23. Tamu tak di undang.

13.3K 1.7K 39
                                    

Typo bertebaran.

Part belum di revisi.

***

"Aku ingat bahwa kita adalah orang asing," ujar Ellina dengan melirik Lexsi tak berminat. "Saat kita bertemu lagi, jangan menyebutku sebagai kakakmu, atau menyentuhku! Aku bukan anak dari keluarga Rexton," peringatnya sambil berlalu.

"Jadi kau benar-benar masih hidup?" tanya Lexsi dengan senyum tipis. Hatinya jelas berkecamuk hebat. Ada rasa tak percaya juga rasa benci yang dalam menekan jiwanya. Tapi dia memilih untuk tenang dalam menghadapi Ellina.

Ellina berbalik dan tersenyum sinis. "Apa kau kecewa karena aku tidak mati?"

Lexsi menarik tangan Ellina paksa. Membawa Ellina duduk dalam sebuah cafe yang sepi. Dia menatap Ellina berkali kali dan semakin menyadari bahwa gadis yang sangat ia benci itu terlihat baik-baik saja dan semakin mempesona. Itu membuat rasa bencinya naik kepermukaan, dia bahkan ingin menumpahkan teh panas yang dia pesan langsung ke wajah Ellina. Tapi dia tidak gila untuk melakukan itu semua. Dia masih mengingat bagaimana kemarahan ayahnya saat dia menyumpahi Ellina untuk mati dan tak kembali.

"Tak perlu memakai topengmu di depanku. Aku sangat tahu itu melelahkan," buka Ellina dengan menarik teh di hadapannya. Tangannya membawa teh itu ke bibirnya dengan anggun.

Lexsi tertawa kecil. "Kau benar, aku sungguh berharap kau mati dan tak kembali. Terkubur dalam hingga menjadi bangkai yang menjijikkan. Kau selalu saja berada di atasku meski aku telah berusaha menyingkirkanmu. Kau selalu menghantuiku hingga aku ingin datang dan mencekik lehermu!"

Mendengar itu Ellina tersenyum. Dia melirik Lexsi dari balik gelas kaca tehnya. "Oh, itu pasti berat untukmu."

"Kau merebut semuanya, tapi setelah itu kau menghilang. Huh, harusnya kau mati saja karena itu sangat baik untukku! Tapi apa ini? Kau kembali? Kenapa?"

Ellina kian tersenyum dan menyingkirkan luka di hatinya. Dia mengangkat tangannya dan memperlihatkan cincin yang melingkar manis di jarinya. "Maksudmu ini?"

Lexsi menatap cincin berlian dengan permata ruby yang tampak sangat elegan. Kilatan marah tak dapat dia sembunyikan. Tubuhnya bergerak cepat menarik tangan Ellina dengan rasa benci yang membara.

"Ups," ujar Ellina menarik tangannya terlebih dahulu. Lexsi kembali duduk saat mendapati tangannya hanya meraih udara kosong. "Kau tahu, karena cincin ini aku sangat dihargai. Semua orang yang mengenal calon suamiku menunduk hormat dan memberikan semua hal yang aku inginkan. Hidup mewah dalam villa, atau rumah besar yang mewah. Aku bebas menentukannya. Dan aku baru sadar setelahnya bahwa kehidupanku bersama keluarga Rexton bukanlah apa-apa. Jadi, bukankah itu sangat menyenangkan?"

"KAU!" Lexsi mengutuk Ellina berkali kali dalam hati. Dia menatap nanar wajah cantik di depannya yang tengah menunjukkan semua kemewahan yang seharusnya menjadi milikknya. Ya, itu harusnya menjadi miliknya. Harusnya dia yang merasakan itu semua dengan karir bagus yang terus saja gemilang. Tapi apa? Semua hancur karena gadis di hadapanya.

"Terimakasih kau telah memberikan perjodohan itu padaku," ujar Ellina lagi.

"Hentikan. Kau benar-benar menjijikkan!" teriak Lexsi tak tertahankan. Mulutnya berkedut saat melihat senyuman yang di matanya sangat terlihat memuakkan. "Apa kau puas? Apa kau puas dengan semua ini?"

Ellina berhenti tersenyum dan menatap lexsi tajam. Wajahnya sangat dingin dengan rasa benci dan muak yang kuat. "Aku tak tahu apa yang kau pikirkan. Tapi kalianlah yang membuat jalan hidupku menjadi seperti itu,"

Pernyataan itu terdengar bangga namun di balik itu semua luka di hati Ellina sekan terbuka. Tangannya bahkan meremas ujung bajunya kuat. Dia mengalami mimpi buruk bahkan kematian yang buruk karena perjodohan itu. Tapi di mata semua orang, dia sangat beruntung karena menjadi orang pilihan Kenzie. Dan gadis di hadapannya ini, sangat ingin membunuhnya karena merasa dia merebut segalanya. Lalu di antara itu semua, bukankah dirinya dan Lexsi sangat mirip? Sama-sama mencari sesuatu yang dapat mengisi impian hati.

Sweet Dream CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang