35. Ibumu itu....

13.8K 1.5K 83
                                    

Satu minggu kemudian semua tampak seperti biasa. Tak ada kejadian besar di kota Z selain Lexsi yang bebas dan Ellina yang telah pulang ke rumah utama keluarga Rexton. Kakinya telah membaik. Dia telah bisa berjalan seperti biasa. Namun Lexsi terlihat tak peduli atau pun menganggapnya ada di rumah itu. Tentu, saat Aldric dirumah semua akan terlihat baik-baik saja. Tapi Ellina tahu, bahwa semua tidak seperti itu. Seperti pagi ini, saat semua memulai sarapan pagi, dan Aldric yang lebih dulu pergi ke kantor.

Ellina duduk malas di meja makan dengan secangkir teh hangat di depannya. Dia tak berminat membuka suara atau bercakap dengan Vania dan Lexsi. Tapi dua orang di hadapannya jelas berbeda. Kedua orang itu saling bertatapan sebelum suara Vania tercetus ke udara.

"Aku sangat mengenal ibumu,"

Mata Ellina bergerak malas menatap Vania dan diam tak memberi tanggapan. Melihat tak ada reaksi,  Vania kembali melanjutkan kata-katanya.

"Dia wanita yang buruk karena merebut kekasih sahabatnya. Tak ada yang tahu asal usulnya, karena dia terlihat tak memiliki keluarga. Namun sangat aneh bagiku, melihat ibumu bisa meninggalkan beberapa warisan yang cukup berharga. Kira-kira pekerjaan apa yang ibumu lakukan? Itu bukan melayani pria tua hidung bela--"

"Jangan asal bicara," potong Ellina dingin. Kilatan matanya tampak berbahaya.

"Kau hanya tak bisa percaya bukan? Tapi itulah ibumu. Dia bukan wanita baik-baik. Dia pasti melakukan banyak hal dengan banyak pria yang berbeda hingga kau terlahir kedunia."

"Hentikan!" teriak Elina lansung berdiri. tangannya mengacung ke arah Vania. "Ibuku tidak seperti itu. Ibuku bukan wanita seperti itu." wajahnya terlihat merah karena menahan amarah. Kepalanya menggeleng kuat. "Tidak, tidak mungkin. Ibuku wanita baik-baik."

"Tapi aku sangat mengenal ibumu. Dia bahkan merebut calon suami orang. Menurutmu, apakah wanita baik-baik akan melakukan itu semua? Kau bahkan tak tahu ayah kandungmu. Tak ada yang tahu ayah kandungmu,"

Ellina menggeleng sambil menutup telinganya. Kata-kata provokasi itu sedikit menyakitkan. Dia tak akan percaya semudah itu. Meski dia tak tahu siapa ayahnya, dia yakin ibunya tak akan melakukan itu. "Hentikan! Kau tak tahu apa-apa tentang ibuku! Jangan mengucapkan kesalahan, atau kau akan menyesal!"

Ancaman itu terlihat tak main-main.  Vania dan Lexsi tahu itu. Kilatan mata Ellina bahkan menghujam. Menghadirkan rasa dingin seperti duri runcing yang akan menusuk mereka. Tapi Vania tak akan menyerah. Dia terus saja mengatakan hal yang ingin dia katakan.

"Kau bisa bertanya dengan Nyonya E. V., dia juga mengenal ibumu. Aku yakin, dia akan mengatakan hal yang sama denganku," imbuh Vania dengan senyum tipis.

"Tidak. Kau berbohong! Ibuku tidak seperti itu. Ibuku tidak--"Ellina tak mendapatkan kata-kata yang pas saat mengingat raut wajah ibunya Ernest yang sesaat terlihat membencinya. Lalu perasaan ragu mulai datang. Saat ini, dia tak memiliki siapapun untuk di percaya selain Irlac yang tahu nasa lalunya. Tapi dia yakin, ibunya pastilah orang yang sangat baik.

"Jika begitu, seperti apa ibumu?" tanya Vania dingin. Kilatan marah dan benci terlihat jelas di matanya. Dia sangat tahu bahwa ingatan ellina belum pulih, jadi dia kan menyiksa dengan memperburuk Delvina di mata Ellina.

Ellina mulai bergerak karena gelisah. Kata-kata Vania cukup masuk akal meski dia menolak. Namun sikapnya masih tetap tenang.

"Oh, atau jangan - jangan kau anak haram? karena ibumu memiliki banyak hubungan hingga tak tahu siapa ayahmu? kurasa--"

Plakkk! tangan Ellina dengan cepat menampar wajah Lexsi. Matanya menatap nanar dengan api kemarahan yang mencuat.

"KAU!"

Sweet Dream CinderellaWhere stories live. Discover now