17. Dia mantan kekasihmu?

18.2K 1.9K 80
                                    

Kawasan selatan ujung kota z itu tampak sangat tenang. Berbeda dengan pusat kota Z yang tampak padat dan ramai. Ellina mengernyitkan keningnya saat Mobil Irlac berhenti. Dia menoleh saat Irlac mematikan mesin mobil dan juga tersenyum ke arahnya.

"Irlac, ini?" tanya Ellina masih tak mengerti karena mereka berhenti di pinggir jalan. Dimana tak jauh dari jalan ada tembok tinggi yang sangat tertutup. Tak ada rumah di sekitarnya dan kawasan itu tampak tenang dan sunyi.

"Sebelum itu, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Hal apa yang kau inginkan?"

"Maksudmu?"

Irlac terlihat sangat serius. Dia menatap Ellina lekat. "Hal yang benar-benar kau inginkan selain ingatan masa kecilmu. Katakan padaku,"

Ellina tampak berpikir, dia menimbamg dan merenung. Tentang semua hal yang paling di inginkannya. Bayangan Kenzie berkelebat, lalu wajah ayahnya, Lexsi juga ibu tirinya terbayang. Tanpa terasa dia mengeratkan genggaman tangannya kuat. Kilatan marah, benci dan dendam terlintas di matanya yang bening.

"Ellina,"

"Aku ingin pergi darinya. Lalu aku inginkan Ayahku kembali. Tak peduli jika aku bukan putrinya, tapi untuk saat ini hanya dia orang tua yang aku miliki. Lalu, mereka. Aku ingin mereka juga menderita," ucap Ellina tanpa terasa karena terlalu terbawa pikirannya.

Senyum dingin Irlac terlintas. "Ayahmu? Bukankah itu Aldric Rexton?"

Ellina tersadar saat nama keluarga Rexton terdengar di telinganya. "Lupakan. Mereka tak menginginkan aku. Dia hanya ingin melihat bayangan ibuku melalui diriku."

"Mereka? Siapa itu?" tanya Irlac penasaran.

Ellina tersenyum sangat tipis. Terlihat sinis dengan mata penuh dendam. "Ibu dan adik tiriku. Yah, kurasa akan lebih baik jika aku memang sebatang kara. Aku bisa pergi kemanapun aku mau. Aku tak harus pulang atau memberi kabar akan keadaanku. Aku--" ucapan itu tertahan saat air matanya jatuh. Hatinya benar-benar sedih, mengingat dia bukanlah anak kandung ayahnya. Lalu dia merasa benar-benar sendirian dan kesepian.

"Ssttthh," ucap Irlac menenangkan Ellina. Dia merengkuh Ellina dalam pelukannya. "Tak apa. Kurasa mereka hanya belum tahu hal yang kau rasakan. Tapi, kau tak sendirian. Kau punya keluarga. Kakekmu, Sepupumu dan semua keluarga ibumu menantikan kehadiranmu. Kau tidak sebatang kara."

Ada rasa dingin dalam kata-kata terakhir Irlac. Tatapannya tampak menggelap. Dia tidak bodoh, dan sangat tahu hal apa yang di rasakan istri kecilnya. Kini dia tahu dari mana harus memulai semuanya. Dia hanya perlu menyusunnya dan permainan akan segera di mulai. Memikirkan itu, dia jadi tak sabar untuk menonton.

"Irlac, apakah aku benar-benar terlihat seperti ibuku?" tanya Ellina karena merasa bayangan ayahnya tak bisa lepas.

Irlac melepaskan pelukannya. Menatap wajah Ellina dan menyingkirkan beberapa helai rambut gadisnya ke belakang. Tatapannya sangat teduh, dia tersenyum sedih melihat luka dalam di mata istri kecilnya yang terlihat jelas.

"Benar," ucap Irlac sambil mengangguk. Dia menyentuh alis Ellina, mata, hidung dan bibir Ellina. Di mulai dari sini, lalu ini, ini, dan ini. Semua terlihat sangat sama dengan milik bibi. Kau sangat cantik, seperti bibi saat masih muda dulu."

Mendegar itu Ellina sedikit terhibur. Matanya berbinar terang. "Benarkah? Apakah itu artinya ibuku sangat cantik?"

Irlac mengangguk. Dia menatap mata Ellina yang berbinar. Itu seperti sebuah kejutan di matanya. Dia baru melihat ekspresi ini di wajah Ellina. Membuatnya sangat gemas juga merasa sangat merindukan istri kecilnya. Perlahan, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Ellina. Menatap bibir segar Ellina yang tampak sangat menggoda. Dia bahkan bisa merasakan deru napas gadisnya yang sangat dekat dengan wajahnya. Dan bibirnya semakin dekat dengan bibir istri kecilnya.

Sweet Dream CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang