21. Dia nyata?

17.1K 1.9K 222
                                    

Part belum di perbaiki.
Typo bertebaran.

Happy reading.

Part selanjutnya akan update hari sabtu yah. Lagi kejar naskah Kekasih Nona Muda di mangatoon. Yang mau baca, silahkan gabung ke mangatoon. Gratiss! Tanpa koin atau pun part di kunci. Semua bisa baca. Link cerita ada di profil.  Thank you.

***

Malam ini Ellina berdiri di depan pintu apartemen yang akan dia tempati.  Apartemen mewah di pusat kota yang memiliki empat puluh lantai itu selalu menjadi apartemen kedua terbaik setelah apartemen A di kota Z. Tangannya menggesekkan sebuah kartu dan pintu apartemen itu terbuka. Ruangan gelap itu menyambut tubuh kecilnya dengan tangan meraba dinding untuk menemukan saklar lampu.

Ellina bernapas lega saat lampu ruangan menyala dan kemudian terpaku melihat luasnya apartemen yang akan dia tinggali. Semua perabotan yang ada tampak elegan dan sangat terawat. Dari sekali pandang saja, dia tahu bahwa semua yang dia lihat memiliki harga mahal dan di pesan dari negara luar. Masih mengamati, dia mulai melangkah dan menghidupkan satu lampu lagi agar apartemen itu terlihat jelas. Namun tubuhnya membeku, saat matanya melihat sosok Kenzie tengah duduk di sofa dan mengamati wajahnya dalam diam.

Ellina menunduk dan membuat rambut panjangnya yang tergerai bergerak menutupi sebagian wajahnya. Menggeleng pelan, dia menepuk jidatnya hingga menimbulkan suara ringan.

"Ya ampun, aku pasti salah karena melihat bayangannya,"

Mendongak, Ellina kembali menatap sofa itu dan sosok Kenzie masih tetap berada di sana. Tak bergerak, tak memiliki ekspresi dan masih duduk dengan angkuh. Terlihat sangat tak besahabat tapi semua benda seakab tertarik dan setuju pada ketampanannya yang terlihat dingin dan tak tersentuh.

"Wah, aku pasti sangat mengenalnya hingga bayangan itu pun bisa menyerupai sosoknya yang asli. Tanpa ekspresi, angkuh, sombong dan sangat menyebalkan! Lihatlah, hanya dengan duduk tanpa bicara saja dia sudah terlihat seperti raja kejam yang haus darah dan penderitaan. Benar-benar tak memiliki perasaan!"

Ellina terus saja mengumpat dalam kesal. Dia benar-benar menganggap sosok yang duduk di sofa itu hanyalah sebuah bayangan. Hingga langkahnya terus maju dan menghampiri sofa. Dia menatap Kenzie dengan mata bulatnya yang jernih. Dia berdiri dengan kedua tangan disilangkan di atas dada. Tatapannya sangat kesal dan penuh amarah serta kebencian.
Tanpa menyentuh sosok Kenzie, jari telunjuknya melayang tepat pada sosok di hadapannya.

"Kau, sangat menakutkan hingga aku berpikir harus lari atau aku akan mati! Aku berusaha merubah semuanya agar kita tak bersama. Aku tak inginkan takdir yang sama tapi kenapa semua jalan takdir membawaku berada tepat di kehidupanmu. Kenapa kau tak melepaskanku agar aku bisa pergi jauh dan merubah semuanya?"

Awalnya kata-kata itu lantang dan penuh emosi. Tapi pada akhirnya berakhir lirih dengan di iringi buliran air mata yang perlahan menetes. Jari telunjuk Ellina itu tetap berada di posisi semula. Hanya saja, wajah Ellina kini menunduk dalam.

"Aku takut, aku sangat takut, hingga aku selalu bermimpi buruk. Hal-hal yang kau lakukan itu selalu terulang di setiap malam.  Aku bahkan hampir gila karena semua perasaanku. Semua, dari semua itu, aku menyadari, bahwa sebenarnya aku tak membencimu. Aku hanya berusaha lari dan menjauh. Agar terlepas dari ikatan takdir yang membelenggu."

Isakan itu kian terdengar. Ellina mulai mendongak kembali dan menatap sosok di depannya yang sama sekali tak bergerak. Dia melihat bagaimana mata hitam Kenzie itu menatap lurus matanya. Dia bisa melihat  angkuh dan dinginnya Kenzie yang sama sekali tak berubah.

"Tapi sejauh aku berusaha, takdir itu tetap meletakkan dirimu di kehidupanku. Aku tak memiliki jalan keluar selain menghadapimu. Kenapa kau tak mengerti dan masih saja memaksaku. Aku katakan, aku tak ingin menjadi tunanganmu! Aku harus hidup baik dan bahagia. Selamat dari Bing Bing dan membalas semua hal yang aku terima. Aku--"

Sweet Dream CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang