11. Kita bertemu.

20K 2.3K 153
                                    

Pagi ini waktu baru menunjukkan pukul 10 pagi. Tapi lobby hotel Canuto itu tampak sangat ramai dan padat. Membuat beberapa karyawan bertanya penasaran. Namun saat melihat Lykaios, tengah duduk di meja lobby dan menikmati sarapan pagi, semua keramaian itu perlahan teratur. Para karyawan tak akan membuat kesalahan dan hanya memilih menonton ketampanan Lykaios dalam diam.

Dari pintu hotel yang baru saja terbuka, Alvian di ikuti Nero datang dengan sangat tergesa. Mereka berdua jelas terlihat tampan hingga begitu mencolok untuk di abaikan. Mata mereka segera berhenti pada sosok Lykaios yang tengah menikmati sarapan paginya. Tak bisa menunggu, mereka berdua langsung bergabung.

"Dimana Ellina?" tanya Nero tanpa duduk dan segera mengedarkan penglihatan di seluruh penjuru lobby hotel. Dia jelas langsung bergegas menuju hotel ini sejak Alvian meneleponnya setengah jam yang lalu.

"Itu benar. Kami tak terlambat kan?" kali ini Alvian pun melakukan hal yang sama.

Lykaios hanya melirik dua temannya dan tetap melanjutkan sarapan paginya. "Dia akan turun sebentar lagi. Kalian tak perlu membuat kehebohan. Duduk dan nikmati sarapan pagi,"

Nero dan Alvian akhirnya duduk. Seorang karyawan menyajikan teh untuk mereka hingga mereka terlihat sedikit santai. Lykaios telah memperkirakan ini. Dia bahkan telah menghubungi orang kepercayaannya untuk berjaga jika tiba-tiba keadaan di luar kendalinya. Dia jelas, tidak akan membiarkan Ellina berada di tempat yang sulit.

"Bagaimana dia bisa ada di hotelmu?"

Lykaios melirik Nero yang bertanya dengan penasaran.

"Hei, tidakkah kau lebih peka? Apakah kau tak curiga padanya? Kau terlalu bodoh," Alvian mengkritik Nero tanpa ampun. Dia melirik Lykaios yang telah menyelesaikan sarapan paginya. "Aku sangat yakin bahwa dia telah menghianati kita,"

Lykaios tertawa kecil mendengar tuduhan Alvian. "Itu bukan hal yang harus aku bicarakan dengan kalian, oke?" ungkapnya dengan jelas menjelaskan bahwa dirinya tak akan mencampurkan urusan tentang Ellina pada urusan apapun. Matanya bergerak pelan dan tersenyum kian ringan. "Oh, dia datang."

Dan kata-kata itu sukses membuat mata Nero dan Alvian bergerak mengikuti mata Lykaios. Mereka semua jelas melihat seorang gadis dengan gaun merah yang tampak sangat cantik. Gadis itu berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya. Tangannya tampak sibuk dengan sebuah Handphone baru yang berada dalam genggamannya.

"Ellina," desis Nero pelan. Langkahnya bergerak sangat cepat. Dengan satu tubrukan, dia membawa tubuh Ellina dalam pelukannya.

Desiran angin menyapa tubuh Ellina lengkap dengan rasa terkejut saat tubuhnya tiba-tiba tertarik dan berlabuh pada pelukan seseorang. Dia membeku, tubuhnya berdiri kaku. Dia belum bisa memprotes tindakan yang dia terima. Tapi saat suara pelan diiringi rasa rindu yang dalam itu membuat sudut bibirnya meringkuk sempurna.

"Hal baik, aku benar-benar bertemu denganmu. Aku sangat merindukanmu, amat sangat merindukanmu,"

Hati Ellina menghangat. Kata-kata kerinduan penuh ketulusan membuatnya meledak penuh rasa. Dia membalas pelukan Nero hangat. "Nero,"

Hanya itu kata yang sanggup Ellina ucapkan. Perasaannya terlalu membuncah hingga dia tak tahu harus mengatakan apa.

"Tak apa, kau tak perlu menjelaskan. Aku tak akan bertanya, aku cukup melihatmu baik-baik saja,"

Dan kata-kata penuh pengertian itu sekali menghangatkan perasaan Ellina. Dia mengangguk berkali kali hingga akhirnya Nero melepaskan pelukannya. Tatapan Nero menghujani wajah Ellina. Pria itu tersenyum manis dan lebih manis lagi.

"Tak ada yang berubah, kau tetap cantik."

Ellina tertawa mengelak. Mendengar pujian yang tulus itu membuat wajahnya bersemu merah.

Sweet Dream CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang