Bagian 30. Aku, Johan dan Dodi 1

34.1K 691 29
                                    

Hari itu setelah puas bercinta, kami berdua pergi keluar, setelah sebelumnya makan pagi dulu walau agak terlambat he ...he ...! Mas Johan mengajak ku jalan-jalan kebeberapa tempat wisata disekitaran tempat kami menginap, pulangnya kami menuju pantai menikmati indahnya sore hari. Kami pun pulang ke hotel untuk beristirahat.

Malamnya setelah makan malam, mas Johan membawaku untuk menikmati malam di pulau Bali ini, setelah berkeliling kami berhenti di sebuah club malam. Aku sendiri baru pertama kali masuk ketempat seperti ini, menurut mas Johan club ini milik keluarga om Wijaya. Lebih tepatnya putra keduanya yaitu Steven Wijaya. Dia sudah menikah.

Club malamnya bagus nuasa khas Bali dan modern banyak turis mancanegara yang datang ke club, suasananya ramai dan musiknya membuat ingin ikut bergoyang. Aku diajak masuk ke dalam menurut mas Johan juga tidak sembarangan orang masuk ke sini, tapi harus mengikuti ke anggotaan dulu. Kami pun tiba di area tempat bar berbagai macam minuman bisa di pesan disini, ada dua lantai. Dan ada outdoornya berupa menghadap pantai.

Ada dua panggung satu didalam dan diluar ruangan, semua bisa masuk lelaki atau pun perempuan. Di bar mas Johan memesan minuman, setelah jadi minuman mas Johan terlihat warna-warni sedangkan aku seperti jus jeruk. Mas Johan mengatakan minumanku ini tidak mengandung alkohol. Aku mengedarkan pandangan ku kesekeliling, bukan hanya bule, tapi juga orang lokal juga banyak. Mereka menari, saling berpelukan ada juga yang berciuman.

Kemudian mas Johan pamit sebentar untuk menemui seseorang, aku diminta menunggu disini. Ternyata dia mendekati seorang lelaki muda sekitar 30 an termasuk ganteng bertampang chinese, berjenggot tipis dan berkumis. Mereka mengobrol, aku mengambil minumanku ternyata enak dan segar. Musik tekno semakin keras terdengar, tiba-tiba keluarlah 4 cowo dan 4 cewe keluar dan naik kepanggung, yang lelaki memakai kaos ketat tipis  terlihat transparan sehingga dada mereka yang kekar berotot  terlihat sementara bagian bawahnya memakai cd yang ditutup selendang tipis, begitupun ceweknya memakai kaos yang sama sehingga bra terlihat, mereka menari sambil meliukan badannya membuat suasana semakin hot.

Ada yang menepuk pundak aku terkejut ternyata mas Johan dia tersenyum, kami menikmati malam itu di club. Mengobrol, dan pada akhirnya mas Johan menarikku untuk ikut menari aku menolak karena tidak bisa, tapi mas Johan memaksa dan akhirnya mengikuti dia. Aku malu karena tidak bisa tapi kemudian cuek menari mas Johan sementara tertawa melihatku seperti itu.

Tak terasa malam makin larut, kami memutuskan pulang dan bertemu dengan lelaki tadi, dia menatapku dari ujung rambut ke ujung kaki, sementara aku melirik perempuan cantik di sebelahnya, yang menggeledot manja dengan baju yang seksi sehingga belahan dadanya terlihat.

Di mobil mas Johan cerita itu adalah anak om Wijaya, om Wijaya sendiri punya 2 anak dari perkawinannya dengan istri pertama, selain itu om wijaya punya istri kedua dan seorang simpanan. Dari masing-masing satu-satu orang anak. Yang satu sudah menginjak remaja SMU dan satu lagi masih sd. Aku bertanya apa istri pertamanya tahu, mungkin saja tahu jawab mas Johan.

Kita kembali ke hotel untuk beristirahat, malam itu kami tidak melakukan apapun karena lelah. Keesokan harinya kami bermain di hotel saja tidak kemana-mana. Jalan-jalan ke pantai dan satu dua kali bercinta dikamar dan juga di kolam renang. Keesokan harinya kami pulang, sebelumnya membeli oleh-oleh dan setelah itu ke bandara untuk kembali ke Jakarta.

-------

Beberapa hari kemudian, aku bertemu kembali dengan om Wijaya untuk dipijit, dan tentu saja mas Johan yang menjemputku. Dia membawaku ke apartemen milik om Wijaya, tentu saja lebih bagus dari mas Anto miliki. Setelah dipijit om Wijaya sudah baikan kondisinya.

Setelah itu tidak ada kabar dari om Wijaya maupun mas Johan. Aku kembali ke kampus dan belajar seperti biasa, suatu hari A Dodi menelpon ku untuk mengajakku jalan-jalan, aku tidak keberatan karena sudah lama tidak bertemu.

Aku sekarang bersama A Dodi kami mengobrol kesana kemari, sesekali bertanya tentang pekerjaanku, secara jujur aku menceritakan semuanya. A Dodi terdiam tidak bertanya apapun. A Dodi mengajak jalan ke sebuah Mall, aku sendiri tidak tahu apa sekarang A Dodi punya pacar atau tidak. Lagi pula sudah 2 bulan ini aku tidak pernah ke tempat latihan futsal.

Kami berdua jalan-jalan di mall seperti biasa makan dan diakhiri nonton, oh ya tahun ini A Dodi sedang kerja praktek di sebuah perusahaan dan setelah itu membuat skripsi karena sebentar lagi akan lulus dan diwisuda.

Setelah puas kami pun pulang, A Dodi tiba-tiba memintaku menginap ditempatnya. Aku terkejut aku pikir akan menginap dirumahnya di Bekasi sana. Tapi ternyata A Dodi membawaku ke apartemennya.

"Wah, ternyata Aa sudah punya apartemen !" Kataku kagum melihat apartemennya.

"Iya, Sep ... sebenarnya sudah dari satu tahun lalu !"

"Kenapa engga ditempati A ?" Tanyaku heran.

"Sesekali aja, kalau lagi malas pulang. Ya kemari !"

"Oh ..."

"Sep kamu pindah kosan ?" Aku terkejut dan lupa memberitahu A Dodi kalau udah pindah.

"Eh iya A, maaf ! Lupa ngasih tahu tapi A Dodi selalu sibuk !"

"Ya udah enggak apa-apa Sep !" Akupun memberi tahu alamat tempat kosan baruku.

"Kamu tinggal di tempat kosan Tommy ?" Tanyanya aku tertegun.

"Iya A ! Kok A Dodi tahu ?" A Dodi terkejut.

"Ah, sudahlah kita istirahat !" Dia seperti mengalihkan pembicaraan.

Aku mengangguk, aku memakai pakaian A Dodi setelah mandi setelah itu kita ngobrol lagi sambil menonton tv, aku merasa A Dodi sudah ku anggap kakakku sendiri. Keesokan hari aku bangun duluan ternyata aku dalam posisi memeluk tubuhnya, badan hangat dan nyaman, tubuhnya yang kekar dan atletis memang tidak sebesar mas Johan. Tapi tubuh mas Johan tidak seperti atlit binaraga.

Aku merasakan ada yang mengeras dibawah sana, sudah lama aku tidak memijit dia, hanya satu kali dulu setelah itu belum pernah, aku melirik ke arah jam dinding pukul setengah tujuh pagi. A Dodi menggeliat dan membalik tubuhnya mau tidak mau sekarang kami berhadapan setengah berpelukan wajahnya sangat dekat denganku aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku, sementara pinggang kebawah sudah merapat, aku menelan ludah kurasakan punyaku juga mengeras sama seperti dirinya. Aku diam saja dan memutuskan untuk memejamkan mataku.

Tak lama aku merasakan ada yang menyentuh bibirku aku terkejut tapi diam saja. Bibir itu hangat dan kenyal tapi kemudian  dilepaskan kembali, dadaku berdebar, terus terang ini pertama kalinya aku dan A Dodi tidur bersama. Kembali kurasakan bibir hangat itu kembali dan kali ini bergerak menciumku, perlahan ku buka mataku dan ternyata itu adalah A Dodi, dia terkejut dan melepas ciumannya. Mukanya memerah karena malu kupergoki. Aku tersenyum, dan kupeluk tubuhnya dan kucium pipinya.

"Pagi A !" Sapaku.

"Pa .. pagi !" Jawabnya gugup.

"Kok udah bangun, Aa pikir masih tidur !"

"Kebangun, gara-gara Aa cium aku !" Kataku sambil menatapnya sambil tersenyum menggoda.

"Apaan sih !"

"Engga apa-apa atuh A !"

"Kamu ini ..." A Dodi memeluk dan aku membalasnya.

Bersambung ...

DASEP SI TUKANG PIJATWhere stories live. Discover now