Part 7.

669 102 6
                                    

Kyungsoo berjalan santai menuju kamarnya. Matanya membulat sempurna saat melihat siapa yang berada di dalam kamarnya. Seorang gadis yang dengan santainya merias wajah di depan cermin milik Kyungsoo.

"Sedang apa kau disini?"

Gadis itu langsung menoleh saat mendengar suara seseorang dari arah pintu. Senyum gadis itu mengembang saat melihat Kyungsoo disana, segera ia bangkit dan berhambur ke pelukan Kyungsoo.

"Bogoshipoyo Kyungsoo-ya"

Kyungsoo terkejut dengan perlakuan tiba-tiba gadis itu, dengan cepat dia melepaskan pelukan gadis itu dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan?!" Kyungsoo berteriak marah.

"Jangan marah seperti itu padaku, aku ini lebih tua darimu. Jadi kau harus menghormatiku" gadis itu tersenyum, mencoba menggoda Kyungsoo yang terlihat masih kesal.

"Aku tidak peduli. Keluar dari kamarku, Nam Jihyun" Kyungsoo membuka lebar kamarnya, mempersilahkan gadis yang ia sebut Nam Jihyun untuk keluar dari kamarnya.

"Kejam sekali. Aku ini kakakmu, harusnya kau bahagia melihat kedatanganku" Jihyun mengerucutkan bibirnya, melangkah ke kasur Kyungsoo lalu merebahkan tubuhnya disana. "Kau tau? Beberapa hari yang lalu, ibumu masuk rumah sakit"

"Aku tidak peduli" Kyungsoo melangkah ke meja belajarnya, meletakkan tasnya di kursi meja belajar.

Jihyun terkekeh mendengar perkataan Kyungsoo, dia tau pemuda itu sedang berbohong.

"Dia sering terlambat makan, maag nya kembali kambuh" Jihyun menatap langit-langit kamar Kyungsoo. "Aku sering memperingatinya, namun dia terlalu sibuk hingga tidak memperhatikan makannya"

Tidak ada sahutan dari Kyungsoo, ia hanya duduk di sofa sambil bersandar. Tatapan Kyungsoo kosong, dia terlalu fokus mendengarkan Jihyun yang sedang bercerita tentang ibunya.

Nam Jihyun adalah anak tiri Ibunya. Gadis yang kini duduk di bangku kelas 12 SMA ini sering sekali mengunjungi Kyungsoo sejak dia tau jika ibunya punya anak kandung. Dia selalu memberikan informasi kepada Kyungsoo tentang ibunya. Meskipun Kyungsoo sering menolak, sejujurnya pemuda itu juga sangat ingin tau bagaimana kondisi ibunya.

"Apa kau tidak berniat mengingatkannya juga?" Jihyun mendudukkan dirinya di ujung kasur Kyungsoo, menatap pemuda itu dengan penuh harap.

Kyungsoo melirik sekilas ke arah Jihyun, kemudian mendongakkan kepalanya seraya terpejam. Sepertinya kepalanya kembali sakit, hal itu selalu terjadi ketika pemuda itu merasa khawatir atau tertekan.

"Aku tidak peduli, berapa kali harus kukatakan?" Kyungsoo masih memejamkan matanya, menahan rasa sakit di kepalanya.

Jihyun tersenyum kecut lantas menghela nafasnya, gengsi pemuda itu terlalu tinggi dan ia tidak sanggup meruntuhkannya. Jihyun berdiri, berjalan ke atas meja belajar Kyungsoo lalu menaruh secarik kertas disana. Setelah melakukan itu, Jihyun melangkah ke hadapan Kyungsoo, menatap pemuda yang kini membuka matanya karena merasakan kehadiran Jihyun.

"Kirim pesan padanya saat kau merindukannya" Jihyun tersenyum, meletakkan tangannya di atas kepala Kyungsoo. "Aku pergi ya, nadongsaeng" setelah itu Jihyun langsung meninggalkan kamar Kyungsoo.

Kyungsoo masih terdiam di tempatnya, kini matanya tertuju pada secarik kertas di atas meja belajarnya. Kyungsoo berdiri, melangkah ke meja belajarnya lalu mengambil kertas yang ada disana. Tertera nomor handphone seseorang yang Kyungsoo yakini adalah nomor ibunya. Kyungsoo kembali meletakkan kertas itu dengan kasar, seakan tak peduli dengan nomor handphone itu. Pemuda itu memilih untuk pergi ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya dan bersiap mengerjakan tugas sekolah.

Just Friend?✔Where stories live. Discover now