40. Eksekusi Dia.

12.9K 1.5K 219
                                    

Dua hari setelah kematian Lexsi, Ellina mengurung dirinya di dalam kamar. Seperti saat malam ini, dia berdiri di balkon kamar dan membiarkan angin malam menggoyangkan rambutnya. Dia menatap kosong ke depan, dan lagi-lagi wajah Lexsi terbayang. Tanpa sadar tubuhnya bergetar takut. Gengagaman tangannya menguat hingga membuat kuku-kukunya memutih.

Lexsi mengalami hal yang pernah terjadi padanya di kehidupan sebelumnya! Bagaimana mungkin Ellina tak tahu rasanya? Saat merasa dunia hancur dan seluruh tubuhnya remuk dan terlihat kotor. Pikiran keputus asaan menggerogoti kesadaran hingga merasa kematian jauh lebih baik. Dan jika dilihat dari segi manapun, bukankah Lexsi sangat mirip dengannya?

"Bukankah ini aneh?" tanya Ellina lirih. "Aku tahu aku sangat membencimu, tapi aku menangis saat melihatmu tiada. Bukankah kita terlalu mirip? Kita sama-sama menginginkan sebuah keluarga dan berusaha mendapatkan itu semua. Kau memakai segala cara dan aku pun sama. Kita tak jauh berbeda,"

Tangan lembut Ellina menyeka air mata yang mengalir di pipinya. Dia tersenyum miris tapi entah kenapa rasa sakit tetap menggerogoti hatinya. "Tidakkah kau merasa dunia dan takdir sangatlah kejam. Kau dan aku hanyalah korban. Jadi, aku tak akan mengucapkan maaf atas apa yang telah kulakukan. Tapi kuharap, kau bahagia di sana, Lexsi."

Itu adalah tangisan tulus Ellina, namun saat ini ruangan gelap di lain tempat terlihat terang. Zaccheo mengerjapkan matanya saat cahaya lampu terasa sakit di matanya. Dia mencoba memberontak dan tesadar bahwa dia tak akan bisa lepas.

"Tak perlu berusaha, itu akan sia-sia,"

Teguran halus dan terdengar penuh ejekan itu membuat Zaccheo menoleh. Dia tertegun saat melihat wajah asing yang tampan. Meneliti dan mengingat, tapi dia benar-benar tak mengenal orang yang baru saja menyapanya.

"Siapa kau?" tanya Zachheo tanpa sadar.

Irlac tertawa kecil, membuat sebagian wajahnya memerah. "Apa kau terkejut?"

Tak menjawab, Zaccheo memilih melihat pria asing lainnya. "Apa salahku?" tanyanya tanpa sadar. Dia menyadari hari telah berganti sejak dia disekap terakhir kali. Dan setelah tubuhnya lemah karena berusaha melepaskan diri, dua orang asing muncul di hadapannya.

Mendengar itu, bibir Irlac meringkuk senang. "Yah, aku hanya tak senang melihat penghianat. Apakah tuan mudamu tahu hal apa yang kau lakukan?"

Mendengar itu mata Zachheo berkilat minat sesaat. Lalu tatapan waspada kian meningkat. "Kalian," ucapnya ragu tak melanjutkan.

"Apakah Ernest tahu, kau ingin melukai permata perusahaanya?" tanya Irlac penuh minat. "Menurutmu, apa yang akan dia lakukan jika tahu bahwa sekrtarisnya telah menghianati dan mengatur sesuatu yang buruk untuk permata perusahaannya? Kupikir ini akan benar-benar menarik,"

"Ka-kau," ucap Zachheo terlalu terkejut. "Ka-kau menyelidiku? Kalian--"

"Jangan terlalu berpikir!" potong Irlac masih dengan senyum ramah. "Apakah kau tahu, bahwa Lexsi telah mati setelah menikmati jebakan yang kau atur?"

Mendengar itu, mata Zachheo berkibar sesaat dan tertegun. Dia menatap dua pria di hadapannya dengan tak percaya. Lexsi mati! Dan karena rencana yang dia atur untuk Ellina! Bagaimana bisa!

"Ti-tidak," geleng Zaccheo tanpa sadar. Rencananya gagal. "Ba-bagaimana bisa itu gagal?" tanyanya irih. Dia jelas melihat Ellina tak sadarkan diri di sana, dan dua orang asing membawanya. Lalu bagaimana itu bisa berganti Lexsi?

Mendengar itu Irlac tertawa. membuat Zaccheo mengerutkan alisnya tanpa sadar. Dan entah kenapa dia seakan tersadar. Ada yang salah dengan semua ini. Dan dua orang di hadapannya jelas bukanlah orang biasa. Dia memperhatikan lagi, dan baru tersadar, saat melihat senyum dan tawa itu. Benar-benar mirip dengan karakter tuan mudanya! Hatinya terengut tanpa sadar, dia mundur perlahan karena mulai ketakutan. Instingnya jelas memberi tahu bahwa dia tak boleh menyinggung pria di hadapannya.

Sweet Dream CinderellaKde žijí příběhy. Začni objevovat