Bagian 11. Merantau : Kuliah Di Jakarta 1

58.5K 871 8
                                    

Setelah kejadian itu, aku beberapa kali datang untuk memijat om Burhan, tidak selalu melakukan pijat plus ! Karena ketika datang ada istrinya. Sementara Angga anaknya jarang bertemu. Bila mau itu om Burhan memberikan kode khusus padaku. Tapi memang  kami belum terlalu jauh melakukan itu.

Sekolahku tak terasa beberapa bulan lagi akan berakhir, ujian sering dilaksanakan, untuk itu aku tidak memijit dulu untuk yang lain kecuali om Burhan, kosentrasiku kesana. Tetapi pertemuan terakhir kami di tempat khusus bukan di rumah pribadinya yang aku datangi waktu itu. Seorang supir datang menjemputku untuk membawanya kesana.

Ayahku mengetahuinya, tapi tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan om Burhan. Hanya tahu dipanggil untuk memijit saja. Oh ya setelah selesai ilmu pijat kudapatkan dari kakekku aku kembali ke rumah kedua orang tuaku tidak tinggal bersamanya lagi.

--------

Hari itu, minggu pagi sekitar pukul 8 pak Mamat sopir om Burhan sudah ada dirumah untuk menjemputku. Aku baru bangun sebenarnya, biasa kalau libur tidurnya malam. Akupun langsung mandi, sementara pak Mamat lelaki 45 tahun mengobrol dengan ayah ibuku. Selesai mandi dan memakai baju aku membawa tas ransel sekolahku yang aku keluarkan dulu buku-bukunya dan kuisi dengan perlengkapan memijat.. Aku ke depan dan berpamitan pada kedua orang tuaku.

Di mobil kami mengobrol, akhirnya sampai di sebuah rumah mungkin disebut pondok atau vila milik om Burhan, letaknya dipinggir desa sebelah, pondok itu berada di perkebunan yang ditanami cengkih dan pala serta buah-buahan. Pondok itu terbuat dasarnya semen sementara yang lainnya perpaduan kayu serta bilik bambu khas tradisional dan bertingkat, letaknya diatas bukit, dari jalan raya masuk kejalan kecil selama 40 menitan.

Udaranya sangat sejuk, pemandangannya pun segar dan indah. Om Burhan sudah menungguku, dia memakai celana bahan dan kaos tentaranya yang hijau ketat. Pak Mamat pergi lagi setelah mengantarku.

"Ayo masuk Sep !" Ujarnya sambil merangkul pundakku dan membawanya masuk kedalam pondok, didalam seperti rumah ada ruang tamu, ruang tengah termasuk ruang makan dan dapur, 2 kamar di bawah, tangga, perabotan semua dari kayu. Aku dibawa kelantai atas, ada dua kamar serta ruang tamu kecil dan balkon.

Aku dibawa, ke kamar paling depannya yang memang luas. Tempar tidur king size dengan kasur spring bed. Ada meja rias, lemari pakaian, 4 jendela kaca besar, satu pintu ke balkon kecil, menghadap depan pondok. Dan tak lupa ada kamar mandinya.

"Bagaimana Sep ?" Tanyanya padaku yang takjub dan berkesan dengan pemandangan disekitarku yang indah.

"Indah om ! aku belum pernah kesini !" Jawabku yang sekarang ada dibalkon depan kamar. Dia merangkul pundakku yang berdiri disebelahku. Kemudian menarik tubuhku hingga aku memeluk dirimya, om Burhan mencium rambutku. Aku merasakan kehangatan dan nyaman dipelukannya.

"Kita mulai ?" Bisiknya, Aku menggangguk dan masuk ke dalam kamar.

Di kamar, kami kemudian saling membuka baju, sehingga setengah telanjang, hanya memakai cd saja. Aku melihat tonjolannya. Yang setengah mengaceng. Di balik celana dalam putih, setelah itu dia tidur terlungkup.  Sementara aku juga membuka pakaian dan celanaku dan hanya menggunakan cd sama berwarna putih. Aku naik ketempat tidur sambil membawa minyak memijit.

Aku memijit seperti biasa seluruh tubuh bagian belakangnya, sementara terdengar erangan dari bibir om Burhan. Kemudian setelah selesai aku meminta om Burhan membalik tubuhnya dan tonjolan di selangkangannya sudah mengeras. Aku kembali memijitnya sambil duduk di pahanya seperti biasa, kontolku sudah mengeras dari tadi. Sehingga ketika ku pijit dadanya, saling bergesekan dan menekan aku merintih dan mendesah aku mulai menggoyangkan pinggulku.

Tak perlu waktu lama om Burhan sudah membalik tubuhku dan menghimpitku, sebenarnya pijitan kali ini hanya sekedar saja. Karena tujuannya ya bercinta. Desahan dan erangan terdengar di kamar pondok. Kami bergulingan, berciuman dan bergesekan. Setelah puas ! Aku yang sekarang diatas mulai menciumi tubuh om Burhan.

Ciumanku itu dimulai dari leher, dada, perut dan akhirnya sampai di tonjolannya. Ku buka cdnya dan mulai mengulum kontolnya, menjilat dan menghisapnya. Om Burhan mendesah, menggeliat erangan menjadi satu. Setelah puas aku duduk di atas pahanya. Setelah itu kubuka cd ku sendiri. Aku mengambil minyak yang licin khusus memijat. Dan mulai memijat kejantanannya. Desahan erangan keluar dari mulut om Burhan, tubuhnya menggelinjang.

"Ooooohhhhh.. ssshhh... Sep ... kamu hebat sekali !" Rintihannya.

Kemudian aku memijat di area sekitarnya. Setelah itu aku kembali memijat dadanya, kontolku dan milik om Burhan kembali bersatu, ku gesekan dan goyang pinggulku sambil menekan. Aku ciumi dada, leher dan bibirnya. Om Burhan pun membalas ciumanku dan kembali membalik tubuhku dan menghimpitnya seperti tadi.

Desahan erangan keluar dari mulutku, ketika dia mencium pipi dan leherku kurasakan kumis tipis dan kasar di pipi, dagunya menggesekku. Kemudian om Burhan turun ke dadaku di ciuminya dan dihisap kedua putingku, tubuhku mengejang.

"Oooommmm ... aaahhhhh ... !" Aku memejamkan mata sambil meremas rambutnya. Bukan hanya menghisap tapi menjilat serta menggigit kecil. Membuat sensasi yang luar biasa. Sementara tanganya turun ke bawah dan menyentuh penisku yang sudah mengeras dan mulai mengocok, meremasnya.

Mulutnya turun, keperutku tubuhku semakin menggelinjang desahan dan rintihan keluar dari mulutku. Sampai akhirnya aku merasakan sesuatu yang hangat kurasakan di kontoku. Ternyata om Burhan sedang mengulum dan menghisap seperti yang kulakukan padanya.

"Oooommm ... aaahhh ... su ... sudah om !" Tubuhku melenting dan nafasku naik turun, pinggulku mulai menggeliat.

Kemudian om Burhan melepaskannya dan kembali menindihku. Dia mencium, memangut bibirku kubalas semuanya. Kami kembali bergulingan saling bergesek, menekan tubuh kami menyatu.

Aku berada diatas tubuhnya. Om Burhan bangun, aku duduk dipangkuannya. Tangannya meremas pahaku, pinggulku dan pantatku, aku hanya bisa melenguh, mengerang. Memeluknya erat serta menggoyang pinggulku.

"Aaahhhh ... ooommm ... !" Mataku terbelalak ketika aku merasakan sesuatu yang masuk dalam ke anusku. Suatu benda hangat, yang jelas bukan kontolnya karena kepunyaannya sedang bergesekan dengan kontolku. Benda itu masuk dan keluar ke dalam anusku

Erangan dan rintihan keluar dari mulutku, aku mempercepat gerakan pinggulku kupeluk erat leher om Burhan.

"Aaahhh ... aahhh ... oooommm ... aakkuu ... mmmaaauuu... kekeluarrr ... aahhhssshhh ... !" Teriakku dan tubuhku mengejang menekan sejadinya serta memeluk om Burhan sangat erat.

"Aaahhh ... Sssseeeppp ... ooommm juga !" Om Burhan mempercepat benda di anusku bergerak dan melepasnya. Dan memelukku erat. Kami berdua sampai dipuncak kenikmatan. Dengan geramaan yang keras.

"Cccrrrooottt ... cccrrooottt !" Kurasakan cairan panas membasahi perut kami berdua.

Untuk sementara kami terdiam, tubuhku lemas kepala jatuh di pundaknya, sementara om Burhan memeluk mengusap dan menciumi pundak dan leherku, nafas kami terengah naik turun. Suasana sepi. Perlahan kurengangkan pelukanku kutatap om Burhan, kening kami bersentuhan dan kembali berciuman berpagutan, tubuhnya rebah, aku menindihnya, kami bergulingan di tempat tidur. Kembali aku ada diatas tubuhnya. Dan terdiam.

Ku geser tubuhku sehingga berpelukan, ku rebahan kepalaku di dadanya. Om Burhan memejamkan matanya, kurasakan nafasnya masih naik turun. Dadanya berdetak seperti bedug yang dipukul ditelingaku. Aku bangun dan menatapnya, sementara tanganku mengusap dada kekar bulu halusnya. Om Burhan membuka mata dan tersenyum padaku. Ku kecup bibirnya dan kembali memeluknya.

Bersambung ...

DASEP SI TUKANG PIJATWhere stories live. Discover now