinya tapi siapa ? Selama ini dia tidak pernah main cewek lagi, jangan-jangan ... Dasep ! Sialan, aku harus bertindak !" Ujarnya berbicara sendiri. Dan diapun pergi.

Tiba-tiba telpon berbunyi, ternyata itu dari mas Irwan.

"Hallo !" Jawabku terkejut.

"Kamu dimana ?" Tanyanya, aku terdiam apa aku harus melanjutkan atau tidak hal ini.

"Iya, mas ini aku sedang menuju ke tempat parkir !" Aku memundurkan langkahku.

"Ya sudah cepat aku tunggu di lobby kantor !"

"Iya mas aku kesana !" Dan kemudian menutup telpon.

--------

"Kenapa mas, kok engga kelihatan engga semangat ?" Tanyaku, aku sebenarnya mengetahui semuanya yang terjadi, Dia hanya tersenyum.

"Engga apa-apa kok !" Ujarnya menyembunyikan perasaannya.

"Oh ... !" Hanya itu jawabanku.

"Kamu mau nambah lagi ?" Tanyanya.

"Sudah cukup mas !" Aku tersenyum.

"Apa kamu sedang diet ?"

"Engga kok !"

"Biasanya nambah banyak !" Ujarnya sambil tertawa,

"Mas tuh yang gitu !" Jawabku cemberut.

Setelah itu kami kembali ke kantor tapi masing-masing aku menolak pulang bareng takut ada yang membicarakan kedekatan kami. pikiran orang kan berbeda, aku karyawan biasa dan dia Direktur perusahaan.

---------

Beberapa waktu kemudian aku mendapat tugas ke luar kota, engga jauh-jauh sih cuman ke Surabaya. Aku kesana bertiga dengan atasanku dan satu lagi rekanku namanya mas Gunawan usianya 30 tahun.

Kita pun sampai di Surabaya dan tiba di sebuah hotel, pak Saiful satu kamar dan kami berdua sekamar, pak Saiful meminta untuk hari ini istirahat besok mulai bekerja. Aku dan mas Gunawan masuk ke dalam kamar, ternyata tempat tidurnya satu.

Mas Gunawan bertubuh gempal badannya cukup besar di banding badanku, tingginya pun sedikit lebih tinggi dariku sendiri. Wajahnya cukup ganteng, berkulit coklat tua enggak hitam. Rambut ikal, berkumis tipis, begitu juga di dagu. Sikapnya pendiam dan cenderung cuek.

"Mas, engga apa-apa tidur satu tempat tidur ?" Tanyaku. Dia menggeleng. Aku menyimpan tas koperku di samping tas ranselnya.

"Engga kok Sep, santai saja!" Jawabnya. Dia membaringkan tubuhnya di kasur, kami tadi sempat makan siang dulu disebuah restoran sebelum ke hotel. Jadi kami memang langsung istirahat.

Aku ke kamar mandi dahulu untuk buang air kecil sekalian ganti baju, kemudian keluar hanya menggunakan kaos dan celana pendek. Mas Gunawan sedang menonton film di televisi. Tiba-tiba telepon berbunyi dan mas Gunawan yang menerima telpon dan aku naik ke kasur yang empuk.

"Siapa mas ?" Tanyaku setelah mas Gunawan menerima telpon.

"Pak Saeful, katanya kita boleh pesen apa saja di hotel !"

"Oh !" Jawabku, Mas Gunawan bangun dan membuka pakaiannya, tubuhnya cukup kekar tidak berbulu dan juga celananya terlihat cd abu-abu polos nya. Pakaian dan celana panjangnya di simpan di atas tasnya dan kembali naik ketempat tidur.

"Mas engga pake baju ?" Aku agak terkejut dengannya seperti itu.

"Engga Sep, sama aja kalau di rumah seperti ini ! Kenapa risi ?" Tanyanya sambil tersenyum.

"Engga sih cuman kaget ! He ... he ... !" Aku tertawa kecil.

"Santai aja Sep, udah biasa sih !"

"Iya mas, engga apa-apa !" Jawab ku. Kemudian dia mematikan tv.

"Kamu mau nonton ?" Tanyanya aku menggeleng.

Kami pun berustirahat karena cape aku pun tertidur. Ketika bangun aku merasa ada yang hangat, ternyata aku sedang memeluk mas Gunawan, aku cepat-cepat melepaskan pelukanku tapi dia masih tertidur, aku bangun dan melihat jam di hp ku dan kulihat ke jendela ternyata sudah sore. Tapi aku terkejut karena aku dalam selimut begitu pula mas Gunawan padahal tadi tidak.

Aku turun dan menuju kamar mandi tapi belum ingin mandi hanya cuci muka dan buang air kecil. Ketika keluar ternyata mas Gunawan sudah bangun, sedang duduk di tempat tidur.

"Mandi Sep ?" Tanyanya.

"Belum mas !" Jawabku kemudian kembali ke tempat tidur.

"Aku pikir mas masih tidur !"

"Iya, pegel banget nahan kepala kamu tidur !" Ujarnya sambil menggeliat tubuhnya.

"Maaf mas, sini aku pijit !"

"Emang kamu bisa !" Tanyanya tidak percaya.

"Dicoba dulu atuh mas !" Aku mendekat dan mengambil lengan mas Gunawan. Dan mulai memijitnya.

"Wah, enak juga pijatanmu Sep !" Jawabnya Aku hanya tersenyum.

Bersambung ....

DASEP SI TUKANG PIJATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang